KULIAH PUBLIK: Obat Tradisionil, Omset Besar yang masih diragukan?

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Wednesday, October 18, 2017

Obat Tradisionil, Omset Besar yang masih diragukan?

Potensi Bisnis

Selain menghasilkan omzet yang cukup tinggi, industri obat tradisional telah menyerap ratusan ribu tenaga kerja di berbagai daerah. Saat ini, tercatat 10 industri jamu skala besar dan lebih dari 1.000 industri jamu skala kecil dan menengah yang terbesar di berbagai wilayah indonesia, terutama di Pulau Jawa. Omzet obat tradisional pada 2011 mencapai Rp 11 triliun dan tahun ini diperkirakan mencapai Rp 13 triliun. Terus naik menjadi Rp 20 triliun pada 2015 mendatang. Melihat perkembangan itu, dapat disimpulkan bahwa industri obat tradisional dalam negeri telah tumbuh sebagai salah satu industri andalan dalam negeri yang dapat menggerakkan roda perekonomian nasional.

"Perkembangan produk obat tradisional telah memberikan hasil yang menggembirakan, baik dari sisi kapasitas, perolehan devisa, maupun penyerapan tenaga kerja. Dari omzet sebesar itu, pemerintah menargetkan ekspor obat tradisional mencapai Rp 16 triliun. "Pemerintah sangat yakin target itu tercapai, dan saya harapkan teman-teman pengusaha juga memiliki optimisme yang sama”, kata Menteri Perindustrian M.S. Hidayat pada Pameran Produk Industri Kosmetik dan Obat Tradisional, Selasa, 16 Oktober 2012. 

Walau industri obat tradisional terlihat menggembirakan, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi industri jamu dalam negeri. Ia mengatakan, potensi bahan baku dalam bentuk herbal yang luar biasa melimpah belum berhasil dimanfaatkan pelaku usaha dengan optimal. Industri obat tradisional juga harus bersaing dengan produk obat tradisional impor yang masuk ke pasar domestik dan merebaknya penggunaan bahan kimia dalam obat tradisional yang memperburuk citra jamu Indonesia. Untuk itu, pemerintah berjanji akan terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif agar usaha jamu dalam negeri terus bergairah sehingga industri jamu dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Pemerintah telah mendukung investasi jamu dalam negeri dalam bentuktax allowance, pembebasan bea masuk atas impor mesin, dan bahan industri jamu," kata Hidayat.

Tantangan Kualitas.

Deputi Bidang Obat Tradisional BPOM T. Bahdar Johan Hamid di kantornya, Selasa, 18 September 2012 mengimbau masyarakat berhati-hati dalam mengkonsumsi obat tradisional. Pasalnya, banyak ditemukan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO). BPOM mengklaim ada tren BKO yang dicampurkan dalam obat tradisional. Tahun 2001-2007, biasanya dicampur ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. BKO yang dicampur adalah fenilbutason, metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada 2008-2011, BKO mayoritas terdapat pada obat pelangsing dan penambah stamina dengan campuran BKO berupa sibutramin, sildenafil, dan tadalfil. 

Tren 2012, kembali ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. Perubahan tren obat tradisional karena permintaan masyarakat. Perubahan tren ini diduga karena faktor sosial ekonomi. Pada tahun 2001-2007, ekonomi sedang sulit sehingga banyak yang terserang rematik. Tahun 2007-2011, ekonomi membaik sehingga banyak yang ingin berpenampilan baik sehingga minum obat pelangsing. Namun, soal kesimpulan ini, BPOM tidak menyelidiki secara ilmiah.

"Kalau minum obat tradisional dan efeknya langsung terasa, berarti mengandung BKO. Pencampuran BKO yang tidak terukur akan berimbas pada kesehatan masyarakat. Misalnya, penggunaan fenilbutason akan menyebabkan mual, muntah, bahkan pendarahan. Penggunaan parasetamol yang tidak terukur akan menyebabkan kerusakan hati.," kata Bahdar.

Data dari BPOM, pada semester 2011, ada 25 item produk obat tradisional yang ditarik. Sedangkan pada semester tahun 2012, sudah sebanyak 25 item. Pemusnahan pada tahun 2011 sebanyak 161.516 paket dan semester pertama 41.449 paket. Namun, masyarakat tidak perlu menghindari obat tradisional. Tidak semua herbal bermasalah karena banyak yang berkualitas. Sedangkan yang masuk di meja hijau ada 17 kasus pada tahun 2011, dan semester 1 tahun 2012 sebanyak 31 kasus.

"Omzet obat herbal di Indonesia mencapai Rp 17 triliun. Ini bisa menjadi peluang sumber ekonomi bagi masyarakat Indonesia mempunyai sumber keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen herbal terbaik asalkan BKO bisa ditanggulangi. Industri herbal ini, bisa menurun, masyarakat enggan menggunakannya karena takut terkena BKO", ucap Bahdar. 


Presiden SBY berharap adanya kemandirian untuk bahan baku obat bagi industri. "Masih cukup banyak bahan baku yang kita impor dari negara-negara sahabat. Meski sudah ada jadwal pengaturan pengurangan impor bahan baku obat. Dengan demikian, kita memiliki industri dan produksi dalam negeri yang lebih kuat dan mandiri", kata dia usai memimpin rapat kabinet terbatas di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2012.ujar SBY. SBY meminta upaya untuk kemandirian bahan baku obat dalam negeri tetap ditingkatkan dan dijadikan prioritas demi melayani kebutuhan masyarakat. SBY berharap adanya upaya percepatan pemenuhan tenaga kerja kesehatan untuk bertugas di seluruh daerah di tanah air.

Sumber : Tempo 

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.