Menilik
Kampus Cerdas
The Higher Education (THE) merupakan mendasari penilaian pada pemeringkatan yang dilakukan oleh majalah asal London, UK. Pemeringkatan yang dilakukan THE tidak mempertimbangkan persyaratan masuk, tingkat kelulusan, peringkat profesor oleh mahasiswa, atau gaji alumni pasca-kelulusan. Sebaliknya, THE menekankan metodologi terhadap beasiswa global dan reputasi.
Selepas Perang Dunia II, kemajuan sebuah negara diukur dari berapa banyak lulusan perguruan tinggi setiap tahun. Jumlah mahasiswa S1-S3 yang terserap di pasar kerja menentukan perkembangan ekonomi bangsa itu pula. Berdasarkan pengamatan OECD, Amerika Serikat yang selama ini berada di posisi teratas dengan menyumbang 17 persen sarjana muda ke pasar dunia, kini kalah jauh dibanding China, dan jatuh ke urutan tiga daftar berisi prediksi ini. Tren negatif itu diikuti universitas-universitas Eropa yang tidak lagi banyak menghasilkan sarjana.
Berikut 10 universitas di Inggris yang memiliki tingkat penyerapan lulusan tertinggi pada dunia kerja maupun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti dilansir dari Telegraph, Sabtu (3/11/2012).
Membeludaknya
perguruan tinggi swasta (PTS) baru ternyata tidak selalu dibarengi dengan
baiknya kualitas yang mereka tawarkan. Dari ribuan PTS di penjuru Tanah Air,
banyak juga yang tidak terdaftar di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ciri perguruan
tinggi tersebut, antara lain, biaya kuliah yang sangat murah dan tidak
memadainya fasilitas kegiatan belajar mengajar. Kurang ketatnya peraturan dari
pemerintah ditengarai menjadi penyebab banyaknya perguruan tinggi baru, baik
yang berbentuk universitas, sekolah tinggi, akademi, institut, dan juga
politeknik.
Sosiolog
dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Kamanto Sunarto, SH, PhD, mantan Ketua
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), Jumat (2/11/2012), mengatakan
bahwa Kemendikbud sebenarnya sudah memberikan persyaratan untuk mendapatkan
izin mendirikan perguruan tinggi. Tetapi kenyataannya, meski kebanyakan
kampus-kampus itu memiliki izin, banyak juga yang tidak mendapat izin, dan
sampai saat ini masih menyelenggarakan pendidikan. Selain itu, ada juga
perguruan tinggi baru yang nakal. Seringkali, mereka diberi izin, tetapi
kemudian menyalahi izin yang diberikan. Misalnya, perguruan tinggi itu tidak
melaporkan perubahan keadaan yang mereka alami, seperti dosen yang
ternyata sudah diberhentikan, atau fasilitas yang tadinya ada menjadi tidak.
Jimmy
Paat, seorang pegiat Koalisi Pendidikan, berpendapat bahwa peraturan yang
ada belum ditaati, sehingga muncullah perguruan tinggi baru yang belum memenuhi
standar minimal. Jika perguruan tinggi banyak dan makin bagus, itu tidak ada
masalah. Tetapi kalau banyak, tidak menghasilkan lulusan bagus, itu yang jadi
masalah. Pemerintah diharapkan tidak hanya terpaku pada perbaikan perguruan
tinggi negeri, tetapi juga memperhatikan kebutuhan perbaikan PTS.
Parel
Naibaho, Dosen Profesional yang sudah lulus sertifikasi Dosen, mengatakan bahwa
suatu Perguruan Tinggi bisa berhasil apabila pengelolanya benar-benar “pendidik’
bukan“ pengusaha. Pendidik memahami Tridharma Perguruan Tinggi dengan tepat,
berbeda dengan pengusaha yang selalu mengejar keuntungan. Perguruan Tinggi
utamanya ‘menjual’ jasa (ilmu) yang dimiliki oleh Dosen bukan menjual ijazah
(produk) berlogo universitas/ sekolah tinggi/ institute. Oleh karenanya, hanya
perguruan tinggi yang memperhatikan SDM khususnya Dosen lah yang akan berhasil.
