KULIAH PUBLIK: Waspadai Serangan Stroke Saat Bekerja

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Wednesday, September 27, 2017

Waspadai Serangan Stroke Saat Bekerja

“Selama ini, ada orang yang mengeluh baal tangannya dan pusing-pusing, tapi membiarkannya, tiba-tiba dia jatuh pingsan, baru dibawa ke rumah sakit, dan sudah terlambat. Dalam keadaan stroke, pembuluh yang mengatur aliran darah tersumbat dan menyempit. Padahal jantung tetap memompa darah dengan volume yang normal. Akibatnya, darah mengumpul di pembuluh dan pecah. Gaya hidup seseorang juga pemicu stroke. Pada orang yang bekerja terlalu keras, tekanan yang diterima otak lebih besar. Tekanan pada otak ikut mempengaruhi kerja pembuluh darah dan mengakibatkan ritme jantung saat memompa darah tidak normal. Justru berbahaya, bagi orang yang tensinya tiba-tiba naik, tapi beberapa hari kemudian turun lagi, terus naik lagi. Ini yang bisa menyebabkan stroke karena aliran darah dalam tubuhnya tidak normal,” kata Yoeswar.

“Stroke memang ditandai dengan defisit neurologis, dari baal (mati rasa), kesemutan, pusing sebelah, hingga penurunan kesadaran, yang disebut defisit neurologis global. Stroke harus dicegah dari awal, penyakit ini tidak bisa sembarangan ditangani. Dari seluruh penyakit, stroke adalah penyakit mematikan yang jumlahnya paling banyak, 15 persen.” ujar Yoeswar Darisan, dokter spesialis saraf dari RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor, Sabtu 17 Desember 2011. Menurut Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) ini, setiap saat, semua orang bisa terkena stroke. Bahkan stroke bisa menghampiri seseorang yang sedang aktif bekerja. Apalagi bagi mereka yang memiliki faktor risiko, seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Untuk mencegah faktor risiko berkembang menjadi faktor pemicu stroke, ia menyarankan agar orang yang telah memiliki faktor risiko rajin memeriksakan kesehatan. Dengan cara itulah, bagi yang terkena diabetes bisa menurunkan kadar gula darahnya atau menurunkan tekanan darahnya bagi yang ketahuan mengalami hipertensi. Selain itu, mereka harus menjaga pola hidup sehat. Adapun deteksi dini stroke bisa dilakukan dengan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography scan (CT scan).
Denyut Jantung Tak Seirama

Dr dr Yoga Yuniadi, SpJP(K), Kepala Divisi Aritmia Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dalam seminar yang diadakan Bayer HealthCare di Jakarta pada 21 Mei lalu, berulang-ulang mengatakan bahwa banyak penderita stroke yang tidak menyadari sejak awal ritme detak jantung mereka. Padahal, ritme detak jantung yang tidak beraturan dapat menjadi penyebab awal timbulnya stroke. Bisa jadi pasien tersebut sebenarnya menderita fibrilasi atrium yang tidak terdiagnosis sebelumnya. Fibrilasi atrium merupakan gangguan irama jantung (aritmia) yang paling umum ditemui dan diderita siapa pun tanpa batas usia. Pada pasien fibrilasi atrium, denyut jantungnya tidak teratur. Hal ini membuat mereka rentan mengalami penggumpalan di dalam pembuluh darah. Gumpalan ini kemudian bergerak menuju otak dan berpotensi menyebabkan serangan stroke iskemik atau stroke yang disebabkan oleh penyumbatan di pembuluh darah otak akibat penggumpalan darah.

