"Maaf Pak Rektor. Tapi mahasiswa (lulusan) IPB banyak
yang kerja di Bank," kata Jokowi disambut tawa sejumlah mahasiswa yang
hadir.
Jokowi mengaku sudah mengecek sendiri di jajaran direksi
perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sangat banyak lulusan IPB bekerja di
sana, mulai dari level direksi hingga manajer tengah.
"Terus yang ingin jadi petani siapa? Ini pertanyaan
yang harus dijawab oleh mahasiswa-mahasiswa. Harus saya sampaikan apa adanya
karena itu data yang saya peroleh," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, harusnya mahasiswa lulusan IPB bisa
bekerja untuk sektor pertanian yang lebih modern. Mahasiswa bisa menggunakan
teknologi terkini seperti Google Earth hingga drone untuk mengembangkan sektor
pertanian.
"Siapa yang bisa melakukan ini? Yang hadir disini
semuanya. Mahasiswa dengan pemikiran modern, mau terjun ke lapangan, kerja di
sawah dan pertanian," kata Jokowi.Presiden Joko Widodo menyindir banyaknya
lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bekerja di dunia perbankan.
Sindiran ini disampaikan Jokowi dalam Sidang Terbuka Dies
Natalis IPB ke-54 di Kampus IPB, Bogor, Rabu (6/9/2017). Hadir dalam acara
tersebut ribuan mahasiswa, dosen hingga rektor IPB.
Dikutip dari situs resmi alumni IPB, Rabu (6/9), dalam data
tahun 2015 itu menunjukkan tingkat kesesuaian antara jurusan dengan pekerjaan
di 9 fakultas dan 1 diploma yang terhimpun dalam Tracer Study Alumni IPB.
Tracer Study Alumni IPB dilaksanakan setiap tahun oleh Direktorat Pengembangan
Karir dan Hubungan Alumni IPB. Tracer Study Alumni merupakan penelitian dalam bentuk
kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner meliputi : status kerja, masa
tunggu kerja, bidang pekerjaan, bidang tugas, kesesuaian latar belakang dengan
latar belakang pendidikan, dan esesuaian pekerjaan dengan minat.
Pada tahun 2015
jumlah alumni IPB adalah 6.773 orang. Sementara itu alumni yang mengisi
kuisioner adalah 4.927 orang atau 73. 18 persen dari target responden. Data
menunjukkan 79,20 persen lulusan IPB bekerja sesuai dengan jurusan atau
kompetensi yang mereka ambil. Hanya 19,31 persen yang tidak berkesesuaian dengan
pekerjaan yang mereka ambil. Untuk sektor pertanian, tingkat kesesuain
tertinggi terdapat di Fakultas Teknologi Pertanian. 87.36 persen lulusan Fateta
bekerja di bidang teknologi pertanian dan penelitian untuk memajukan sektor
pertanian di Indonesia.
"Saya memiliki keyakinan IPB punya kemampuan untuk
menyiapkan petani kita ke arah itu," ujar Jokowi di Grha Widya Wisuda,
Kampus IPB, Bogor.
Menurut Jokowi, lulusan IPB seharusnya dapat memberikan
manfaat langsung bagi dunia pertanian di Indonesia. Untuk itu, harapan secara
langsung dialamatkan bagi alumnus IPB dan kampus pada sektor pertanian lainnya
dalam mengembangkan industri pertanian di Indonesia.
"Sejak awal, bagaimana industri benih disiapkan, yang
kedua, aplikasi-aplikasi modern itu harus disiapkan, bagaimana memberikan
drone, memberikan google earth. Pakai semuanya. Bagaimana penggilingan rice
mill modern menjadi padi yang modern. Disiapkan. Bagaimana industri pengolahan
disiapkan," ungkapnya.
Mahasiswa dan alumni IPB diharapkan dapat kembali turun ke
lapangan sesuai praktik ilmu masing-masing. Mahasiswa pertanian pun diharapkan
dapat berfikir maju sesuai perkembangan teknologi saat ini.
"(Dibutuhkan) mahasiswa-mahasiswa yang berpikiran
modern yang mau terjun ke lapangan untuk kerja di sawah, di pertanian,"
ungkapnya.