Sebuah
situs pelatihan kognitif Lumosity berusaha mencari tahu “apakah benar bahwa tes
masuk Perguruan Tinggi yang sulit menjamin jika seluruh mahasiswa pada kampus
tersebut adalah mahasiswa cerdas”. Situs ini meminta lebih dari 60 ribu
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat untuk bermain game
yang menguji beragam kemampuan kognitif mereka. Namun, Pemilihan dan
pemeringkatan terhadap perguruan tinggi internasional ternyata didasari oleh
berbagai faktor. Ada yang melihat tingkat kepuasan mahasiswa, tingkat
penyerapan lulusan di dunia kerja, hingga rerata penghasilan yang diperoleh
oleh lulusan.
Berikut
daftar lengkap 12 kampus tercerdas menurut Lumosity, seperti disitat dari Huffingtonpost,
Sabtu (3/11/2012).
1. Massachusetts Institute of Technology
1. Massachusetts Institute of Technology
2.
Harvard University
3.
Stanford University
4.
Northwestern University, Chicago
5.
Yale University
6.
Washington University in St Louis
7.
Darthmouth College
8.
Wellesley College
9.
Rose-Hulman Institute of Technology
10.
Duke University
11.
College of William and Marry
12.
University of Pennsylvania
The Higher Education (THE) merupakan mendasari penilaian pada pemeringkatan yang dilakukan oleh majalah asal London, UK. Pemeringkatan yang dilakukan THE tidak mempertimbangkan persyaratan masuk, tingkat kelulusan, peringkat profesor oleh mahasiswa, atau gaji alumni pasca-kelulusan. Sebaliknya, THE menekankan metodologi terhadap beasiswa global dan reputasi.
Editor
Pemeringkatan THE Phil Baty, seperti dikutip dari Forbes, Jumat (2/11/2012) mengatkan
bahwa Daftar yang mereka buat menjadi seperti daftar kekuatan global. Ini
difokuskan pada penelitian dan inovasi. Meskipun AS masih mendominasi daftar
pemeringkatan, lembaga Amerika mulai jatuh dalam peringkat, sementara perguruan
tinggi di Asia yang mendapatkan dukungan dan dana dari pemerintah mereka,
bergerak naik. Ada pergeseran keseimbangan kekuasaan dalam mendukung Asia Timur
dan Asia Tenggara pada khususnya.
Contoh,
Seoul National University melompat dari peringkat 124 tahun lalu kini menjadi
peringkat 59. Sementara itu, banyak universitas AS, terutama perguruan tinggi
negeri, jatuh dalam peringkat. Rata-rata, kampus AS turun dari lebih enam
peringkat masing-masingnya. Salah satu alasan adalah dana utama universitas
untuk riset publik menyusut. AS tidak lagi satu-satunya negara yang
menghabiskan bagian tertinggi dari PDB untuk pendidikan tinggi. Menurut
Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, saat ini, baik di AS dan
Korea Selatan menetapkan 2,6 persen dari PDB bagi pendidikan tinggi.
Untuk menyusun peringkatnya, THE melihat 13 "indikator kinerja" berbeda untuk mengevaluasi kekuatan kampus dalam misi inti pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan, serta "wawasan internasional. Penilaian atas pemeringkatan ini terbagi menjadi beberapa komposisi. Sebesar 30 persen penilaian pada pemeringakatan ini berasal dari kutipan. Thomson Reuters yang mencari data bagi THE harus menyisir enam juta jurnal artikel yang diterbitkan dalam periode lima tahun, kemudian dihitung dengan berapa kali artikel-artikel tersebut dikutip oleh para sarjana lainnya. Kemudian, 30 persen penilaian lainnya berasal dari pengawasan dari lembaga penelitian dalam hal volume, reputasi pendapatan, dan penghasilan yang diperoleh. THE juga memasukkan komponen pengajaran yang berasal dari 30 persen dari nilai sekolah. Sementara 10 persen sisanya terdiri atas pendapatan dari industri atas hasil inovasi kampus (2,5 persen) dan wawasan internasional segenap civitas academica kampus (7,5 persen).
