Gas
Beracun dari Ozon
Secara
alamiah, ozon dihasilkan melalui percampuran cahaya ultraviolet dengan atmosfer
bumi dan membentuk suatu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer. Ozon
tertumpu dibawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas permukaan bumi yang
dikenal sebagai 'lapisan ozon'. Ozon dihasilkan dengan pelbagai persenyawaan
kimia, tetapi mekanisme utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah
penyerapan tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Ozon (O3) dihasilkan
apabila O2 menyerap sinar ultraviolet pada jarak gelombang 242 nanometer dan
disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar bagi jarak gelombang yang besar
dari 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama sinar UV antara 200 dan 330 nm.
Penggabungan proses-proses ini efektif dalam meneruskan kekonstanan bilangan
ozon dalam lapisan dan penyerapan 90% sinar UV.
Sebagian
besar ozon stratosfer dihasilkan di kawasan tropis dan diangkut ke ketinggian
yang tinggi dengan skala-besar putaran atmosfer semasa musim salju hingga musim
semi. Umumnya kawasan tropis memiliki ozon yang rendah. (UTC, 9 November 2011
13.43). Ozon sonde adalah sel elektrokimia dan penghantar radio yang dilekatkan
kepada balon yang berisi gas hidrogen yang dapat mencapai ketinggian kira-kira
35 km. Udara dimasukkan ke dalam sel kecil dengan pompa. Pelarut dalam sel
bercampur dengan ozon, menghasilkan arus eletrik yang berkadar sama dengan
jumlah ozon. Isyarat dari sel diubah atas kode dan diantarkan melalui radio
kepada penerima stasiun. Dari pelepasan balon hingga kegagalan, lazimnya
kira-kira 35 km, sonde ini menyediakan taburan menegak ozon.
UV
dikaitkan dengan pembentukan kanker kulit dan kerusakan genetik. Peningkatan
tingkat UV juga mempunyai dampak kurang baik terhadap sistem imunisasi hewan,
organisme akuatik dalam rantai makanan, tumbuhan dan tanaman. Penyerapan sinar
UV oleh ozon stratosfer amat berbahaya untuk kepentingan seluruh bumi. Ozon dipercayai
sebagai bahan beracun dan bahan cemar biasa. Ozon mempunyai bau yang tajam,
menusuk hidung. Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan
menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia,
merusak tanaman pangan tertentu, memengaruhi plankton yang akan berakibat pada
rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida (lihat pemanasan
global) akibat berkurangnya tanaman dan plankton.
Sebaliknya,
terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur
asap, yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan
akut bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner. Selain itu, Ozon
digunakan dalam bidang pengobatan untuk mengobati pasien dengan cara terawasi
dan mempunyai penggunaan yang meluas seperti di Jerman. Di antaranya ialah
untuk perawatan kulit terbakar. Sedangkan dalam perindustrian, ozon digunakan
untuk :
- mengenyahkan kuman sebelum dibotolkan (antiseptik),
- menghapuskan pencemaran dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan bahan organik kompleks yang dikenal sebagai warna),
- membantu proses flokulasi (proses pengabungan molekul untuk membantu penapis menghilangkan besi dan arsenik),
- mencuci, dan memutihkan kain (dipaten),
- membantu mewarnakan plastik,
- menentukan ketahanan getah.
Ancaman
yang diketahui terhadap keseimbangan ozon adalah kloroflorokarbon (CFC) buatan
manusia yang meningkatkan kadar penipisan ozon menyebabkan kemerosotan
berangsur-angsur dalam tingkat ozon global. CFC digunakan oleh masyarakat
modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya, dalam kulkas, bahan dorong
dalam penyembur, pembuatan busa dan bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik.
Masa hidup CFC berarti 1 molekul yang dibebaskan hari ini bisa ada 50 hingga
100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC
bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Di atas lapisan
ozon utama, pertengahan julat ketinggian 20 – 25 km, kurang sinar UV diserap
oleh ozon. Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan UV, dan membebaskan
atom klorin. Atom klorin ini juga berupaya untuk memusnahkan ozon dan
menghasilkan lubang ozon.
Lubang
ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian
tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan 'lubang' tersebut
terjadi setiap bulan September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin
semi atau awal musim panas. Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991,
lubang ozon yang luas telah dilacak di seluruh Antartika dengan kenaikan 60%
pengurangan ozon berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. Pada bulan
Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah
terjadi di seluruh Antartika.