Selain berpotensi mengalami stroke lebih besar, pasien dengan irama denyut jantung yang tidak normal berpotensi mengalami kecacatan dengan kondisi yang lebih parah dibanding stroke yang menyerang pasien tanpa gangguan irama denyut jantung.  Risiko pasien yang memiliki denyut jantung tak beraturan ikut meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tekanan darah yang tinggi, serangan stroke sebelumnya, dan diabetes. Pasien yang memiliki beberapa faktor risiko ini adalah pasien yang paling sulit dilindungi dari stroke. Apalagi fibrilasi atrium memungkinkan terjadinya kematian dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis. Deteksi dini fibrilasi atrium sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang cukup sederhana, cepat, dan sangat murah, yaitu dengan mengukur denyut nadi.

Jika terdiagnosis, pencegahan stroke dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat antikoagulan. Obat antikoagulan ini mengandung vitamin K antagonis (VKAs) yang sangat efektif mencegah pembekuan darah sehingga stroke akibat penggumpalan darah dapat dihindari. VKAs dapat mencegah dua dari tiga pasien fibrilasi atrium mengalami stroke. Akses masyarakat terhadap pengobatan fibrilasi atrium dan obat antikoagulan harus menjadi perhatian. Beban kesehatan global akibat stroke ini sebenarnya dapat dikurangi jika penderita fibrilasi atrium mendapatkan pengobatan yang tepat untuk mengurangi risiko stroke," kata Yoga.

Kurang Minum Bisa Bikin Stroke

Menurut Dokter Terawan Agus Putranto, ahli radiologi intervensi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta,  60 persen dari kasus strokeyang dia tangani selama ini, dipicu dehidrasi. Banyak pasien yang sudah berhasil dibantu sejak dia  mempraktikkan radiologi intervensi sejak 2004. Rentang usia pasiennya amat beragam. Bahkan, ada yang baru berumur. Menyeruput minuman dari botol air barangkali urusan sepele bagi banyak orang. Tapi gara-gara pembuluh darah di otak kolaps alias kempot (bahasa Jawa, berarti kempis)—akan berakibat aliran darah tidak lancar. Bahkan, terjadi perdarahan mengenai saraf motorik sehingga tangan dan kaki kanan akan lumpuh.

Stroke yang diderita 40 pasien Terawan yang lain, rata-rata dipicu oleh gangguan pembuluh darah. Mulai dari pembuluh darah yang menggelembung seperti balon (aneurisma) hingga rangkaian pembuluh darah arteri dan vena di otak kusut (arteriovenous malformation). Radiologi intervensi adalah pemanfaatan mikrokateter yang dilesakkan ke pembuluh darah di pangkal paha (arteri femoralis). Kateter terus masuk melalui pembuluh darah di perut, dada, lalu naik ke otak. Setelah mikrokateter sampai di pembuluh darah bermasalah, otak akan dicuci dengan cairan khusus. Dalam proses ini, peran digital substraction angiografi (DSA), mesin canggih yang bisa memindai pembuluh darah ke dalam tiga dimensi, amatlah penting. Mesin ini memandu dokter untuk bertindak, termasuk saat menangani stroke akibat pembuluh darah kolaps. Pasien bisa beruntung kalau masalahnya segera diketahui. Jika pada diagnosis awal langsung muncul hasil pemindaian otak dengan computed tomography scan (CT Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI).. Penanganan pun disegerakan, dan kelumpuhan yang beberapa hari berangsur-angsur akan pulih.

Sering Stres Berisiko Kena Stroke 

Peneliti dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat merilis sebuah penemuan terbaru : "Orang yang mengalami depresi mempunyai peluang lebih besar untuk menderita stroke". Temuan ini mempunyai dampak yang signifikan pada kesehatan publik karena stroke adalah penyebab utama kematian dan cacat tetap. Riset ini menganalisis 28 studi yang dilakukan sebelumnya, yang melibatkan sebanyak 318 ribu orang dan 8.478 kasus stroke. Para peneliti menemukan bahwa depresi dapat meningkatkan risiko serangan stroke sebesar 45 persen dan sebanyak 55 persen dapat meningkatkan risiko bagi stroke yang mematikan.
Studi yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Associationpada 21 September juga mengungkapkan bahwa depresi terkait dengan 25 persen risiko terjadinya ischemic stroke--yang disebabkan oleh terhalangnya aliran darah ke otak. Lebih lanjut, para peneliti mengungkapkan penjelasan mengenai hubungan antara depresi dan stroke itu sebagai berikut.
  1. Memiliki neuroendocrine (syaraf dan endokrin) dan sistem kekebalan yang mengalami peradangan.
  2. Mempunyai kebiasaan buruk, seperti merokok, duduk terlalu lama, tidak minum obat, makan atau diet yang tidak sehat.
  3. Mempunyai riwayat kesehatan lain yang juga merupakan faktor bagi pencetus stroke, diabetes, dan tekanan darah rendah.

