KULIAH PUBLIK: Guru Tak Pantas Jadi Kambing Hitam

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Friday, March 30, 2018

Guru Tak Pantas Jadi Kambing Hitam

Guru versus Pendidik

Para Pendidik mulai serius mendiskusikan kesalahpahaman terbesar bangsa tentang guru dan profesi mereka. Tampaknya setiap orang memiliki pendapat tentang guru dan profesi mereka hari ini dan kebanyakan dari mereka bukan guru.  Guru (dari Sanskertaगुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Tujuannya adalah tidak hanya untuk membantu orang lain memahami kesalahpahaman ini,tetapi juga untuk belajar bagaimana guru merasa bahwa mereka dirasakan oleh orang lain lain.
Berikut adalah 10 kesalahpahaman tentang guru dan pengajaran yang muncul dari pembaca (tanggapan diedit untuk singkatnya):

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain: Dosen, MentorTentorTutor.

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:

Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agardapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar

Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengondisian klasik, pengondisian operant, dan pembelajaran sosial.
Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:

1. Perhatian dan Motivasi 

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibbutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya.

Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya.Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan focus pada masalah yang harus diselesaikan. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.

Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempuanyi kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan dmikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap postif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 

Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan :
  • Bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
  • Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut;
  • Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. 
Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.

2. Keaktifan 

Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempuanyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mncari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan.

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adannya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc. Keachie bahwa individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu".

Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.

3.  Keterlibatan Langsung/ Pengalaman 

Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yag belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya sekedar mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe.  

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memeliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut.  

Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. 

Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa urgennya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbutan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep.

Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakana, dan 90% dari apa yang kita katakana dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaiatannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof China Confocius, bahwa: apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengatahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.

4. Pengulangan 

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna.

Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.
5. Tantangan 

Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.

Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hamnatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan.

6. Umpan Balik dan Penguatan 

Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah law of effect-nya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, jika diserta perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenagkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar.

Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yag jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat. Disini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif.

7. Keunikan Individual 

Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaab intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memilki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing.  

Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsikal yang dilakuakan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

8. Pembentukan perilaku

Ketika seseorang mencoba untuk membentuk individu dengan membimbingnya selama pembelajaran yang dilakukan secara bertahap, orang tersebut sedang melakukan pembentukan perilaku. Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang diharapkan. Terdapat empat cara pembentukan perilaku: melalui penegasan positif, penegasan negatif, hukuman, dan peniadaan

Pelatihan atau Magang (Inggris : Training) adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan (KBBI edisi 2, Balai Pustaka, 1989). Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan. (Rolf P. Lynton dan Udai Pareek--Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Pustaka Binaman Jakarta 1998)

Penilai (bahasa Inggris: appraiser; berasal dari bahasa Latin : appretiare yang mempunyai arti "menilai" ) merupakan sebuah profesi yang memiliki kualifikasi, pengetahuan, kompetensi, dan pengalaman melakukan kegiatan penilaian, sesuai dengan keahlian dan profesionalisme yang dimiliki dengan mengacu kepada standar penilaian yang berlaku. Profesi penilai di Indonesia mengacu kepada Standar Penilaian IndonesiaKode Etik Penilaian Indonesia dan hal lainnya yang terkait dengan kegiatan penilaian sesuai ketentuan Pemerintah Republik Indonesia.

Bagaimana Pandangan Publik Terhadap Guru?

Mungkin itu akan menjadi hal yang berbeda jika konsepsi mengajar mereka seperti insinyur NASA : cerdas, jenius! Atau mungkin seperti pemadam kebakaran: berani, mengorbankan diri! Namun, dalam iklim saat ini bangsa kita, mengucapkan kata "guru" seperti Forrest Gump membuka sekotak coklat : Anda tidak pernah tahu apa yang Anda akan mendapatkan, sebagai guru terlalu sering dipandang sebagai kambing hitam yang nyaman untuk masalah yang dirasakan yang mengganggu pendidikan publik.