Pengukuran
latar dan satelit menunjukkan pengurangan signifikan terhadap jumlah kolom ozon
pada musim dingin dan panas bagi kedua hemisfer utara dan selatan pada garis
lintang tengah dan tinggi. Didapati aliran ke bawah ini pada tahun 1980 agak
besar bila dibandingkan dengan tahun 1970. Tiada statistik aliran signifikan
dapat ditentukan bagi kawasan tropika semasa tahun 1980. Dengan kemajuan
komputer model bagi pemusnahan stratosfer ozon dapat menjelaskan pemerhatian aliran
jumlah ozon di ketinggian pertengahan pada musim panas, tetapi hanya sebagian
darinya pada musin sejuk. Ini bermakna pada masa depan perubahan global ozon
belum bisa diramalkan lagi.
Konsentrasi
ozon di Lapisan ozon atau lapisan atmosfer pada ketinggian 19 - 48 km (12 - 30
mil) di atas permukaan Bumi mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar
ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah
terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul
nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil. Jika gas
beracun Ozon berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan
dapat merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi
kehidupan di Bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang
dapat menyebabkan kanker.
Ketika
para ilmuwan menemukan bahwa bahan kimia kloro fluoro karbon (CFC) yang biasa
digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol, mereka sangat
khawatir akan ancaman ini. Bila dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin
ini akan dipecah oleh sinar Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan
menghancurkan molekul-molekul ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan
hingga 100.000 molekul ozon. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol
dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia
lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat
menyerang lapisan ozon.
Apa
Reaksi Dunia
Kejadian
lubang ozon stratosfer di kutub selatan di atas Antartika, ditemukan pada awal
1985. Pada tahun 1989, dipastikan bahwa kemungkinan perusakan lapisan ozon
dalam jumlah besar dapat juga terjadi di daerah Kutub Utara, dan kemungkinan
juga di daerah tropis. Selama beberapa dekade terakhir, CFC yang dilepaskan ke
atmosfer mencapai jumlah yang cukup besar sehingga jika tidak dicegah,
dikhawatirkan akan menghancurkan lapisan ozon.
Penggunaan
satelit mengelilingi kutub seperti Satelit NASA Nimbus7 yang membawa peralatan
"Total Ozone Mapping Spectrometer" (TOMS) telah merevolusikan
pemantauan ozon sejak 20 tahun yang lalu. Ini sangat tinggi nilainya untuk
menentukan aliran global. Ketepatan sensor satelit menggunakan prinsip yang
sama dengan spektrofotometer Gordon Dobson yang pertama kali diciptakan pada
tahun 1920 untuk mengukur jumlah ozon. Kini terdapat kurang lebih 80 jenis alat
ini untuk digunakan di seluruh dunia dalam mengukur jumlah ozon.
Usaha-usaha
untuk mencegah penipisan ozon menjadi mulai dilakukan bersama oleh semua negara
di dunia. Usaha itu pun telah digalakkan secara serius melalui UNEP (United
Nation Environment Programme) salah satu organisasi PBB yang bergerak di bidang
program perlindungan lingkungan dan alam.
Pada
tahun 1975, atas permintaan "United Nations Environment Programme"
(UNEP), WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk
mengkoordinasi pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang karena lapisan
ozon dikhawatirkan akan mengancam aktivitas manusia. Pada tahun 1977, pertemuan
pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap lapisan ozon. Pada tahun
1987, UNEP mengambil Protokol Montreal atas bahan yang mengurangi lapisan ozon.
Protokol ini memperkenalkan serangkaian kapasitas, termasuk jadwal tindakan,
mengawasi produksi dan pembebasan CFC ke alam sekitar. Ini memungkinkan tingkat
penggunaan dan produksi terkait CFC untuk turun ke tingkat semasa 1986 pada
tahun 1989, dan pengurangan sebanyak 50% pada 1999. Pada tahun 1987,
ditandatangani Protokol Montreal, suatu perjanjian untuk perlindungan terhadap
lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36 negara termasuk
Amerika Serikat. Pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak 1990 diusulkan
oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui
oleh Presiden AS George Bush.
Pada
Desember 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan
produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan
dapat menyebabkan pengurangan lapisan ozon hingga 15 persen pada tahun 2000. CFC
tidak diproduksi lagi di negara maju sejak akhir tahun 1995 dan dihentikan
secara bertahap di negara berkembang hingga tahun 2010. Sebagai penggantinya,
digunakan Hidrofluorokarbon atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabkan kerusakan
lapisan ozon bila dibandingkan CFC, hingga 2020 pada negara maju dan 2016 di
negara berkembang. Pada tahun 1991, National Aeronautics and Space
Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer untuk memonitor
berkurangnya ozon secara global. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada
ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada berbagai
ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di
atas.