Untuk menyusun peringkatnya, THE melihat 13 "indikator kinerja" berbeda untuk mengevaluasi kekuatan kampus dalam misi inti pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan, serta "wawasan internasional. Penilaian atas pemeringkatan ini terbagi menjadi beberapa komposisi. Sebesar 30 persen penilaian pada pemeringakatan ini berasal dari kutipan. Thomson Reuters yang mencari data bagi THE harus menyisir enam juta jurnal artikel yang diterbitkan dalam periode lima tahun, kemudian dihitung dengan berapa kali artikel-artikel tersebut dikutip oleh para sarjana lainnya. Kemudian, 30 persen penilaian lainnya berasal dari pengawasan dari lembaga penelitian dalam hal volume, reputasi pendapatan, dan penghasilan yang diperoleh. THE juga memasukkan komponen pengajaran yang berasal dari 30 persen dari nilai sekolah. Sementara 10 persen sisanya terdiri atas pendapatan dari industri atas hasil inovasi kampus (2,5 persen) dan wawasan internasional segenap civitas academica kampus (7,5 persen).
THE
juga melakukan survei terhadap 16.600 akademisi di seluruh dunia. Mereka
diberikan pertanyaan tentang departemen terbaik dalam disiplin ilmu mereka,
spesialis di bidangnya, dan ke mana mereka merekomendasikan lulusan mereka
untuk melakukan studi lanjutan. Dari permainan yang dilakukan oleh para
mahasiswa tersebut, Massachusetts Institute of Technology berada pada peringkat
pertama.
Meski
hanya berupa permainan, penelitian ini mengungkap sejumlah fakta. Penelitian
besutan Luminosity tersebut mampu memaparkan peringkat perguruan tinggi
berdasarkan wilayah kognitif. Para mahasiswa Dartmouth College, misalnya,
paling unggul dalam memperhatikan akan sesuatu. Sementara itu, para mahasiswa
Rose-Hulman Institute of Technology terbaik dalam kategori ingatan atau memori.
Sementara itu, para mahasiswa Harvard University terbukti memiliki kecepatan
pengolahan tertinggi ketika menemukan persoalan atau kesulitan. Para mahasiswa
Yale merupakan yang terbaik dalam kategori fleksibilitas. Kemudian, para
mahasiswa MIT yang berada di peringkat teratas terbukti sebagai penyelesai
masalah terbaik.
Sarjana
Indonesia Terbanyak Ke Lima di Dunia
BBC melaporkan, Kamis (12/7), Organisasi
Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (OECD) menyatakan Indonesia bakal menjadi
negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak kelima di masa depan. Situasi ini
bakal terwujud paling lambat pada 2020 mendatang. Data
itu merupakan proyeksi dari upaya Indonesia meningkatkan jumlah lulusan
perguruan tinggi. Dua tahun lalu, Indonesia menyumbang empat persen sarjana
berusia 25-34 dari 129 juta mahasiswa di seluruh negara anggota G-20.
Pada 2020, OECD memperkirakan jumlah itu bakal bertambah
menjadi 6 persen. Sehingga, Indonesia sekaligus mengalahkan Inggris, Jerman,
dan Spanyol, sebagai negara penyumbang sarjana muda terbanyak. Bahkan pada
masa-masa itu kemungkinan besar jumlah sarjana terdidik negara ini tiga kali
lebih banyak dibanding Prancis.
Selepas Perang Dunia II, kemajuan sebuah negara diukur dari berapa banyak lulusan perguruan tinggi setiap tahun. Jumlah mahasiswa S1-S3 yang terserap di pasar kerja menentukan perkembangan ekonomi bangsa itu pula. Berdasarkan pengamatan OECD, Amerika Serikat yang selama ini berada di posisi teratas dengan menyumbang 17 persen sarjana muda ke pasar dunia, kini kalah jauh dibanding China, dan jatuh ke urutan tiga daftar berisi prediksi ini. Tren negatif itu diikuti universitas-universitas Eropa yang tidak lagi banyak menghasilkan sarjana.