“Kesimpulannya, meta-analisis ini menunjukkan bukti yang kuat bahwa depresi adalah sebuah faktor risiko yang signifikan bagi terjadinya stroke. Dengan prevalensi yang tinggi dan kejadian depresi pada masyarakat secara umum, pengamatan kami menunjukkan hubungan penting antara depresi dan stroke secara klinis maupun kesehatan publik," kata peneliti An Pan dan rekan-rekannya dari Harvard School of Public Health melalui siaran pers yang dirilis dalam jurnal. Ditambahkan oleh para peneliti itu, diperlukan riset-riset lanjutan untuk mengeksplorasi mengapa depresi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.

Kurangi Risiko Stroke dengan Pola Makan, Konsumsi Ikan

Dr. Dariush Mozaffarian, ahli epidemologi dari Harvard School of Public Health, menyrarankan agar mengkonsumsi ikan beberapa kali dalam sepekan. Trik ini akan membuat kita memiliki kemungkinan terserang stroke lebih kecil dibanding mereka yang hanya sesekali makan sedikit ikan atau tidak sama sekali. Lima belas penelitian telah dilakukan untuk membuktikan kesimpulan itu. Beberapa responden diteliti untuk mencermati seberapa sering mereka mengkonsumsi ikan. Kemudian para peneliti mengikutinya selama empat hingga 30 tahun untuk mengetahui seberapa besar stroke menyerang. Ikan memberikan banyak nutrisi, khususnya omega-3 yang menjelaskan risiko stroke lebih rendah. Vitamin D, selenium, dan beberapa jenis protein dalam ikan juga bisa mengurangi risiko stroke. Hanya dengan mengkonsumsi ikan sebanyak dua atau tiga porsi perminggu cukup untuk mendapatkan manfaat itu.

Merokok, minuman keras, kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi dan kolesterol turut menyumbang risiko terhadap stroke.
Dr Susanna Larsson dan Dr Nicola Orsini dari Karolinska Institut di Stockholm, Swedia, menulis dalam jurnal Stroke bahwa asam lemak omega-3 dalam ikan dapat menurunkan risiko stroke melalui efek positif mereka pada tekanan darah dan kolesterol. Data untuk analisis yang digunakan berasal dari hampir 400 ribu orang pada usia 30-103 tahun. Penelitian ini dilakukan di AS, Eropa, Jepang dan Cina. Di Amerika Serikat, sekitar 800 ribu orang menderita stroke tiap tahun. Kematian akibat penyakit ini hampir mencapai 136 ribu.
Dekade penelitian memperlihatkan bahwa mengkonsumsi tiga porsi ikan tiap pekan dapat menurunkan risiko stroke sebanyak 6 persen. Artinya, hanya satu penderita stroke dalam 100 orang yang mengkonsumsi ikan seumur hidupnya. Sedangkan dari responden yang terlibat diketahui bahwa mereka yang mengkonsumsi ikan akan turun risiko mendapatkan stroke sekitar 12 persen dibanding yang hanya sedikit mengkonsumsinya. Namun, Mozaffarian memisahkan analisis penelitiannya. Bahwa orang yang makan lebih banyak ikan goreng dan sandwich ikan tidak mendapatkan manfaat apapun untuk mengurangi risiko stroke.
Penelitian yang sudah dilakukan tak dapat membuktikan bahwa menambah konsumsi ikan yang tidak digoreng dalam diet akan menjaga kita dari serangan stroke. Selain mengkonsumsi banyak ikan juga harus diimbangi dengan olahraga yang berimbang.Ikan berlemak seperti salmon dan ikan herring mengandung kadar omega-3S yang tinggi. The American Heart Association merekomendasi paling tidak mengkonsumsi 2 porsi ikan berlemak tiap pekan.