Di Indonesia, masalah 'pengajar dan mengajar' sebenarnya sudah lama menjadi polemik yang tidak pernah tuntas didiskusikan. Berbagai alasan birokrasi, peningkatan mutu, kesejahteraan dan bahkan politis sering dikaitkaitkan. Mengapa kita tidak mencoba menjawab pertanyaan yang sama dengan jujur? Seharusnya semua pihak bersikap tulus, tujuannya selalu sama, demi pendidikan bangsa yang ideal!.

Berita eSchool baru-baru ini meminta pendapat pembaca dengan menanyakan :

"Jika Anda bisa jelas satu kesalahpahaman tentang guru dan / atau mengajar, apakah itu?"

1. Mereka yang tidak bisa ‘mengajar’.

"Kesalahpahaman yang saya ingin jelaskan adalah sekitar kalimat," Mereka yang tidak bisa melakukan, mengajar. "Sementara banyak pendidik merupakan kontributor aktif untuk daerah tertentu di mana mereka memiliki keahlian domain (yaitu Ilmu Pengetahuan, Seni Bahasa, Sejarah), K-12 pendidik ... telah berkomitmen untuk mengembangkan keterampilan dalam cara untuk terlibat dan mendorong pertumbuhanorang muda di seluruh konten dan proses yang terdiri bahwa bidang keahlian. Ini adalah praktisi yang sangat khusus [yang] membuat pendidik yangbaik, namun, pendidik yang baik harus memiliki pengetahuan yang cukup tentangbidang keahlian mereka untuk menumbuhkan kegembiraan, keingintahuan, dan memicu gairah berkomitmen untuk panggilan atau kegemaran.

Mungkin kalimat yang lebih baik adalah,'Mereka yang mengajar membuat mereka yang melakukannya.' "-Michael Jay : "Salah satu favorit saya adalah, 'Mereka yang tidak bisa, mengajar." Guru harus berpendidikan dalambidang studi mereka, tentu saja, tapi itu hanya awal. Guru perlu banyak persiapan pedagogis pada topik termasuk psikologi pendidikan, pengelolaan kelas, penilaian, instruksi kurikulum, keterampilan komunikasi, dan penganggaran. Dan itu semua sebelum langkah guru dalam kelas. Persyaratan untuk seorang guru yang berkualifikasi mencakup semua keterampilan yang dibutuhkan untuk tempat kerja abad ke-21. "-Maria Montag, guru, St Teresa Academy

2. Hari Seorang Guru berakhir pada 03:00

"Kesalahpahaman utama yang saya ingin melihat dikoreksi adalah keyakinan bahwa kita semua berhenti bekerja di 3:00. Hari kerja saya biasanya meluas ke 8 atau 9 malam, dan saya harus bekerja pada akhir pekan. Pada hari-hari yang saya lakukan meninggalkan gedung pada pukul 3 sore, saya membawa pulang pekerjaan saya dengan saya. "-Anonim

"Aku akan senang untuk menjernihkan salah satu kesalahpahaman tentang ajaran : bahwa guru memiliki pekerjaan yang mudah, bekerja 08:00-3:00 dengan musim panas dan liburan off.  Yang menyedihkan adalah bahwa terlalu banyak orang menjadi guru karena alasan ini. Para guru yang baik saya tahu bekerja sebelum mulai sekolah dan lama setelah siswa pulang ke rumah, dan bekerja sepanjang musim panas, terlalu mengambil kelas dan menghadiri loka karya untuk menjadi guru yang lebih baik; bekerja pada kegiatan pengembangan, unit dan pelajaran untuk membantu siswa belajar lebih baik; dan belajar keterampilan baru untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas mereka. " Pam Mackowski

3. Guru selalu pergi menikmati musim libur mereka.

"Kesalahpahaman: Guru hanya bekerja sembilan bulan tahun dan musim panas off, sehingga gaji mereka dibayar harus mencerminkan itu." –Carol K. Schmoock, asisten direktur eksekutif program layanan, Tennessee Asosiasi Pendidikan
"Berlawanan dengan kepercayaan populer, kita tidakmengalami musim off. 