Negeri Tirai Bambu sekarang hingga 12 tahun lagi
digadang-gadang tetap nomor satu dalam urusan menyumbang jumlah sarjana ke
pasar dunia. Perkembangan pengetahuan pun diramal bergeser ke Asia, sebab
setelah China, berturut-turut menguntit India di urutan kedua, Rusia posisi
keempat, lalu Indonesia. Meski demikian penyerapan
sarjana Indonesia ke dunia kerja masih terhitung lambat, di beberapa bidang
populer seperti IT tidak sampai 10 persen per tahun. Namun OECD menganggap kuantitas lulusan
perguruan tinggi tetap menguntungkan sebuah negara. Karena sarjana adalah
tenaga terdidik yang bisa menciptakan lapangan kerja.Â
Kualitas
Lulusan
Tingkat
keberhasilan pengajaran suatu perguruan tinggi dapat diukur melalui jumlah
lulusan yang terserap oleh lingkungan kerja setelah kelulusan. Semakin cepat
lulusan tersebut bekerja pascalulus, berarti kalangan industri dan perusahaan
besar mengakui kualitas lulusan tersebut. Pemeringkatan universitas dalam daftar
ini menggunakan data dari Badan Statistik Pendidikan Tinggi. Peringkatan
dilakukan berdasarkan jumlah responden yang mengatakan telah pekerjaan
atau melanjutkan pendidikan dalam waktu enam bulan setelah kelulusan berbanding
dengan total pencari kerja atau pendidikan lanjutan.
Institusi
dengan kurang dari 1.000 responden tidak termasuk dalam daftar ini. Misalnya,
Institute of Education yang memiliki tingkat kerja 100 persen tetapi hanya 30
lulusan mengisi jajak pendapat tersebut.
Berikut 10 universitas di Inggris yang memiliki tingkat penyerapan lulusan tertinggi pada dunia kerja maupun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti dilansir dari Telegraph, Sabtu (3/11/2012).
Rang-king
|
Nama Universitas
|
Bekerja atau melanjutkan
pendidikan setelah 6 bulan lulus
|
Strategi/ Ciri
Khusus
|
1
|
Robert
Gordon University
|
97,1
persen
|
mempertahankan
hubungan yang kuat dengan kalangan industri untuk sektor teknik, komputer,
dan kesehatan.
|
2
|
University
of Northampton
|
95,6
persen
|
terkenal
dengan spesialisasi pada program studi (prodi) Manajemen Limbah serta Fesyen
dan Teknologi Kulit.
|
3
|
King's
College London
|
95,2
persen
|
diprakarsai
oleh Raja George IV dan The Duke of Wellington pada 1829 John Keats
|
4
|
University
of Glasgow
|
94,9
persen
|
Program-program di Institut ini disetujui oleh industry dan
Program tersebut merupakan perpaduan antara pembelajaran praktis dan teoretis.
|
5
|
University
of Lancaster
|
94,4
persen
|
Fakultas-fakultas utama di universitas ini antara lain:
Seni dan Ilmu Sosial, Manajemen, Sains dan Teknologi, Pembelajaran Seumur
Hidup, dan Partisipasi Umum. Keempat fakultas ini menaungi kurang lebih 70
jurusan, institut, dan pusat studi.
|
6
|
University
of Surrey
|
94
persen
|
Untuk mahasiswa internasional universitas ini menyediakan
kursus Bahasa Inggris. Ada empat fakultas di universitas, yaitu Fakultas Seni
& Ilmu Kemasyarakatan, Fakultas Teknik dan Ilmu Fisika, Fakultas
Kesehatan dan Ilmu Kedokteran, Fakultas Manajemen dan Hukum.
|
7
|
University
of Aberdeen
|
93,7
persen
|
|
8
|
Nottigham
Trent University
|
93,6
persen
|
mantan
politeknik di Nottingham
|
9
|
Edinburgh
Napier University
|
93,6
persen
|
|
10
|
University
of Edinburgh
|
93,6
persen
|
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.