Ahli Konservasi Tanaman Obat Tropika Institut Pertanian Bogor
(IPB) Prof. Dr. Ervizal A.M. Zuhud mengatakan kurangnya sumber daya manusia
(SDM) menjadi biang keladi terpuruknya sektor pertanian dan kehutanan.
"Sebenarnya kita nggak kekurangan sarjana sektor
pertanian. Di IPB banyak. Di universitas lain juga banyak. Tapi mereka lebih
milih kerja di bank daripada di hutan," ujar Ervizal dalam sebuah diskusi
di acara Indogreen Forestry Expo 2015 di JCC, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Ia tidak menyalahkan para sarjana lulusan sektor pertanian
dari berbagai universitas di tanah air yang tak mau terjun di sektor ini. Ia
justru menyoroti keberpihakan pemerintah yang dinilai masih rendah pada sektor
ini.
"Yang salah bukan IPB-nya, bukan UGM-nya, bukan
kampusnya. Tapi kondisinya memang tidak mendukung. Dari dulu pemerintah tidak
perhatian dengan sektor pertanian. Jadi sarjana yang lulusan pertanian dan
kehutanan pun ogah kerja di bidangnya. Nggak ada kepastian kalau kerja di
pertanian berapa pendapatannya dan sebagainya," katanya.
Ervizal menuntut pemerintah untuk lebih memperhatikan sektor
pertanian. Bukan hanya dengan penyediaan teknis bantuan pupuk, benih dan
peralatan pertanian, tetapi lebih pada pembentukan iklim usaha di sektor
pertanian yang lebih kondusif.
"Jangan kasih PMN (penyertaan modal negara) untuk
perusahaan-perusahaan bank saja. Tapi juga perusahaan di sektor pertanian dan
kehutanan. Saya tantang Pemerintah beri Rp 25 triliun ke sektor ini, dalam 5
tahun sektor pertanian ini akan kembalikan Rp 100 triliun ke pemerintah,"
tegasnya.
Menurut Rektor
Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto,
lulusan IPB mempunyai kompetensi umum yang tangguh, karena di IPB mereka
terbiasa berurusan dengan tanaman dan hewan.
"Hewan tidak bisa ditanya sakitnya apa, tapi dokter
hewan bisa tahu penyakit hewannya apa. Lebih hebat dari dokter manusia kan!
Lalu berurusan dengan tanaman, ikan, mikroba. Di IPB kita mempelajari bidang
biological system yang komplek dan uncertain, jadi kita terbiasa deal dengan
sesuatu uncertain dan kompleksitas," ujar Rektor.
Rektor mengatakan, jika ada masalah yang tidak beres saat
ditangani alumni perguruan tinggi lain, maka serahkan ke alumni IPB yang sudah
terbiasa menghadapi yang komplek dan uncertain. Lulusan IPB terbiasa
memperhatikan interaksi antara tanaman, cahaya, media tanam, pH atau
memperhatikan interaksi antar elemen dan unsur utama.
"Lulusan IPB terbiasa berfikir sistem. System thinking
kita terasah. Dalam menghadapi masalah yang komplek kita terbiasa runut.
Numerical analysis kita kuat, kita terbiasa dengan numerik. Statistika kita
kuat, matematika, kalkulus, aljabar matrik kita canggih. Kita kalau
menghadirkan solusi itu terukur dan tersistem. Jadi ada masalah di bidang
apapun beres termasuk bidang perbankan sekali pun. Kita berharap alumni yang di
perbankan bisa membantu memajukan pertanian. Contoh memudahkan petani
mendapatkan bantuan modal misalnya," kata Rektor.
Memang, jika ahli pertanian melakukan kegiatannya di kantoran kota-kota bisa janggal. Tetapi menjadi seorang Petanipun tidaklah harus memegang cangkul. Rindu nikmatnya cabe rawit. Kangen dengan sop kacang yang enak. Semoga beras dan sapi tidak harus di impor lagi oleh bangsa ini.
www.tribunnews.com
https://finance.detik.com/
http://economy.okezone.com/
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.