Sinar Matahari Turunkan Risiko Stroke 

Dr Gotaro Kojima dan rekan-rekannya dari University of Hawaii, dalam tulisan di jurnal Stroke milik American Heart Association, menyatakan "Mendapatkan sinar matahari yang cukup dan mengkonsumsi makanan kaya vitamin D menurunkan peluang terkena stroke.penelitian terbaru para ilmuwan dari Amerika ini mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin D–yang secara alami diproduksi kulit ketika terpapar sinar matahari dan juga didapatkan dari kacang-kacangan dan minyak ikan–bisa meningkatkan risiko terkena stroke hingga lebih dari 20 persen. Berdasarkan hasil temuan kami dan juga penelitian epidemiologis lainnya, konsumsi vitamin D lebih tinggi atau suplemen vitamin D bisa bermanfaat untuk mencegah stroke.

Menurut para ilmuwan tersebut, seperti dikutip Telegraph, fakta menunjukkan bahwa sekitar 25 persen orang dengan kadar vitamin D terendah mempunyai risiko 22 persen terkena stroke. Rendahnya level vitamin D seseorang meningkatkan peluang terjadinya stroke yang dikenal dengan sebutan ischaemic stroke (gumpalan darah menyumbat pembuluh darah di otak). Namun, rendahnya kadar vitamin D ini tidak berpengaruh terhadap tipe stroke lain yang dinamakan haemorrhagic stroke dan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Kesimpulan mereka dari studi selama 34 tahun terhadap 7.500 orang pria keturunan Amerika-Jepang berusia pertengahan dan lanjut yang hidup di Kepulauan Hawaii tersebut. Partisipan dalam penelitian ini diperingkat berdasarkan kadar vitamin D yang mereka konsumsi dan bukan berdasarkan paparan sinar matahari yang mereka dapatkan.
Dr. Kojima mengatakan bahwa mendapatkan vitamin D dari makanan maupun suplemen penting bagi mereka yang berusia lanjut karena mensintesis sinar matahari menjadi sulit saat usia menua. Hasil penelitian  mengkonfirmasikan bahwa konsumsi makanan kaya vitamin D bermanfaat untuk mencegah stroke.

