“Selama
ini, ada orang yang mengeluh baal tangannya dan pusing-pusing, tapi
membiarkannya, tiba-tiba dia jatuh pingsan, baru dibawa ke rumah sakit, dan
sudah terlambat. Dalam keadaan stroke, pembuluh yang mengatur aliran darah
tersumbat dan menyempit. Padahal jantung tetap memompa darah dengan volume yang
normal. Akibatnya, darah mengumpul di pembuluh dan pecah. Gaya hidup seseorang
juga pemicu stroke. Pada orang yang bekerja terlalu keras, tekanan yang
diterima otak lebih besar. Tekanan pada otak ikut mempengaruhi kerja pembuluh
darah dan mengakibatkan ritme jantung saat memompa darah tidak normal. Justru
berbahaya, bagi orang yang tensinya tiba-tiba naik, tapi beberapa hari kemudian
turun lagi, terus naik lagi. Ini yang bisa menyebabkan stroke karena aliran
darah dalam tubuhnya tidak normal,” kata Yoeswar.
“Stroke
memang ditandai dengan defisit neurologis, dari baal (mati rasa), kesemutan,
pusing sebelah, hingga penurunan kesadaran, yang disebut defisit neurologis
global. Stroke harus dicegah dari awal, penyakit ini tidak bisa sembarangan
ditangani. Dari seluruh penyakit, stroke adalah penyakit mematikan yang
jumlahnya paling banyak, 15 persen.” ujar Yoeswar Darisan, dokter spesialis
saraf dari RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor, Sabtu 17 Desember 2011.
Menurut Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) ini, setiap saat, semua
orang bisa terkena stroke. Bahkan stroke bisa menghampiri seseorang yang sedang
aktif bekerja. Apalagi bagi mereka yang memiliki faktor risiko, seperti
hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Untuk mencegah faktor
risiko berkembang menjadi faktor pemicu stroke, ia menyarankan agar orang yang
telah memiliki faktor risiko rajin memeriksakan kesehatan. Dengan cara itulah,
bagi yang terkena diabetes bisa menurunkan kadar gula darahnya atau menurunkan
tekanan darahnya bagi yang ketahuan mengalami hipertensi. Selain itu, mereka
harus menjaga pola hidup sehat. Adapun deteksi dini stroke bisa dilakukan
dengan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography
scan (CT scan).
Denyut
Jantung Tak Seirama
Dr
dr Yoga Yuniadi, SpJP(K), Kepala Divisi Aritmia Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita, dalam seminar yang diadakan Bayer HealthCare di Jakarta pada 21 Mei lalu,
berulang-ulang mengatakan bahwa banyak penderita stroke yang tidak menyadari
sejak awal ritme detak jantung mereka. Padahal, ritme detak jantung yang tidak
beraturan dapat menjadi penyebab awal timbulnya stroke. Bisa
jadi pasien tersebut sebenarnya menderita fibrilasi atrium yang tidak
terdiagnosis sebelumnya. Fibrilasi atrium merupakan gangguan irama jantung
(aritmia) yang paling umum ditemui dan diderita siapa pun tanpa batas usia.
Pada pasien fibrilasi atrium, denyut jantungnya tidak teratur. Hal ini membuat mereka
rentan mengalami penggumpalan di dalam pembuluh darah. Gumpalan ini kemudian bergerak menuju otak
dan berpotensi menyebabkan serangan stroke iskemik atau stroke yang disebabkan
oleh penyumbatan di pembuluh darah otak akibat penggumpalan darah.
Selain
berpotensi mengalami stroke lebih besar, pasien dengan irama denyut jantung
yang tidak normal berpotensi mengalami kecacatan dengan kondisi yang lebih
parah dibanding stroke yang menyerang pasien tanpa gangguan irama denyut
jantung. Risiko pasien yang memiliki
denyut jantung tak beraturan ikut meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
tekanan darah yang tinggi, serangan stroke sebelumnya, dan diabetes. Pasien
yang memiliki beberapa faktor risiko ini adalah pasien yang paling sulit
dilindungi dari stroke. Apalagi fibrilasi atrium memungkinkan terjadinya
kematian dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis. Deteksi dini fibrilasi
atrium sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang cukup sederhana, cepat, dan
sangat murah, yaitu dengan mengukur denyut nadi.
