KULIAH PUBLIK: Kisah Sekte Harta Soekarno, Mulai Dari Pengikut Di Berbagai Negara, Hingga Menghapus Utang Siapapun

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Friday, August 03, 2018

Kisah Sekte Harta Soekarno, Mulai Dari Pengikut Di Berbagai Negara, Hingga Menghapus Utang Siapapun


Soegiharto Notonegoro alias Sino, pria kelahiran Cilacap, (detikfinance, Kamis, 15/2/2018), dengan sebutan 'Yang Mulia' oleh para pengikutnya, menjadikan rumah miliknya sebagai markas besar dengan gerbang utama warna hitam di Jalan Bougenvil 3, Blok K 1-4 Nomor 24 Perumahan Griya Caraka, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pria berjengot dengan berpakaian loreng cokelat yang berjalan menggunakan alat bantu untuk jalan atau penyangga tubuh itu, mengklaim dirinya sebagai Presiden Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memiliki misi besar ingin menghapuskan utang umat manusia di dunia. Mengklaim sebagai pendiri negara-negara dunia, maka segala bentuk warisan atau aset di dunia boleh dikelola oleh UN Swissindo.

UN Swissindo adalah sebuah komunitas dengan misi melunasi utang rakyat jelata semua bangsa. Swissindo mengklaim sebagai satu-satunya pewaris sah kekayaan emas dan platinum seberat 78 juta ton, tersimpan di beberapa bank Swiss oleh mandat Presiden Soekarno. Sino membagibagikan file digital voucher Surat Kuasa M1, secarik kertas yang diklaim bakal melunasi seluruh utang penerimanya. Konsep itu mengejutkan, sayangnya bank tidak menganggap Swissindo sebagai gerombolan aneh, menuduh mereka sebagai penipu, lalu menolak mentah-mentah voucher M1.

Sino tidak terima dengan respons bank. Lantas dia mulai berkoar-koar, didengar takzim oleh kerumunan dua lusin anggotanya, yang kebanyakan adalah laki-laki yang mengenakan pakaian paramiliter lecek yang dilengkapi bordir logo United Nations hasil jahitan sendiri. Sebagian lainnya memakai seragam hijau tentara, lencana palsu tergantung di leher. Mereka semua senantiasa mengangguk setelah Sino menyelesaikan ucapannnya yang berapi-api soal tatanan dunia global serta perbudakan manusia oleh kapitalisme dan sistem utang.

Pemandangan yang harus diakui menakjubkan itu jujur saja tak terbayang. Swissndo diawali dengan berbasis di Cirebon. Namun dalam lima tahun terakhir, pengaruh dan jejaringnya sudah menjangkau dunia internasional. Swissindo mempunyai pengikut loyal dari Australia, Amerika Serikat, Eropa, hingga Amerika Latin.

Salah satu pengikut mencium tangan Sino, pemimpin Swissindo yang lebih suka dipanggil M1 dengan embel-embel ‘yang mulia’. Swissindo mulai menghiasi tajuk surat kabar di Indonesia, sejak mereka menggelar demonstrasi aneh menyambut “Grand Acclimation”—semacam upaya penobatan Sino sebagai satu-satunya presiden bagi seluruh warga dunia. Sino menjadi pemimpinnya, bahkan diklaim oleh pengikutnya sebagai Presiden Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tahun 2017, di Sumatra dan Kalimantan, pengikut Swissindo ditemukan menyebar pamflet tentang janji pembagian harta Soekarno. Situs mereka menobatkan Sino sebagai pemimpin spiritual, pemimpin tertinggi, sekaligus keturunan langsung Raja Sulaiman. Sino adalah pewaris rahasia besar, pusat dari teori konspirasi Soekarno hingga mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy. Sino mengaku mewarisi harta tak ternilai yang dapat melunasi utang semua manusia di muka bumi.

Anggota Swissindo menempatkan Indonesia—dan tentu saja sosok Sino—sebagai aktor penting di balik beberapa momen terbesar sejarah. Keyakinan yang bersandar pada teori konspirasi rumit yang mengaitkan peristiwa global dengan hal tak kasat mata—oplosan kreatif fakta dan takhayul. Perang Dunia II, pembunuhan JFK, sampai jatuhnya diktator Filipina Ferdinand Marcos, semuanya dalam keyakinan anggota kultus ini merupakan penanda perjuangan Swissindo sebelum mulai memegang kendali harta yang hilang, lantas menyelamatkan dunia dari ketidakadilan ekonomi.

Sino menceritakan ada jenderal militer dan organisasi rahasia global yang berusaha menyelamatkan masyarakat dunia dari utang perbankan. Inti semua celotehan Sino adalah penegasan bahwa dirinya dilahirkan menjadi pemimpin dunia. Sino mengklaim beberapa sosok berkuasa dari dalam maupun luar negeri sudah mengakuinya sebagai satu-satunya orang yang akan mengantarkan dunia ke “zaman keemasan” sebagai “raja” dari “NEO United Kingdom of God Sky Earth.”

Harta yang terus dibicarakannya, emas dan platina bernilai “US$1 triliun”, berasal dari kekayaan gabungan kerajaan-kerajaan besar zaman Majapahit, yang diturunkan ke Soekarno, lalu kini estafet berganti ke dirinya. Sino akan menggunakan harta ini untuk menyelamatkan dunia sebisa mungkin, selama ia masih hidup.

Sino menjelaskan pada anggota yang ada di pendopo siang itu, betapa Soekarno dan JFK adalah pewaris sah harta masa lalu. Keduanya mencoba menghapus utang. Tetapi utusan elit global tidak terima, membunuh JFK, serta menggulingkan Soekarno. Namun, Sino tidak bersedia menunjukkan di bank Swiss mana sebetulnya emas dan platina disimpan, dalinya kalau sampai menjelaskan detail lokasi harta tersebut kepada orang asing, nyawanya bakal terancam.

