KULIAH PUBLIK: Siapa Intelektual Pertanian yang ingin jadi petani ?

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Friday, September 08, 2017

Siapa Intelektual Pertanian yang ingin jadi petani ?


"Maaf Pak Rektor. Tapi mahasiswa (lulusan) IPB banyak yang kerja di Bank," kata Jokowi disambut tawa sejumlah mahasiswa yang hadir.

Jokowi mengaku sudah mengecek sendiri di jajaran direksi perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sangat banyak lulusan IPB bekerja di sana, mulai dari level direksi hingga manajer tengah.

"Terus yang ingin jadi petani siapa? Ini pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa-mahasiswa. Harus saya sampaikan apa adanya karena itu data yang saya peroleh," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, harusnya mahasiswa lulusan IPB bisa bekerja untuk sektor pertanian yang lebih modern. Mahasiswa bisa menggunakan teknologi terkini seperti Google Earth hingga drone untuk mengembangkan sektor pertanian.

"Siapa yang bisa melakukan ini? Yang hadir disini semuanya. Mahasiswa dengan pemikiran modern, mau terjun ke lapangan, kerja di sawah dan pertanian," kata Jokowi.Presiden Joko Widodo menyindir banyaknya lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bekerja di dunia perbankan.

Sindiran ini disampaikan Jokowi dalam Sidang Terbuka Dies Natalis IPB ke-54 di Kampus IPB, Bogor, Rabu (6/9/2017). Hadir dalam acara tersebut ribuan mahasiswa, dosen hingga rektor IPB.

Dikutip dari situs resmi alumni IPB, Rabu (6/9), dalam data tahun 2015 itu menunjukkan tingkat kesesuaian antara jurusan dengan pekerjaan di 9 fakultas dan 1 diploma yang terhimpun dalam Tracer Study Alumni IPB. Tracer Study Alumni IPB dilaksanakan setiap tahun oleh Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB. Tracer Study Alumni merupakan penelitian dalam bentuk kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner meliputi : status kerja, masa tunggu kerja, bidang pekerjaan, bidang tugas, kesesuaian latar belakang dengan latar belakang pendidikan, dan esesuaian pekerjaan dengan minat.
Pada tahun 2015  jumlah alumni IPB adalah 6.773 orang. Sementara itu alumni yang mengisi kuisioner adalah 4.927 orang atau 73. 18 persen dari target responden. Data menunjukkan 79,20 persen lulusan IPB bekerja sesuai dengan jurusan atau kompetensi yang mereka ambil. Hanya 19,31 persen yang tidak berkesesuaian dengan pekerjaan yang mereka ambil. Untuk sektor pertanian, tingkat kesesuain tertinggi terdapat di Fakultas Teknologi Pertanian. 87.36 persen lulusan Fateta bekerja di bidang teknologi pertanian dan penelitian untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia.

"Saya memiliki keyakinan IPB punya kemampuan untuk menyiapkan petani kita ke arah itu," ujar Jokowi di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB, Bogor.

Menurut Jokowi, lulusan IPB seharusnya dapat memberikan manfaat langsung bagi dunia pertanian di Indonesia. Untuk itu, harapan secara langsung dialamatkan bagi alumnus IPB dan kampus pada sektor pertanian lainnya dalam mengembangkan industri pertanian di Indonesia.

"Sejak awal, bagaimana industri benih disiapkan, yang kedua, aplikasi-aplikasi modern itu harus disiapkan, bagaimana memberikan drone, memberikan google earth. Pakai semuanya. Bagaimana penggilingan rice mill modern menjadi padi yang modern. Disiapkan. Bagaimana industri pengolahan disiapkan," ungkapnya.

Mahasiswa dan alumni IPB diharapkan dapat kembali turun ke lapangan sesuai praktik ilmu masing-masing. Mahasiswa pertanian pun diharapkan dapat berfikir maju sesuai perkembangan teknologi saat ini.