Jika
terdiagnosis, pencegahan stroke dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat
antikoagulan. Obat antikoagulan ini mengandung vitamin K antagonis (VKAs) yang
sangat efektif mencegah pembekuan darah sehingga stroke akibat penggumpalan
darah dapat dihindari. VKAs dapat mencegah dua dari tiga pasien fibrilasi
atrium mengalami stroke. Akses masyarakat terhadap pengobatan fibrilasi atrium
dan obat antikoagulan harus menjadi perhatian. Beban kesehatan global akibat
stroke ini sebenarnya dapat dikurangi jika penderita fibrilasi atrium
mendapatkan pengobatan yang tepat untuk mengurangi risiko stroke," kata
Yoga.
Kurang
Minum Bisa Bikin Stroke
Menurut
Dokter Terawan Agus Putranto, ahli radiologi intervensi Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta,
60 persen dari kasus strokeyang dia tangani selama ini, dipicu
dehidrasi. Banyak pasien yang sudah berhasil dibantu sejak dia mempraktikkan radiologi intervensi sejak
2004. Rentang usia pasiennya amat beragam. Bahkan, ada yang baru berumur. Menyeruput
minuman dari botol air barangkali urusan sepele bagi banyak orang. Tapi
gara-gara pembuluh darah di otak kolaps alias kempot (bahasa Jawa, berarti
kempis)—akan berakibat aliran darah tidak lancar. Bahkan, terjadi perdarahan
mengenai saraf motorik sehingga tangan dan kaki kanan akan lumpuh.
Stroke
yang diderita 40 pasien Terawan yang lain, rata-rata dipicu oleh gangguan
pembuluh darah. Mulai dari pembuluh darah yang menggelembung seperti balon
(aneurisma) hingga rangkaian pembuluh darah arteri dan vena di otak kusut
(arteriovenous malformation). Radiologi intervensi adalah pemanfaatan
mikrokateter yang dilesakkan ke pembuluh darah di pangkal paha (arteri
femoralis). Kateter terus masuk melalui pembuluh darah di perut, dada, lalu
naik ke otak. Setelah mikrokateter sampai di pembuluh darah bermasalah, otak
akan dicuci dengan cairan khusus. Dalam proses ini, peran digital substraction
angiografi (DSA), mesin canggih yang bisa memindai pembuluh darah ke dalam tiga
dimensi, amatlah penting. Mesin ini memandu dokter untuk bertindak, termasuk
saat menangani stroke akibat pembuluh darah kolaps. Pasien bisa beruntung kalau
masalahnya segera diketahui. Jika pada diagnosis awal langsung muncul hasil
pemindaian otak dengan computed tomography scan (CT Scan) dan magnetic
resonance imaging (MRI).. Penanganan pun disegerakan, dan kelumpuhan yang
beberapa hari berangsur-angsur akan pulih.
Sering
Stres Berisiko Kena Stroke
Peneliti
dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat merilis sebuah penemuan
terbaru : "Orang yang mengalami depresi mempunyai peluang lebih besar
untuk menderita stroke". Temuan ini mempunyai dampak yang signifikan pada
kesehatan publik karena stroke adalah penyebab utama kematian dan cacat tetap.
Riset ini menganalisis 28 studi yang dilakukan sebelumnya, yang melibatkan sebanyak
318 ribu orang dan 8.478 kasus stroke. Para peneliti menemukan bahwa depresi
dapat meningkatkan risiko serangan stroke sebesar 45 persen dan sebanyak 55
persen dapat meningkatkan risiko bagi stroke yang mematikan.
Studi
yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Associationpada 21
September juga mengungkapkan bahwa depresi terkait dengan 25 persen risiko
terjadinya ischemic stroke--yang disebabkan oleh terhalangnya aliran darah ke
otak. Lebih lanjut, para peneliti mengungkapkan penjelasan mengenai hubungan
antara depresi dan stroke itu sebagai berikut.
