Perilaku
modern yang masih diperdebatkan.
Perilaku
modernitas adalah sebuah istilah yang digunakan dalam antropologi, arkeologi
dan sosiologi untuk mengacu kepada sebuah kumpulan sifat yang membedakan
manusia sekarang dengan nenek moyangnya semenjak berkembangnya primata dan
punahnya hominid lainnya. Ini adalah titik dimana Homosapiens mulai menunjukkan
kebergantungan pada pemikiran simbolik dan menunjukkan kreatifitas kultural.
Perkembangan ini sering dihubungkan dengan asal mula bahasa.
Ada
dua teori utama mengenai kapan perilaku manusia modern muncul. Satu teori
memegang bahwa perilaku modernitas terjadi secara tiba-tiba sekitar 50 kya
(50.000 tahun lalu) saat prasejarah, kemungkinannya disebabkan oleh mutasi
genetis yang besar atau sebagai akibat dari reorganisasi pada otak secara
biologis sehingga mengakibatkan munculnya bahasa alami pada manusia
modern. Pendukung dari teori ini mengacu
pada kejadian tersebut sebagai Great Leap Forward (Loncatan Besar Kedepan) atau Upper Paleolithic Revolution (Revolusi
Paleolitik Atas).
Teori
kedua memegang bahwa tidak pernah ada satupun revolusi teknologi atau kognitif.
Pendukung dari pandangan ini beralasan bahwa perilaku manusia modern adalah
hasil dari akumulasi bertahap dari pengetahuan, ketrampilan dan kultur yang
terjadi selama ratusan atau ribuan tahun selama evolusi manusia. Pendukung dari teori ini termasuk Stephen
Oppenheimer dalam bukunya Out of Eden, dan John Skoyles dan Dorion Sagan dalam
bukunya Up from Dragons: The evolution of human intelligence.
Perilaku
manusia modern diobservasi dalam ang
merupakan elemen penting yang dimiliki oleh semua grup masyarakat selama
sejarah kemanusiaan. Contoh dari elemen yang dianggap universal kultural adalah
bahasa, agama, seni, musik, mitos, memasak, permainan, dan lelucon. Beberapa
sifat tersebut membedakan Homo sapiens dari spesies lainnya dengan tingkatan
tersendiri dalam kultur berbasis bahasa, beberapa memiliki analogi dalam
etologi hewan. Karena universal kultural ditemukan disemua kultur termasuk
kelompok pribumi yang paling terisolasi, ilmuwan percaya bahwa sifat tersebut
pastilah berevolusi atau diciptakan di Afrika sebelum terjadinya persebaran.
Bukti
klasik berdasarkan akses arkeologis dari perilaku modernitas termasuk: alat
memancing yang dibuat secara halus (bagus). Bukti adanya perdaganan jarak jauh
atau barter antara grup-grup. Penggunaan sistematik dari pigmen (seperti ochre)
dan perhiasan untuk mendekorasi atau hiasan diri seni figuratif (lukisan gua,
petroglyph, arca). Permainan dan musik. Makanan yang dimasak dan di bumbui bukan
dimakan secara mentah. Pemakaman
Definisi
yang lebih singkat dari bukti diatas adalah perilaku B: blades (pisau), beads
(hiasan), burials (pemakaman), bone toolmaking (perkakas tulang), dan beauty
(keindahan).
Great
Leap Forward (Loncatan Besar Kedepan) beralasan bahwa loncatan besar kedepan
terjadi sekitar antara 50-40 kya di Afrika atau Eropa. Mereka menyatakan bahwa
manusia yang hidup sebelum 50 kya secara perilaku bersifat primitif dan tidak
terbedakan dengan hominid punah lainnya seperti Neanderthal atau Homo erectus.
Pendukung dari pandangan ini mendasarkan bukti pada melimpahnya artifak yang
kompleks, seperti karya seni dan perkakas tulang pada Paleolitik Awal, yang
muncul pada catatan fosil setelah 50 kya. Mereka beralasan bahwa artifak tersebut
tidak tercatat sebelum 50 kya, yang mengindikasikan bahwa hominid awal tidak
memiliki kemampuan kognitif yang dibutuhkan untuk membuat artifak tersebut.
Jared
Diamond menyatakan bahwa manusia pada kultur Acheulean dan Mousterian hidup
secara statis, mengalami sedikit perubahan kultur. Hal ini diikuti oleh
berkembangnya perkakas yang bagus, senjata yang canggih, pahatan, lukisan gua,
perhiasan badan, dan perdagangan jarak jauh. Manusia juga berkembang menjadi
penghuni lingkungan sampai sekarang, seperti Australia dan Eurasia utara.
Loncatan Besar Kedepan bersamaan dengan punahnya Neanderthals, dan telah
diusulkan bahwa interaksi Cro-Magnon dengan Neanderthals menyebabkan kepunahan
tersebut. Berdasarkan model tersebut, munculnya manusia modern secara anatomi
mendahului munculnya perilaku manusia modern sekitar lebih dari 100 kya.