Kita menghabiskan mereka melakukan pengembangan professional dan perencanaan untuk tahun mendatang bahkan lebih jadi jika Anda mengubah tingkat kelas atau subjek untuk tahun mendatang. Juga, kitatidak berhenti bekerja ketika itu bel terakhir berdering- sering kita menghabiskan malam dan akhir pekan kami grading kertas, perencanaan pelajaran, dan menanggapi email yang tua dan panggilan telepon. " Susan J. Walton, computer guru dan coordinator teknologi, Akademi St Adalbert, Ohio

4. Guru yang berlaku baik, berarti nilai dan skor tes mahasiswa akan baik juga.

"Para guru terbaik di antara kita tidak dapat diidentifikasi oleh kinerja siswa pada tes. Kita harus berusaha untuk menemukan orang guru yang menanamkan pada siswa keyakinan bahwa mereka dapat dan akan berhasil ketika mereka dihadapkan dengan tantangan. Guru yang menyediakan tantangan dunia nyata di mana siswa dapat mencoba, gagal, dan coba lagi sampai mereka menguasai sesuatu adalah guru dalam arti sebenarnya dari kata itu. Jika murid kelas tiga skor 100 persen pada tes matematika, guru belum tentu mengajarkan [bahwa siswa] hal. Ini adalah siswa yang gagal tes, namun kemudian menemukan cara untuk menguasai materi, [yang] telah belajar sesuatu. 

Mari kita asumsikan setiap orang memiliki pembelajaran seumur hidup di depan mereka dan tidak menilai berdasarkan seberapa banyak atau sedikit yang tersisa untuk belajar. "-Todd Harris, direktur teknologi, Copiague Sekolah Umum "Kesalahpahaman yang besar tentang ajaran adalah bahwa" pekerjaan guru adalah mengajar."

Dalam kenyataannya, seseorang tidak dapat mengajarkan apapun siapapun; bagi siswa [yang] termotivasi untuk belajar, guru dapat memfasilitasi pembelajaran yang. Dan guru (fasilitator) dapat menyediakan lingkungan yang kondusif untuk peningkatan motivasi untuk belajar, tapi sekali lagi, guru tidak dapat memotivasi peserta didik ... lebih dari yang mereka dapat mengajar siswa yang tidak termotivasi" - John Bennett, dekan emeritus / profesor, University of Connecticut.

5. Pengajaran mudah, dan siapa saja bisamelakukannya.

"Kesalahpahaman utama bahwa masyarakat umum adalah bahwa mengajar adalah bukan profesi. Kita guru harus menyelesaikan pengembangan profesional dan pendidikan berkelanjutan untuk mempertahankan lisensi kami. Tidak hanya kita harus menguasai teori pedagogis, tetapi kita juga harus memasukkannya ke dalam praktek sehari-hari. Saya berpikir bahwa terutama pendidik anak usia dini menanggung beban ini. Kebanyakan orang luar untuk pendidikan prasekolah dan TK melihat karena tidak ada babysitter lebih dari bermain game dan dimuliakan, saat dalam kenyataannya 'bermain' digunakan untuk mengembangkan sosial, motorik, dan keterampilan hidup yang penting."-Monica Wagner