"(Dibutuhkan) mahasiswa-mahasiswa yang berpikiran modern yang mau terjun ke lapangan untuk kerja di sawah, di pertanian," ungkapnya.

Ahli Konservasi Tanaman Obat Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ervizal A.M. Zuhud ‎mengatakan kurangnya sumber daya manusia (SDM) menjadi biang keladi terpuruknya sektor pertanian dan kehutanan.

"Sebenarnya kita nggak kekurangan sarjana sektor pertanian. Di IPB banyak. Di universitas lain juga banyak. Tapi mereka lebih milih kerja di bank daripada di hutan," ujar Ervizal dalam sebuah diskusi di acara Indogreen Forestry Expo 2015 di JCC, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Ia tidak menyalahkan para sarjana lulusan sektor pertanian dari berbagai universitas di tanah air yang tak mau terjun di sektor ini. Ia justru menyoroti keberpihakan pemerintah yang dinilai masih rendah pada sektor ini.

"Yang salah bukan IPB-nya, bukan UGM-nya, bukan kampusnya. Tapi kondisinya memang tidak mendukung. Dari dulu pemerintah tidak perhatian dengan sektor pertanian. Jadi sarjana yang lulusan pertanian dan kehutanan pun ogah kerja di bidangnya. Nggak ada kepastian kalau kerja di pertanian berapa pendapatannya dan sebagainya," katanya.

Ervizal menuntut pemerintah untuk lebih memperhatikan sektor pertanian. Bukan hanya dengan penyediaan teknis bantuan pupuk, benih dan peralatan pertanian, tetapi lebih pada pembentukan iklim usaha di sektor pertanian yang lebih kondusif.

"Jangan kasih PMN (penyertaan modal negara) untuk perusahaan-perusahaan bank saja. Tapi juga perusahaan di sektor pertanian dan kehutanan. Saya tantang Pemerintah beri Rp 25 triliun ke sektor ini, dalam 5 tahun sektor pertanian ini akan kembalikan Rp 100 triliun ke pemerintah," tegasnya.

Menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto,  lulusan IPB mempunyai kompetensi umum yang tangguh, karena di IPB mereka terbiasa berurusan dengan tanaman dan hewan.

"Hewan tidak bisa ditanya sakitnya apa, tapi dokter hewan bisa tahu penyakit hewannya apa. Lebih hebat dari dokter manusia kan! Lalu berurusan dengan tanaman, ikan, mikroba. Di IPB kita mempelajari bidang biological system yang komplek dan uncertain, jadi kita terbiasa deal dengan sesuatu uncertain dan kompleksitas," ujar Rektor.

Rektor mengatakan, jika ada masalah yang tidak beres saat ditangani alumni perguruan tinggi lain, maka serahkan ke alumni IPB yang sudah terbiasa menghadapi yang komplek dan uncertain. Lulusan IPB terbiasa memperhatikan interaksi antara tanaman, cahaya, media tanam, pH atau memperhatikan interaksi antar elemen dan unsur utama.

"Lulusan IPB terbiasa berfikir sistem. System thinking kita terasah. Dalam menghadapi masalah yang komplek kita terbiasa runut. Numerical analysis kita kuat, kita terbiasa dengan numerik. Statistika kita kuat, matematika, kalkulus, aljabar matrik kita canggih. Kita kalau menghadirkan solusi itu terukur dan tersistem. Jadi ada masalah di bidang apapun beres termasuk bidang perbankan sekali pun. Kita berharap alumni yang di perbankan bisa membantu memajukan pertanian. Contoh memudahkan petani mendapatkan bantuan modal misalnya," kata Rektor.

Memang, jika ahli pertanian melakukan kegiatannya di kantoran kota-kota bisa janggal. Tetapi menjadi seorang Petanipun tidaklah harus memegang cangkul. Rindu nikmatnya cabe rawit. Kangen dengan sop kacang yang enak. Semoga beras dan sapi tidak harus di impor lagi oleh bangsa ini.

 SUMBER :
www.tribunnews.com
https://finance.detik.com/
http://economy.okezone.com/

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.