Pendukung
dari hipotesis berkelanjutan mempercayai bahwa tidak ada satupun perubahan
genetis atau biologis yang bertanggung jawab terhadap munculnya perilaku
modern. Mereka berpendapat bahwa perilaku manusia modern adalah hasil dari
sosialkultural dan evolusi sosialbiologikal terjadi lebih dari ratusan atau
ribuan tahun. Analogi yang terkenal yaitu sebuah perbandingan dengan revolusi
industri, di mana sebuah perubahan radikal dari sekumpulan ide-ide datang
bersamaan untuk secara drastis merubah perilaku dan hidup manusia hanya dalam
ratusan tahun atau lebih, walaupun tidak ada perubahan dalam anatomi dan
biologi.
Pendukung
Teori Berkelanjutan melandasi pernyataan mereka pada bukti dari aspek perilaku
modern yang dapat dilihat dalam Zaman Batu Pertengahan (sekitar 250 - 50 kya)
di sejumlah situs di Afrika dan Levant. Contohnya, ritual pemakaman dengan
barang-barang di kuburan di Qafzeh terjadi pada Zaman Batu Pertengahan (ZBP)
sekitar 90 kya. Penggunaan pigmen telah tercatat di beberapa situs ZBP di
Afrika berumur lebih dari 100 kya.
Pendukung
Teori Berkelanjutan percaya bahwa apa yang tampak sebagai sebuah revolusi
teknologi pada permulaan Paleolitik Atas adalah lebih mungkin sebagai hasil
dari meningkatnya pertukaran antar kultur sebagai akibat dari berkembangnya
populasi manusia Alasan lainnya adalah
bahwa percepatan dari evolusi kultural selama pergantian Paleolitik Atas
mungkin dipicu oleh kondisi lingkungan yang merugikan seperti kekeringan yang
timbul dari maxima glasial. Mereka
membantah bahwa modernitas anatomi mendahului perilaku modernitas, dan
menyatakan bahwa perubahan pada anatomi manusia dan perubahan perilaku terjadi
secara bertahap. Penemuan dari Curtis Marean dan teman-temannya terhadap alat
pancing dan perilaku simbolik yang berumur 164.000 tahun di pantai Afrika
selatan didalilkan mendukung analisis ini.
Daur
Ulang di Zaman Modern
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitat Rovirai Virgili dan Catalan
Institute of Human Paleoecology and Social Evolution, Spanyol, mengungkapkan
bahwa manusia dari era Upper Paleolithic sudah melakukan daur ulang terhadap
peralatan batu mereka untuk digunakan sebagai alat lain. Studi ini dilakukan
berdasarkan pengamatan pada artefak hangus yang ditemukan di kawasan Moli del
Salt di Tarragona, Spanyol. Sebelumnya, daur ulang terhadap perangkat batu
zaman pra sejarah sulit dilacak karena tidak ada rekaman arkeologis. Namun,
setelah ditemukan bukti, seperti pada laporan yang dituangkan di jurnal
Archaeological Science, tampaknya praktek itu dimungkinkan.
Manuel
Vaquero, peneliti dari Universitat Rovira I Virgili memaparkan bahwa Ini
merupakan kali pertama sebuah studi sistematik seperti ini dilakukan. Untuk
mengidentifikasi daur ulang, sangatlah penting untuk membedakan dua tahap
pembuatan sebuah benda. Saat sebelum dia dibentuk dan saat sesudahnya. Kedua bentuk
dipisahkan oleh sebuah interval di mana benda itu telah mengalami modifikasi.
Dalam studinya, para arkeolog menemukan banyak sisa-sisa pembakaran di Moli del
Salt yang diperkirakan berasal dari era Upper Palaeolithic, sekitar 13 ribu
tahun lalu. Para pakar menyatakan, pemilihan artefak sisa pembakaran dilakukan
karena mereka bisa menginformasikan dengan mudah apakah mereka telah
dimodifikasi setelah dikenai api.
Dari
penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa praktek daur ulang terhadap
alat-alat sehari-hari merupakan tindakan yang jamak dilakukan di masa tersebut.
Perangkat daur ulang sendiri lebih banyak digunakan untuk aktivitas domestik
dan tampaknya terkait dengan kebutuhan alat yang mendesak. Sayangnya, praktek
daur ulang ini tidak terdokumentasi dalam catatan sejarah, seperti halnya
pendokumentasian artefak-artefak lain. Menggunakan peralatan yang didaur ulang
membuat manusia-manusia tersebut tidak perlu bepergian jauh dari perkampungan
mereka demi mencari bahan baku untuk alat-alat yang mereka butuhkan. Mereka
cukup memakai peralatan-peralatan yang ditinggalkan oleh kelompok-kelompok lain
yang pernah menghuni kawasan tertentu.
Meski
demikian, saat menganalisa situs arkeolog tersebut, Vaquero dan timnya
mengingatkan bahwa manusia yang menempati kawasan Moli del Salt bisa saja telah
membawa benda-benda daur ulang tersebut dari tempat mereka pertama kali
menemukannya. Ada kemungkinan juga bahwa mereka melakukan penggalian atau
menyingkirkan sedimen saat mencari alat-alat yang mereka butuhkan itu,”
ucapnya.
SUMBER
:
National
Geographic Indonesia
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.