Pada
awal tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja di Antartika mendeteksi
hilangnya ozon secara periodik di atas benua tersebut. Keadaan yang dinamakan
lubang ozon (suatu area ozon tipis pada lapisan ozon) ini, terbentuk saat musim
semi di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan sebelum menebal kembali.
Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada ketinggian tinggi dan
satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa persentase ozon secara keseluruhan di
Antartika sebenarnya terus menurun.
Mencegah
Penipisan Lubang Ozon dengan Sejuta Pohon
Selain
Lapisan Ozon di stratosfer menyerap radiasi ultra-violet yang berbahaya dari
matahari, bertambahnya bahan kimia buatan manusia yang mengandung senyawa
khlorin dan bromin, ikut merusak molekul ozon pada lapisan ini. Teori pertama
yang mendukung CFC sebagai perusak lapisan ozon di stratosfer dikemukakan oleh
Sherwood Rowland dan rekannya Mario Molina dari Universitas California pada
tahun 1974.
Data
ilmiah telah menunjukan bahwa terlepasnya bahan-bahan kimia buatan manusia,
seperti CFC, Halon, Metil Bromida, dan bahan perusak ozon lain ke udara dapat
menyebabkan rusaknya lapisan pelindung bumi di lapisan stratosfir. Berjuta-juta
molekul ozon mengalami kerusakan setiap menitnya, sehingga menyebabkan
peningkatan intensitas sinar UV-B berbahaya yang sampai ke permukaan bumi.
Apabila manusia terpapar oleh sinar ini, maka akan mempunyai resiko tinggi
untuk terjangkit kanker kulit, katarak mata, dan menurunnya ketahanan tubuh.
Dengan cara yang sama sinar UV akan menurunkan produktifitas pertanian, merusak
rantai makanan di laut, dan merusak bahan-bahan seperti plastik dan sebagainya.
Kepedulian industri, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan masyarakat
umum sangat diharapkan untuk mengambil tindakan dalam menghadapi kecenderungan
meningkatnya bahaya tersebut, dengan cara mengurangi dan menghapuskan
penggunaan Bahan Perusak ozon tersebut.
Penipisan
lapisan ozon menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan manusia dan kehidupan
di bumi. Radiasi ultraviolet menimbulkan dampak pada manusia, hewan, tanaman
dan bahan-bahan bangunan. Dampak ini akan semakin buruk bila kerusakan lapisan
ozon terus berlangsung. Bila lapisan ozon menjadi tipis, permukaan bumi akan
lebih terbuka terhadap radiasi UV-B yang mempunyai gelombang pendek. Untuk tiap
10 persen penipisan lapisan ozon akan terjadi kenaikkan radiasi UV sebesar 20
persen. Dengan lebih banyak radiasi gelombang pendek UV-B maka akan memicu
reaksi kimiawi di atmosfer bawah, yang dapat mengakibatkan penambahan jumlah
reaksi fotokimia yang menghasilkan asap beracun, terjadinya hujan asam dan
berakibat naiknya gangguan saluran pernapasan. Akhirnya, radiasi UV-B dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, meluasnya penyakit infeksi serta pertambahan
kasus kanker kulit dan juga vaksinasi terhadap sejumlah penyakit akan menjadi
kurang berhasilguna.
Selain
itu, penipisan lapisan ozon menyebabkan banyak tanaman lambat pertumbuhannya
dan sebagian mungkin akan menjadi kerdil, hasil sejumlah tanaman budidaya akan
menurun dan hutan-hutan akan menjadi rusak. Di laut radiasi dengan intensitas
tinggi akan merusak atau membunuh anak ikan, kepiting dan udang. Populasi
plankton yang menjadi dasar dari jaringan makanan hewan laut dapat mengalami
dampak buruk, sehingga menyebabkan pengaruh berantai untuk seluruh jaringan
makanan hewan laut.
Radiasi
UV akan menurunkan kemampuan sejumlah organisme dalam menyerap karbon dioksida
yang merupakan salah satu gas rumah kaca, sehingga konsentrasi gas rumah kaca
di atmosfer akan meningkat yang menyebabkan pemanasan global.