- Memiliki neuroendocrine (syaraf dan endokrin) dan sistem kekebalan yang mengalami peradangan.
- Mempunyai kebiasaan buruk, seperti merokok, duduk terlalu lama, tidak minum obat, makan atau diet yang tidak sehat.
- Mempunyai riwayat kesehatan lain yang juga merupakan faktor bagi pencetus stroke, diabetes, dan tekanan darah rendah.
“Kesimpulannya,
meta-analisis ini menunjukkan bukti yang kuat bahwa depresi adalah sebuah
faktor risiko yang signifikan bagi terjadinya stroke. Dengan prevalensi yang
tinggi dan kejadian depresi pada masyarakat secara umum, pengamatan kami
menunjukkan hubungan penting antara depresi dan stroke secara klinis maupun
kesehatan publik," kata peneliti An Pan dan rekan-rekannya dari Harvard
School of Public Health melalui siaran pers yang dirilis dalam jurnal.
Ditambahkan oleh para peneliti itu, diperlukan riset-riset lanjutan untuk
mengeksplorasi mengapa depresi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Kurangi
Risiko Stroke dengan Pola Makan, Konsumsi
Ikan
Dr.
Dariush Mozaffarian, ahli epidemologi dari Harvard School of Public Health,
menyrarankan agar mengkonsumsi ikan beberapa kali dalam sepekan. Trik ini akan
membuat kita memiliki kemungkinan terserang stroke lebih kecil dibanding mereka
yang hanya sesekali makan sedikit ikan atau tidak sama sekali. Lima belas
penelitian telah dilakukan untuk membuktikan kesimpulan itu. Beberapa responden
diteliti untuk mencermati seberapa sering mereka mengkonsumsi ikan. Kemudian
para peneliti mengikutinya selama empat hingga 30 tahun untuk mengetahui
seberapa besar stroke menyerang. Ikan memberikan banyak nutrisi, khususnya
omega-3 yang menjelaskan risiko stroke lebih rendah. Vitamin D, selenium, dan
beberapa jenis protein dalam ikan juga bisa mengurangi risiko stroke. Hanya
dengan mengkonsumsi ikan sebanyak dua atau tiga porsi perminggu cukup untuk
mendapatkan manfaat itu.
Merokok,
minuman keras, kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi dan kolesterol turut
menyumbang risiko terhadap stroke.
Dr
Susanna Larsson dan Dr Nicola Orsini dari Karolinska Institut di Stockholm,
Swedia, menulis dalam jurnal Stroke bahwa asam lemak omega-3 dalam ikan dapat
menurunkan risiko stroke melalui efek positif mereka pada tekanan darah dan
kolesterol. Data untuk analisis yang digunakan berasal dari hampir 400 ribu
orang pada usia 30-103 tahun. Penelitian ini dilakukan di AS, Eropa, Jepang dan
Cina. Di Amerika Serikat, sekitar 800 ribu orang menderita stroke tiap tahun.
Kematian akibat penyakit ini hampir mencapai 136 ribu.
Dekade
penelitian memperlihatkan bahwa mengkonsumsi tiga porsi ikan tiap pekan dapat
menurunkan risiko stroke sebanyak 6 persen. Artinya, hanya satu penderita
stroke dalam 100 orang yang mengkonsumsi ikan seumur hidupnya. Sedangkan dari
responden yang terlibat diketahui bahwa mereka yang mengkonsumsi ikan akan
turun risiko mendapatkan stroke sekitar 12 persen dibanding yang hanya sedikit
mengkonsumsinya. Namun, Mozaffarian memisahkan analisis penelitiannya. Bahwa
orang yang makan lebih banyak ikan goreng dan sandwich ikan tidak mendapatkan
manfaat apapun untuk mengurangi risiko stroke.
