'UANG'
sering menciptakan polemik yang rumit dalam diskusi formal maupun informal.
Pengamat dan pakar, pemerintah, lembaga/ organisasi, elit politik maupun
masyarakat banyak, sering menjadikan 'uang' sebagai prioritas terdepan dalam
kegiatannya. Media cetak dan media elektronik pun berperan membeberkan berbagai
berita yang terkait dengan 'uang' menjadi topik yang sulit dilewatkan oleh
pemirsa. Bahkan, opportunis menjadikan peristiwa seperti itu sebagai spekulasi
sesaat. Hal itu sah-sah saja dalam era demokrasi yang semakin melebar sekarang
ini. Paling tidak terasa betapa bangsa ini masih prihatin dengan keperdulian
hidup.
Mengapa
'uang'....
Tua
muda, yang kerja atau menganggur, kaya miskin, di kota atau di desa, pejabat
atau masyarakat awam, apa yang kau cari? Hampir semua kalangan, bangun pagi,
siang hari, mau tidur malam hari sering disuguhi kata ’uang’. Begitu nikmat
rasanya kalau pembicaraan selalu dimulai, disisipkan, diakhiri dan ditutup
dengan tempelan uang. Seakan uang menjadi sesuatu yang melebihi segala hal.
Jangankan uang senominal Rp. 30.000,- kita sudah terbiasa mendengar, hanya
karena uang Rp. 1.000,- nyawa melayang, .....atau ...'potong kuping',
......paling tidak, babak belur.
Hal
ini menjelaskan bahwa pemahaman terhadap ”uang” menjadi menyesatkan. Lebih
menyedihkan, hidup ini dimaknai dengan uang, pada saat mana sebagian masyarakat
menganggap bahwa
- uang sebagai ’kebutuhan’,
- ’keinginan’ setiap orang adalah uang dan
- ’kemampuan’ seseorang diukur dengan uang.
Dalam
sistem perekonomian modern, uang memudahkan pengukuran fenomena ekonomi karena
uang berperan sebagai alat untuk menyatakan nilai, uang sebagai alat pertukaran
dan alat pembayaran dimasa depan.
Uang
memungkinkan produsen untuk menyewa sumberdaya ekonomi dalam rangka memperoleh
barang/ jasa dan bukan sekedar untuk mendapatkan kuantitas barang tertentu.
Uang adalah daya beli yang secara umum dapat diterima setiap saat untuk
dibelikan barang/ jasa.
Uang
memungkinkan konsumen secara individu untuk meminjamkan uang yang ditabungnya
dan memungkinkan penundaan pembayaran. Sebagai penangguh pembayaran, uang
berfungsi untuk penghitung dan alat tukar yang dinyatakan dalam kontrak masa
depan. Uang memungkinkan konsumen untuk menunda belanjanya sampai masa yang
akan datang tanpa harus kehilangan nominalnya.
Jadi,
uang sepenuhnya berfungsi sebagai :
- satuan nilai/ kekayaan (Store of Value / Value of Activa)
- satuan alat tukar/ bayar (Medium of Exchange/ Transaction);
- satuan hitung (Unit of Account), dan
- standar pembayaran yang tertunda (Standard of Deferred Payment).
Para
pemilik sumberdaya akan memaksimumkan kesejahteraan ekonomi mereka karena
memiliki kebebasan untuk memiliki barang/ jasa yang mereka inginkan, serta kebebasan
dalam menentukan kapan mereka akan membeli barang/ jasa tersebut.
Kebebasan
ekonomi seperti itu tentu akan menjadi terbatas apabila barang menjadi dasar
pembayaran.
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.