Kepala
Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN), Novita Ambarsari, di sela-sela Sosialisasi Perlindungan Lapisan Ozon
di Pusdik Armed, Kota Cimahi, mengatakan bahwa Kerusakan lapisan ozon di Kutub
Selatan mencapai seluas 27 juta kilometer persegi. Itu luasnya lebih besar
dibandingkan Amerika Utara yang luasnya sekitar 25 juta kilometer persegi. Hal
ini terjadi karena banyak sekali perilaku hidup manusia yang tanpa disadari
menyebabkan kerusakan ozon. Lubang ozon di kutub Selatan ini merupakan
penipisan lapisan ozon dengan konsentrasi lebih rendah dari 220 DU. Padahal sejak
tahun 1979, berdasarkan pengamatan ozon di Kutub Selatan nilai ini yang tidak
pernah lebih tinggi dari 220 DU.
Sedangkan
di Indonesia, berdasarkan data total ozon hasil pengukuran satelit Nimbus pada
Juni 2009, ada kecendrungan penurunan konsentrasi ozon total sebesar 0,29
DU/tahun. Bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon ini terutama berasal dari pemakaian
bahan-bahan jenis chlorofluorocarbons (CFC) yang dengan cepat meningkat sejak
tahun 1970-an. CFC digunakan dalam berbagai produk proses seperti lemari es,
pendingin udara, dan proses pembuatan busa lembut sebagai cairan pembersih, industri
alat pemadam kebakaran dan Metil Bromida yang dipakai untuk bahan pestisida. yang
menyebabkan kandungannya di atmosfer juga meningkat.
Kondisi
ozon di Indonesia berdasarkan data total ozon hasil pengukuran satelit Nimbus
pada Juni 2009, ada kecendrungan penurunan konsentrasi ozon total di Indonesia
sebesar 0,29 DU/tahun. Bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon ini terutama
berasal dari jenis chlorofluorocarbons (CFC) yang digunakan dalam berbagai
produk proses seperti lemari es, pendingin udara, proses pembuatan busa lembut,
sebagai cairan pembersih. Untuk
mengatasi hal ini adalah dengan cara mengubah perilaku manusia.
Sebagaimana diketahui, Indonesia terkenal sebagai negara pembabat hutan, beberapa penduduknya masih jauh dari kebiasaan hidup disiplin, masih banyak individu yang sedang berada di dalam mobil membuang sampah sembarangan ke jalan umum. Padahal, di kiri kanan jalan sudah disediakan tempat-tempat sampah. Masyarakat harus disadarkan bahwa manusia harus hidup lebih lama dengan suasana nyaman dan aman. Edukasi yang disampaikan bisa dalam bentuk cerita dan bukti nyata supaya warga tergerak hatinya untuk hidup dengan cara yang lebih baik. Pola hidup konsumtif dan kebiasaan masyarakat yang tidak sesuai dengan pola back to nature atau slogan Let’s Go Green yang sering dikumandangkan di televisi atau di iklankan di media cetak. Mungkin di beberapa negara ada aturan-aturan yang "terpaksa" membuat warganya dilisplin. Indonesia pun seharusnya bisa mengadopsi tata cara seperti ini. Banyak kebiasaan masyarakat yang menyalakan pesawat TV tanpa ada yang menontonnya. Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai "efek rumah kaca".
Sebagaimana diketahui, Indonesia terkenal sebagai negara pembabat hutan, beberapa penduduknya masih jauh dari kebiasaan hidup disiplin, masih banyak individu yang sedang berada di dalam mobil membuang sampah sembarangan ke jalan umum. Padahal, di kiri kanan jalan sudah disediakan tempat-tempat sampah. Masyarakat harus disadarkan bahwa manusia harus hidup lebih lama dengan suasana nyaman dan aman. Edukasi yang disampaikan bisa dalam bentuk cerita dan bukti nyata supaya warga tergerak hatinya untuk hidup dengan cara yang lebih baik. Pola hidup konsumtif dan kebiasaan masyarakat yang tidak sesuai dengan pola back to nature atau slogan Let’s Go Green yang sering dikumandangkan di televisi atau di iklankan di media cetak. Mungkin di beberapa negara ada aturan-aturan yang "terpaksa" membuat warganya dilisplin. Indonesia pun seharusnya bisa mengadopsi tata cara seperti ini. Banyak kebiasaan masyarakat yang menyalakan pesawat TV tanpa ada yang menontonnya. Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai "efek rumah kaca".
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.