Penelitian
yang sudah dilakukan tak dapat membuktikan bahwa menambah konsumsi ikan yang
tidak digoreng dalam diet akan menjaga kita dari serangan stroke. Selain
mengkonsumsi banyak ikan juga harus diimbangi dengan olahraga yang
berimbang.Ikan berlemak seperti salmon dan ikan herring mengandung kadar
omega-3S yang tinggi. The American Heart Association merekomendasi paling tidak
mengkonsumsi 2 porsi ikan berlemak tiap pekan.
Sinar
Matahari Turunkan Risiko Stroke
Dr
Gotaro Kojima dan rekan-rekannya dari University of Hawaii, dalam tulisan di
jurnal Stroke milik American Heart Association, menyatakan "Mendapatkan
sinar matahari yang cukup dan mengkonsumsi makanan kaya vitamin D menurunkan
peluang terkena stroke.penelitian terbaru para ilmuwan dari Amerika ini
mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin D–yang secara alami diproduksi kulit
ketika terpapar sinar matahari dan juga didapatkan dari kacang-kacangan dan
minyak ikan–bisa meningkatkan risiko terkena stroke hingga lebih dari 20
persen. Berdasarkan hasil temuan kami dan juga penelitian epidemiologis
lainnya, konsumsi vitamin D lebih tinggi atau suplemen vitamin D bisa
bermanfaat untuk mencegah stroke.
Menurut
para ilmuwan tersebut, seperti dikutip Telegraph, fakta menunjukkan bahwa
sekitar 25 persen orang dengan kadar vitamin D terendah mempunyai risiko 22
persen terkena stroke. Rendahnya level vitamin D seseorang meningkatkan peluang
terjadinya stroke yang dikenal dengan sebutan ischaemic stroke (gumpalan darah
menyumbat pembuluh darah di otak). Namun, rendahnya kadar vitamin D ini tidak
berpengaruh terhadap tipe stroke lain yang dinamakan haemorrhagic stroke dan
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Kesimpulan mereka dari studi
selama 34 tahun terhadap 7.500 orang pria keturunan Amerika-Jepang berusia
pertengahan dan lanjut yang hidup di Kepulauan Hawaii tersebut. Partisipan
dalam penelitian ini diperingkat berdasarkan kadar vitamin D yang mereka
konsumsi dan bukan berdasarkan paparan sinar matahari yang mereka dapatkan.
Dr.
Kojima mengatakan bahwa mendapatkan vitamin D dari makanan maupun suplemen
penting bagi mereka yang berusia lanjut karena mensintesis sinar matahari
menjadi sulit saat usia menua. Hasil penelitian
mengkonfirmasikan bahwa konsumsi makanan kaya vitamin D bermanfaat untuk
mencegah stroke.
Makanan
Kaya Magnesium Turunkan Risiko Stroke
Susanna
Larsson dalam artikel yang dipublikasikan di American Journal of Clinical
Nutrition belum lama ini, mengungkapkan bahwa mereka tidak merekomendasikan
orang untuk mengkonsumsi suplemen magnesium setiap hari. Sebab analisis
tersebut difokuskan pada kandungan magnesium dalam makanan, sehingga
kemungkinan ada aspek-aspek lain yang mempengaruhi temuan tersebut. Namun
mereka menemukan bahwa Orang yang mengkonsumsi makanan kaya magnesium dalam
jumlah banyak, seperti sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian,
lebih sedikit terkena stroke. Hal tersebut terungkap dalam analisis
internasional yang melibatkan 250 ribu orang
Profesor
Susanna di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia itu menjelaskan bahwa
Mengkonsumsi makanan kaya magnesium diasosiasikan dengan penurunan risiko
stroke, khususnya ischemic stroke. Hasil studi ini mengungkapkan bahwa orang
yang mengkonsumsi makanan sehat dengan makanan yang kandungan magnesiumnya
tinggi seperti daun-daun sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian.
Larsson
dan rekan-rekannya menelaah database selama 45 tahun untuk meneliti jejak pola
konsumsi magnesium dan jumlah serangan stroke yang dialami. Dalam tujuh
penelitian yang dipublikasikan selama 14 tahun, sekitar 250 ribu orang di
Amerika Serikat, Eropa, dan Asia diamati rata-rata selama 11,5 tahun. Sekitar
6.500 dari mereka atau tiga persennya mengalami stroke sejak diamati.