"Tahun lalu saya bekerja cukup jam ekstra untuk menambahkan empat bulan lagi waktu kerja. Ketika Anda mengelola 20-30 siswa per jam, itu adalah tugas 24/7. Anda tidak mendapatkan kesempatan untuk pergi ke kamar mandi dan bersembunyi selama lima menit karena Anda memiliki hari yang buruk atau seseorang berteriak pada Anda. Berbeda dengan telepon atau kertas-kertas di meja Anda, saya tidak bisa meninggalkan murid-murid saya tanpa pengawasan karena semua yang mereka lakukan, dalam pandangan saya atau dari pandangan saya, saya bertanggung jawab. Anda makan siang 20 menit sambil terus mengelola 20-30 siswa makan 20 menit makan siang mereka. Banyak hari, ini akan menjadi satu-satunya waktu sepanjang hari Anda bisa duduk-setidaknya untuk sesaat. Anda pergi jam, kadang-kadang hari tanpa percakapan orang dewasa berarti selama kesempatan hari- tidak ada gosip di pendingin air atau ruang istirahat. Tidak ada waktu atau kesempatan untuk menyelinap keluar pada istirahat makan siang untuk membiarkan tukang reparasi layanan di rumah atau drop off bahwa pembayaran tagihan, apalagi untuk membuat janji dokter atau jadwal pertemuan. Mengajar bukanlah pekerjaan itu adalah gaya hidup panggilan, dan orang-orang dari kita [yang] melakukannya dan melakukannya dengan baik tidak bisa membayangkan melakukan hal lain!"-Jennifer L. Kelly, M.Ed., NBCT-Melek 

"Jika saya bisa mengubah satu ide tentang guru, itu akan menjadi ide bahwa guru pada dasarnya malas. Guru adalah multitasks bekerja paling keras ada, di samping orang tua. Sebenarnya, selama jam kerja, kita adalah orang tua. Kami mengasihi anak-anak, disiplin anak-anak, bermain dengan anak-anak, dan akhirnya mengajar anak-anak. Lalu kita pulang dan melakukan semuanya lagi dengan keluarga kita sendiri. "-Charlotte McNeary 

"Itu pekerjaan kami adalah mudah, karena kami hanya bekerja dengan anak-anak terutama ketika anak-anak muda seperti jenis kerja saya."-Angela Achim, guru seni SD, American International School of Bucharest

"Mitos terbesar mengenai pengajaran bahwa seseorang datang langsung dari industri akan lebih mampu karena pengetahuan konten nya. Mereka adalah orang-orang yang biasanya flop. Pengajaran membutuhkan lebih dari pengetahuan konten, itu memerlukan semangat dan keterampilan dalam bekerja dengan anak-anak, terlibat kepentingan mereka, menjaga mereka termotivasi, mengelola kelas, dan banyak lagi "-Anonim.

6. Tanggungjawab Guru adalah untuk pembelajaran.

"Guru saja tidak bertanggung jawab untuk belajar anak Anda. Orangtua perlu memainkan peranaktif [oleh] menindaklanjuti di rumah dengan kemampuan belajar, kesehatan, gizi, dan waktu yang dihabiskan mengurangi menonton TV dan bermain game!"-Lynette Jackson.

"Orang tua percaya adalah tugas seorang guru untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mereka anak-anak dari nilai-nilai moral untuk kebersihan dasar. Ini adalah tugas saya untuk mendidik anak-anak mereka di daerah konten yang spesifik dan untuk mengajar mereka bagaimana menggunakan pikiran mereka dan kritis berpikir. Saya bukan teman terbaik anak mereka tau saya pengganti ibu. Aku tidak bisa membesarkan anak mereka untuk mereka. "-Michelle Turner

7. Jika Anda pergi ke sekolah, Anda akan tahu bagaimana mengajar.

"Saya pikir yang paling penting adalah bahwa karena Anda pergi ke sekolah, Anda memahami ajaran. Saya tidak yakin di mana ide ini berasal dari; kebanyakan orang tidak merasa bahwa karena mereka mengendarai mobil, mereka tahu segala sesuatu yang perlu tahu tentang mobil. Tapi dalam pendidikan, tampaknya menjadi kesalahpahaman umum bahwa karena Anda pergi kesekolah, Anda tahu bagaimana mengajar. Kami memiliki kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh orang setiap hari tanpa masukan dari para professional pendidikan, yang hanya tidak masuk akal. "-Sherril Studley

8. 'Guru Baik' - adalah kompensasi untuk apa yang mereka lakukan.