Makanan Kaya Magnesium Turunkan Risiko Stroke 

Susanna Larsson dalam artikel yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition belum lama ini, mengungkapkan bahwa mereka tidak merekomendasikan orang untuk mengkonsumsi suplemen magnesium setiap hari. Sebab analisis tersebut difokuskan pada kandungan magnesium dalam makanan, sehingga kemungkinan ada aspek-aspek lain yang mempengaruhi temuan tersebut. Namun mereka menemukan bahwa Orang yang mengkonsumsi makanan kaya magnesium dalam jumlah banyak, seperti sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian, lebih sedikit terkena stroke. Hal tersebut terungkap dalam analisis internasional yang melibatkan 250 ribu orang
Profesor Susanna di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia itu menjelaskan bahwa Mengkonsumsi makanan kaya magnesium diasosiasikan dengan penurunan risiko stroke, khususnya ischemic stroke. Hasil studi ini mengungkapkan bahwa orang yang mengkonsumsi makanan sehat dengan makanan yang kandungan magnesiumnya tinggi seperti daun-daun sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian.
Larsson dan rekan-rekannya menelaah database selama 45 tahun untuk meneliti jejak pola konsumsi magnesium dan jumlah serangan stroke yang dialami. Dalam tujuh penelitian yang dipublikasikan selama 14 tahun, sekitar 250 ribu orang di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia diamati rata-rata selama 11,5 tahun. Sekitar 6.500 dari mereka atau tiga persennya mengalami stroke sejak diamati. Kebanyakan studi ini membolehkan para peneliti  memantau faktor lain seperti sejarah keluarga. Hasil studi ini menunjukkan setiap penambahan 100 miligram magnesium yang dikonsumsi orang setiap hari, risiko terkena ischemic stroke--stroke yang paling sering terjadi akibat penggumpalan darah--turun sebanyak 9 persen. Sementara rata-rata orang Amerika mengkonsumsi magnesium sebanyak 242 miligram per hari. Pemerintah Amerika merekomendasikan agar pria dan wanita berusia di atas 31 tahun mengkonsumsi masing-masing 420 dan 320 miligram magnesium per hari.
Menurut Larsson, diperlukan penelitan lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain untuk mengetahui dengan pasti mengapa magnesium bisa menurunkan risiko stroke. Sementara ahli lain mengatakan bahwa temuan tersebut konsisten dengan rekomendasi dalam melakukan diet.
Larry Goldstein, direktur pusat stroke di Duke University Medical Center di Durham, North Carolina menjelaskan bahwa “Yang dimaksudkan adalah makanan yang sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-biian. Makanan tersebut rendah sodium, kaya potasium dan magnesium. Ini adalah diet itu sendiri, bukan komponen dari dietnya,” ujarnya seperti dikutip situs kantor berita Reuters edisi 15 Januari 2012.

Games Baik untuk Terapi Stroke

Tahukah Anda bahwa bermain game bisa membantu proses penyembuhan bagi mereka yang terkena stroke? Para ahli dari Newscastle University Inggris bekerja sama dengan profesional dari studio games untuk pertama kalinya menciptakan sebuah alat yang bisa melatih para pasien agar bisa kembali menggerakkan tangan dan lengan mereka. Para pemain games tersebut menggunakan pengontrol tanpa kabel untuk melatih tangan mereka pada sirkus maya dengan bertindak sebagai misalnya penjinak singa, pemain sulap atau pemutar piring.
Menurut seorang penderita stroke, Chaterine Amstrong, seperti dikutip situs Telegraph edisi 17 Mei 2012, dirinya mengalami peningkatan kemampuan sejak bermain games sebagai bagian dari proses penyembuhan penyakitnya. Di Inggris, sebanyak 150 ribu orang per tahun diprediksikan mengalami stroke yang berarti satu orang setiap lima menit terserang stroke.
Profesor Janet Eyre, seorang profesor pediatrik ilmu saraf di universitas tersebut mengatakan, “Otak bisa belajar kembali mengontrol lengan yang lemah tetapi hal tersebut harus dilakukan dengan terapi berulang selama berbulan-bulan. Untuk itu, jumlah terapis tidak cukup untuk melayani latihan orang per orang. Jika 80 persen pasien tidak mengalami penyembuhan total fungsi tangan dan lengan mereka, hal tersebut akan menghambat kemerdekaan dan kemampuan mereka untuk kembali bekerja. Game atau permainan Circus Challenge akan semakin sulit ketika proses penyembuhan dan kekuatan pemain meningkat. Orang-orang menjadi asyik berkompetisi dan beraksi dengan karakter sirkus lantas lupa dengan tujuan utama dari game ini sebagai terapi. Saat ini perusahaan games tersebut juga berencana mengembangkan permainan untuk membantu terapi dari  penyakit seperti cerebral palsy, penyakit paru kronik, diabetes tipe 2 dan demensia.
Profesor Dame Sally Davies, Kepala Kesehatan di Department of Health NHS, mengatakan, “Proses penyembuhan dari stroke bisa sangat lama dan menyakitkan. Saya senang dengan inovasi menarik ini yang kami yakin bisa memberikan manfaat bagi pasien.”