Kebanyakan studi ini membolehkan para peneliti
memantau faktor lain seperti sejarah keluarga. Hasil studi ini
menunjukkan setiap penambahan 100 miligram magnesium yang dikonsumsi orang
setiap hari, risiko terkena ischemic stroke--stroke yang paling sering terjadi
akibat penggumpalan darah--turun sebanyak 9 persen. Sementara rata-rata orang
Amerika mengkonsumsi magnesium sebanyak 242 miligram per hari. Pemerintah
Amerika merekomendasikan agar pria dan wanita berusia di atas 31 tahun
mengkonsumsi masing-masing 420 dan 320 miligram magnesium per hari.
Menurut
Larsson, diperlukan penelitan lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain untuk
mengetahui dengan pasti mengapa magnesium bisa menurunkan risiko stroke.
Sementara ahli lain mengatakan bahwa temuan tersebut konsisten dengan
rekomendasi dalam melakukan diet.
Larry
Goldstein, direktur pusat stroke di Duke University Medical Center di Durham,
North Carolina menjelaskan bahwa “Yang dimaksudkan adalah makanan yang sehat
seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-biian. Makanan tersebut rendah sodium,
kaya potasium dan magnesium. Ini adalah diet itu sendiri, bukan komponen dari
dietnya,” ujarnya seperti dikutip situs kantor berita Reuters edisi 15 Januari
2012.
Games
Baik untuk Terapi Stroke
Tahukah
Anda bahwa bermain game bisa membantu proses penyembuhan bagi mereka yang
terkena stroke? Para ahli dari Newscastle University Inggris bekerja sama
dengan profesional dari studio games untuk pertama kalinya menciptakan sebuah
alat yang bisa melatih para pasien agar bisa kembali menggerakkan tangan dan
lengan mereka. Para pemain games tersebut menggunakan pengontrol tanpa kabel
untuk melatih tangan mereka pada sirkus maya dengan bertindak sebagai misalnya
penjinak singa, pemain sulap atau pemutar piring.
Menurut
seorang penderita stroke, Chaterine Amstrong, seperti dikutip situs Telegraph
edisi 17 Mei 2012, dirinya mengalami peningkatan kemampuan sejak bermain games
sebagai bagian dari proses penyembuhan penyakitnya. Di Inggris, sebanyak 150
ribu orang per tahun diprediksikan mengalami stroke yang berarti satu orang
setiap lima menit terserang stroke.
Profesor
Janet Eyre, seorang profesor pediatrik ilmu saraf di universitas tersebut
mengatakan, “Otak bisa belajar kembali mengontrol lengan yang lemah tetapi hal
tersebut harus dilakukan dengan terapi berulang selama berbulan-bulan. Untuk
itu, jumlah terapis tidak cukup untuk melayani latihan orang per orang. Jika 80
persen pasien tidak mengalami penyembuhan total fungsi tangan dan lengan
mereka, hal tersebut akan menghambat kemerdekaan dan kemampuan mereka untuk
kembali bekerja. Game atau permainan Circus Challenge akan semakin sulit ketika
proses penyembuhan dan kekuatan pemain meningkat. Orang-orang menjadi asyik
berkompetisi dan beraksi dengan karakter sirkus lantas lupa dengan tujuan utama
dari game ini sebagai terapi. Saat ini perusahaan games tersebut juga berencana
mengembangkan permainan untuk membantu terapi dari penyakit seperti cerebral palsy, penyakit
paru kronik, diabetes tipe 2 dan demensia.
Profesor
Dame Sally Davies, Kepala Kesehatan di Department of Health NHS, mengatakan,
“Proses penyembuhan dari stroke bisa sangat lama dan menyakitkan. Saya senang
dengan inovasi menarik ini yang kami yakin bisa memberikan manfaat bagi
pasien.”