"Kitasemua tidak membuat $ 100.000 setahun, dan kami tidak pensiun dengan uang pension $ 100,000;. Banyak dari kita bekerja pekerjaan kedua dan kadang-kadangketiga untuk membantu meningkatkan keluarga"- Patricia Swiatek

"Orang tidak menyadari bahwa banyak jam persiapan yang diperlukan, tidak hanya untuk melakukan pekerjaan kita tetapi juga untuk melakukannya dengan baik. Bahkan, jam-jam berlangsung [pada] harikerja, akhir pekan, dan bahkan selama liburan. Jika Anda menjumlahkan semua jam-jam, termasuk jam aktual kita mengajar, banyak guru mungkin mendapatkan upah minimum atau bahkan kurang. "-Alene Model

"Guru tidak dibayar untuk musim panas saat mereka pergi. Guru dibayar satu jumlah untuk jumlah hari mereka bekerja. Beberapa cek gaji mereka [10] bulan setahun, dan lain-lain memilih untuk memiliki  jumlah dibagi 12 sehingga mereka dibayar sepanjang tahun. Hal ini tidak dibayar untuk mengambil cuti! "-Anonim

"Itu dosen baik kompensasi dan didukung. Sisipan, atau part-time/ non-tenure-track, populasi fakultas telah tumbuh dari 3 persen dari fakultas pengajaran nasional pada tahun 1975 menjadi 75 persen sekarang- dan sebanyak 85 persen di perguruan tinggi komunitas. 

Para anggota fakultas, siapa yang nomor hampir satu juta, secara teratur menyangkal akses ke dasar, kondisi kerja profesional, termasuk akses ke kantor di mana mereka dapat bertemu dengan siswa, peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan mereka, jam kantor dibayar, pengembangan profesional, kompensasi pengangguran , upah hidup (paling membuat bawah $ 20.000 per tahun untuk bekerja penuh waktu), manfaat, dan akses ke proses hukum, seperti menyewa adil dan proses evaluasi dan perlindungan terhadap pembalasan administratif.

Semua kondisi ini sangat penting untuk menyediakan mahasiswa dengan pendidikan, ketat berkualitas tinggi namun secara teratur membantah untuk [fakultas tambahan] sedangkan biaya administrasi dan kuliah di perguruan tinggi telah meroket (lihat The Biaya Proyek Delta). Mahasiswa yang paling membuat lebih paruhwaktu pekerjaan mereka daripada profesor mereka lakukan bekerja penuh waktu jam. Burnout antar fakultas perguruan tinggi." -Maria Maisto, presiden, Fakultas Mayoritas Baru dan direktur eksekutif, Yayasan Fakultas Mayoritas Baru

9. Guru tidak sebagus mereka dulu.

"Satu ide yang sangat salah paham adalah bahwa guru saat ini tidak seperti didedikasikan untuk pekerjaan mereka sebagai guru di era lainnya. Saya telah menyaksikan guru selama lima dekade. Kami masih memiliki guru-guru muda bersemangat untuk bekerja dan siapa yang akan memberikan semua mereka. Khawatir besar saya adalah bahwa karena penghematan dalam anggaran negara bagian dan federal, banyak dari guru-guru tidak memiliki kesempatan untuk bahkan memulai karier mereka.  Dalam rangka mendukung diri mereka sendiri, mereka bergerak ke setiap pekerjaan yang mereka dapat menemukan. Banyak akan meninggalkan mengajar sama sekali. Para guru di sekolah piagam kita masih menunjukkan kegairahan setiap hari dan bekerja berjam-jam berurusan dengan populasi sulit untuk mencapai. "-Craig Frederickson

10. Semua Guru sama.

"Itu pernyataan tentang seorang guru (atau kelompok memilih guru) adalah pernyataan tentang semua guru."-Holly Dilatush, pendidik orang dewasa
"Kebanyakan merusak prestasi siswa: “Guru widget dipertukarkan” -Joni Johnson

Polemik Pendidikan di Indonesia, mungkin seharusnya tidak berkepanjangan, persoalannya apakah kita sudah  memandang sama terhadap Guru? Ataukah kita sama menjadikan Guru kambing hitam yang nyaman?

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.