Potensi Bisnis
Selain menghasilkan omzet yang cukup tinggi, industri obat tradisional telah menyerap ratusan ribu tenaga kerja di berbagai daerah. Saat ini, tercatat 10 industri jamu skala besar dan lebih dari 1.000 industri jamu skala kecil dan menengah yang terbesar di berbagai wilayah indonesia, terutama di Pulau Jawa. Omzet obat tradisional pada 2011 mencapai Rp 11 triliun dan tahun ini diperkirakan mencapai Rp 13 triliun. Terus naik menjadi Rp 20 triliun pada 2015 mendatang. Melihat perkembangan itu, dapat disimpulkan bahwa industri obat tradisional dalam negeri telah tumbuh sebagai salah satu industri andalan dalam negeri yang dapat menggerakkan roda perekonomian nasional.
Deputi Bidang Obat Tradisional BPOM T. Bahdar Johan Hamid di kantornya, Selasa, 18 September 2012 mengimbau masyarakat berhati-hati dalam mengkonsumsi obat tradisional. Pasalnya, banyak ditemukan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO). BPOM mengklaim ada tren BKO yang dicampurkan dalam obat tradisional. Tahun 2001-2007, biasanya dicampur ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. BKO yang dicampur adalah fenilbutason, metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada 2008-2011, BKO mayoritas terdapat pada obat pelangsing dan penambah stamina dengan campuran BKO berupa sibutramin, sildenafil, dan tadalfil.
"Omzet obat
herbal di Indonesia mencapai Rp 17 triliun. Ini bisa menjadi peluang sumber
ekonomi bagi masyarakat Indonesia mempunyai sumber keanekaragaman hayati
terkaya di dunia. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen
herbal terbaik asalkan BKO bisa ditanggulangi. Industri herbal ini, bisa
menurun, masyarakat enggan menggunakannya karena takut terkena BKO", ucap
Bahdar.
Selain menghasilkan omzet yang cukup tinggi, industri obat tradisional telah menyerap ratusan ribu tenaga kerja di berbagai daerah. Saat ini, tercatat 10 industri jamu skala besar dan lebih dari 1.000 industri jamu skala kecil dan menengah yang terbesar di berbagai wilayah indonesia, terutama di Pulau Jawa. Omzet obat tradisional pada 2011 mencapai Rp 11 triliun dan tahun ini diperkirakan mencapai Rp 13 triliun. Terus naik menjadi Rp 20 triliun pada 2015 mendatang. Melihat perkembangan itu, dapat disimpulkan bahwa industri obat tradisional dalam negeri telah tumbuh sebagai salah satu industri andalan dalam negeri yang dapat menggerakkan roda perekonomian nasional.
"Perkembangan produk
obat tradisional telah memberikan hasil yang menggembirakan, baik dari sisi
kapasitas, perolehan devisa, maupun penyerapan tenaga kerja. Dari omzet sebesar
itu, pemerintah menargetkan ekspor obat tradisional mencapai Rp 16 triliun.
"Pemerintah sangat yakin target itu tercapai, dan saya harapkan
teman-teman pengusaha juga memiliki optimisme yang sama”, kata Menteri
Perindustrian M.S. Hidayat pada Pameran Produk Industri Kosmetik dan Obat
Tradisional, Selasa, 16 Oktober 2012.
Walau industri obat
tradisional terlihat menggembirakan, masih ada sejumlah tantangan yang harus
dihadapi industri jamu dalam negeri. Ia mengatakan, potensi bahan baku dalam
bentuk herbal yang luar biasa melimpah belum berhasil dimanfaatkan pelaku usaha
dengan optimal. Industri obat tradisional juga harus bersaing dengan produk
obat tradisional impor yang masuk ke pasar domestik dan merebaknya penggunaan
bahan kimia dalam obat tradisional yang memperburuk citra jamu Indonesia. Untuk
itu, pemerintah berjanji akan terus berupaya menciptakan iklim usaha yang
kondusif agar usaha jamu dalam negeri terus bergairah sehingga industri jamu
dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Pemerintah telah
mendukung investasi jamu dalam negeri dalam bentuktax allowance, pembebasan bea
masuk atas impor mesin, dan bahan industri jamu," kata Hidayat.
Tantangan Kualitas.
Deputi Bidang Obat Tradisional BPOM T. Bahdar Johan Hamid di kantornya, Selasa, 18 September 2012 mengimbau masyarakat berhati-hati dalam mengkonsumsi obat tradisional. Pasalnya, banyak ditemukan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO). BPOM mengklaim ada tren BKO yang dicampurkan dalam obat tradisional. Tahun 2001-2007, biasanya dicampur ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. BKO yang dicampur adalah fenilbutason, metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada 2008-2011, BKO mayoritas terdapat pada obat pelangsing dan penambah stamina dengan campuran BKO berupa sibutramin, sildenafil, dan tadalfil.
Tren 2012, kembali ke obat rematik dan penghilang
rasa sakit. Perubahan tren obat tradisional karena permintaan masyarakat. Perubahan tren ini diduga
karena faktor sosial ekonomi. Pada tahun 2001-2007, ekonomi sedang sulit
sehingga banyak yang terserang rematik. Tahun 2007-2011, ekonomi membaik
sehingga banyak yang ingin berpenampilan baik sehingga minum obat pelangsing. Namun,
soal kesimpulan ini, BPOM tidak menyelidiki secara ilmiah.
"Kalau minum obat
tradisional dan efeknya langsung terasa, berarti mengandung BKO. Pencampuran
BKO yang tidak terukur akan berimbas pada kesehatan masyarakat. Misalnya,
penggunaan fenilbutason akan menyebabkan mual, muntah, bahkan pendarahan.
Penggunaan parasetamol yang tidak terukur akan menyebabkan kerusakan hati.,"
kata Bahdar.
Data dari BPOM, pada
semester 2011, ada 25 item produk obat tradisional yang ditarik.
Sedangkan pada semester tahun 2012, sudah sebanyak 25 item. Pemusnahan pada
tahun 2011 sebanyak 161.516 paket dan semester pertama 41.449 paket. Namun, masyarakat
tidak perlu menghindari obat tradisional. Tidak semua herbal bermasalah karena
banyak yang berkualitas. Sedangkan yang masuk di meja hijau ada 17 kasus pada
tahun 2011, dan semester 1 tahun 2012 sebanyak 31 kasus.
Presiden
SBY berharap adanya kemandirian untuk bahan baku obat bagi industri.
"Masih cukup banyak bahan baku yang kita impor dari negara-negara sahabat.
Meski sudah ada jadwal pengaturan pengurangan impor bahan baku obat. Dengan
demikian, kita memiliki industri dan produksi dalam negeri yang lebih kuat dan
mandiri", kata dia usai memimpin rapat kabinet terbatas di kantor
Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2012.ujar SBY. SBY meminta
upaya untuk kemandirian bahan baku obat dalam negeri tetap ditingkatkan dan
dijadikan prioritas demi melayani kebutuhan masyarakat. SBY berharap adanya
upaya percepatan pemenuhan tenaga kerja kesehatan untuk bertugas di seluruh
daerah di tanah air.
Sumber : Tempo
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.