Akupunktur Tidak Efektif untuk Pemulihan
Stroke, Akupunktur
tidak membantu pemulihan stroke
Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam CMAJ (Canadian Medical
Association Journal). Akupunktur sering digunakan untuk melengkapi rehabilitasi
stroke tradisional, walaupun efektivitasnya tidak pasti. Efektivitasnya masih
memerlukan bukti melalui uji klinis yang ketat untuk merekomendasikan
penggunaan terapi rutin. Penelitian ini merupakan sebuah tinjauan sistematik
yang dilakukan oleh para peneliti di Korea Selatan dan Inggris. Mereka
melibatkan 10 studi dengan total 711 pasien yang pernah menderita stroke.
Dr
Edzard Ernst, dari Sekolah Kedokteran Peninsula, Exeter, Inggris, mengatakan,
"Mayoritas studi yang ada tidak menyarankan bahwa akupunktur
efektif." Ernst dan rekannya mencatat bahwa dua penelitian yang
menunjukkan pengaruh positif sangat bias. Bukti dari studi ketat yang menguji
efektivitas akupunktur selama rehabilitasi stroke adalah negatif.
Temuan
ini menuai komentar, antara lain dari Dr Hongmei Wu dari Rumah Sakit China
Barat, Universitas Sichuan di Chengdu, Cina. Ia mengatakan bahwa temuan
tersebut harus ditafsirkan secara hati-hati. Ia memperingatkan bahwa studi ini
mengandung beberapa kelemahan. Karena itu Dr Wu menyerukan adanya percobaan berskala
besar, teliti, dan dirancang dengan baik untuk lebih memahami efek akupunktur
bagi pemulihan stroke.
Pria
Rentan Kena Stroke dari Orang Tua Bercerai
Perceraian
orang tua bukan cuma mempengaruhi suasana psikologis anak. Lebih jauh dari itu,
perceraian orang tua juga membawa pengaruh buruk buat anak, terutama anak
lelaki. Sebuah studi menemukan, lelaki dengan orang tua bercerai cenderung
terkena serangan stroke dibanding pria dari keluarga yang utuh.
Peneliti
dari University of Toronto mengatakan, lelaki dewasa yang mempunyai orang tua
bercerai sebelum berusia 18 tahun adalah tiga kali lebih besar mengalami stroke
dibanding lelaki dengan orang tua yang tidak bercerai. Tapi perempuan dari
orang tua bercerai tidak menunjukkan risiko stroke yang meningkat. Hubungan
kuat yang kami temukan untuk lelaki dengan orang tua yang bercerai dan stroke
sangat terlihat,” kata kepala peneliti, Esme Fuller-Thomson, sebagaimana
dilansir oleh laman Daily Mail. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam
International Journal of Stroke edisi September.
Dalam
studi ini, peneliti telah mengantisipasi faktor lain, seperti perilaku
kesehatan berisiko atau status sosial-ekonomi yang rendah di antara laki-laki
yang orang tuanya bercerai. Selain itu, mereka juga telah mengontrol secara
statistik faktor risiko stroke lainnya yang populer, termasuk umur, ras,
pendapatan, dan pendidikan. Mereka juga telah memperhitungkan faktor perilaku
kesehatan, seperti merokok, olahraga, obesitas, penggunaan alkohol, dukungan
sosial, status kesehatan mental, dan jaminan perawatan kesehatan.
"Tapi,
setelah adanya penyesuaian dengan faktor-faktor di atas, perceraian orang tua
masih berasosiasi tiga kali lipat terhadap stroke pada laki-laki,” kata
peneliti lain, Angela Dalton. Peneliti tidak menjelaskan secara pasti mengapa
asosiasi itu bisa terjadi. Tapi kemungkinan itu terjadi karena regulasi tubuh
terhadap kortisol, yaitu hormon yang terkait dengan stres. “Adalah mungkin
bahwa paparan stres terhadap perceraian orang tua memiliki implikasi biologis
yang mengubah cara para lelaki bereaksi terhadap stres sepanjang hidup mereka,”
ujar Fuller-Thomson.
Mari hidup sehat.
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.