Akupunktur Tidak Efektif untuk Pemulihan Stroke, Akupunktur tidak membantu pemulihan stroke

Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam CMAJ (Canadian Medical Association Journal). Akupunktur sering digunakan untuk melengkapi rehabilitasi stroke tradisional, walaupun efektivitasnya tidak pasti. Efektivitasnya masih memerlukan bukti melalui uji klinis yang ketat untuk merekomendasikan penggunaan terapi rutin. Penelitian ini merupakan sebuah tinjauan sistematik yang dilakukan oleh para peneliti di Korea Selatan dan Inggris. Mereka melibatkan 10 studi dengan total 711 pasien yang pernah menderita stroke.
Dr Edzard Ernst, dari Sekolah Kedokteran Peninsula, Exeter, Inggris, mengatakan, "Mayoritas studi yang ada tidak menyarankan bahwa akupunktur efektif." Ernst dan rekannya mencatat bahwa dua penelitian yang menunjukkan pengaruh positif sangat bias. Bukti dari studi ketat yang menguji efektivitas akupunktur selama rehabilitasi stroke adalah negatif.
Temuan ini menuai komentar, antara lain dari Dr Hongmei Wu dari Rumah Sakit China Barat, Universitas Sichuan di Chengdu, Cina. Ia mengatakan bahwa temuan tersebut harus ditafsirkan secara hati-hati. Ia memperingatkan bahwa studi ini mengandung beberapa kelemahan. Karena itu Dr Wu menyerukan adanya percobaan berskala besar, teliti, dan dirancang dengan baik untuk lebih memahami efek akupunktur bagi pemulihan stroke.

Pria Rentan Kena Stroke dari Orang Tua Bercerai

Perceraian orang tua bukan cuma mempengaruhi suasana psikologis anak. Lebih jauh dari itu, perceraian orang tua juga membawa pengaruh buruk buat anak, terutama anak lelaki. Sebuah studi menemukan, lelaki dengan orang tua bercerai cenderung terkena serangan stroke dibanding pria dari keluarga yang utuh.

Peneliti dari University of Toronto mengatakan, lelaki dewasa yang mempunyai orang tua bercerai sebelum berusia 18 tahun adalah tiga kali lebih besar mengalami stroke dibanding lelaki dengan orang tua yang tidak bercerai. Tapi perempuan dari orang tua bercerai tidak menunjukkan risiko stroke yang meningkat. Hubungan kuat yang kami temukan untuk lelaki dengan orang tua yang bercerai dan stroke sangat terlihat,” kata kepala peneliti, Esme Fuller-Thomson, sebagaimana dilansir oleh laman Daily Mail. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam International Journal of Stroke edisi September.
Dalam studi ini, peneliti telah mengantisipasi faktor lain, seperti perilaku kesehatan berisiko atau status sosial-ekonomi yang rendah di antara laki-laki yang orang tuanya bercerai. Selain itu, mereka juga telah mengontrol secara statistik faktor risiko stroke lainnya yang populer, termasuk umur, ras, pendapatan, dan pendidikan. Mereka juga telah memperhitungkan faktor perilaku kesehatan, seperti merokok, olahraga, obesitas, penggunaan alkohol, dukungan sosial, status kesehatan mental, dan jaminan perawatan kesehatan.
"Tapi, setelah adanya penyesuaian dengan faktor-faktor di atas, perceraian orang tua masih berasosiasi tiga kali lipat terhadap stroke pada laki-laki,” kata peneliti lain, Angela Dalton. Peneliti tidak menjelaskan secara pasti mengapa asosiasi itu bisa terjadi. Tapi kemungkinan itu terjadi karena regulasi tubuh terhadap kortisol, yaitu hormon yang terkait dengan stres. “Adalah mungkin bahwa paparan stres terhadap perceraian orang tua memiliki implikasi biologis yang mengubah cara para lelaki bereaksi terhadap stres sepanjang hidup mereka,” ujar Fuller-Thomson.

Mari hidup sehat.

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.