Pemberitaan soal Swissindo menjadi heboh, selalu miring. Karena itulah, Otoritas jasa keuangan (OJK) menyelidiki kultus itu. Sino sangat marah mendengar kabar tersebut. Dia memukul meja, berbalik mengancam akan menyerang pihak berwenang dengan senjata nuklir.

“Salah besar ketika OJK memvonis Swissindo ilegal. Kalau kalian tidak mau damai, pernyataan perang sudah saya berikan kepada dunia internasional, nuklir. Untuk apa nuklir dibuat kalau tidak dilakukan?”, kata Sino.

Salah satu anggota Swissindo berjaga di halaman depan markas mereka di Cirebon. Sino dan anggota Swissindo, cerita-cerita hal-hal dramatis agar mendapatkan tepuk tangan dari loyalis Swissindo. Lalu, setelah disoraki, Sino duduk lagi di kursinya dan merokok dengan ekspresi puas di wajahnya, terlihat sedang menikmati hidup.

Sino mengatakan, bahwa tidak mungkin dia meninggalkan markas tanpa potensi membahayakan dirinya sendiri. Sino mengaku selalu diincar musuh-musuhnya. Para anggota mencoba melengkapi cerita Sino penuh antusiasme. Ada dua yang paling semangat, memuja Sino sebagai penyelamat dunia. Kali lain, anggota Swissindo meyakinkan kalau Sino memiliki kekuatan luar biasa. Sino itu penguasa sebenarnya Vatikan. Interpol dan semua petinggi militer dunia mengangkat teleponnya, kata anggota lainnya. Siapapun yang meragukan status Sino, hanya orang-orang yang ingin menjatuhkan takhtanya.

Beberapa anggota betul-betul loyal dan bersemangat mewujudkan agenda Swissindo. Contohnya Kimarie Teter, perempuan asal California, Amerika Serikat. Dia tinggal di markas Swissindo. Dia selalu terlihat mengenakan jaket hijau ala tentara yang kedodoran. Teter mengatakan Sino menunjukkan sebagai “Prime Minister of Love for the United States” mewakili kultus tersebut. Kimarie Teter, warga AS, rela pindah ke Cirebon demi memperjuangkan idealisme Swissindo. Saat perempuan itu di usia awal 40 menceritakan pengalamannya pindah dari AS ke Laos, sampai akhirnya menjejakkan kaki di Indonesia. Teter menjelaskan awal mula memutuskan bergabung dengan Swissindo, bermula saat rumahnya dikirim tagihan dari Otoritas Pajak AS (IRS) sebesar $10.000. Teter didenda lantaran menunggak pajak.

“IRS menggangguku. Saya merasa seperti penjahat. Orang-orang kejam ini menerorku, mengatakan saya harus melunasi utang. Saya benar-benar tidak ada pilihan lain.” kata Teter.

Teter mengklaim dia sudah buntu akal buat menyelesaikan tagihan pajaknya. Dia mengirim surat permohonan keringanan ke berbagai instansi di Negeri Paman Sam. Hasilnya nihil. Dia lantas terobsesi pada konsep utang. Kenapa manusia harus berutang? Adakah cara buat lepas dari jeratan bunga, sistem perbankan, hingga pajak? Di titik nadir, lewat Internet, dia mendengar informasi mengenai Swissindo. Tanpa bisa berbahasa Indonesia sama sekali, Teter nekat mengajak ngobrol anggota Swissindo. Dia kemudian mendapat jejaring sesama anggota internasional Swissindo asal Australia, Amerika Serikat, maupun Kanada. Menurut pengakuannya, semua utang tiba-tiba lenyap setelah dia mendapat salinan Voucher M1. Tidak ada lagi petugas pajak yang mendatangi rumahnya. Teter merasa dibantu oleh juru selamat sejati.

Dalam hitungan bulan, setelah mengenal Swissindo, Teter terbang ke Laos. Dia ditugaskan bekerja di kantor Swissindo cabang setempat, dan direstui keberadaannya oleh keluarga kerajaan Lao. Teter sudah sepenuhnya beriman pada cita-cita Swissindo. Dia meyakini Sino yang dia panggil “Papa” adalah pria dengan misi ilahi. Kepada Sino, Teter menyerahkan sisa hidupnya, yang akan mengakhiri masalah terbesar di dunia : utang.

“Utang adalah masalah Hak Asasi Manusia. Perbudakan, utang, perdagangan manusia. Melalui utang, elit global menjual akta kelahiran kita ke pasar modal. Jadi, yang bisa kami lakukan adalah memberikan alternatif bagi manusia lain untuk lepas dari ini semua.” ujar Teter

Kepala Kantor Cabang Otoritas Jasa Keuangan di Cirebon, Muhammad Luthfi, menegaskan semua janji manis Sino adalah omong kosong. Kantor cabang OJK setempat, sudah menerima banyak laporan soal aksi preman yang mengaku terhubung pada Swissindo. Preman-preman itu berusaha mengintimidasi manajer cabang bank-bank BUMN maupun swasta sekitaran Cirebon, dengan tuntutan melunasi utang rakyat. Swissindo itu lembaga juga bukan, karena dia tidak berizin dari instansi manapun. Kekuatannya [Swssindo] dibangun dari rasa keputusasaan, dari orang-orang yang tidak mampu membayar kewajibannya kepada kreditor. Orang yang putus asa itu begitu banyak itu lantas digalang kayak Jihad gitu. Jadi mereka punya semangat.

Manajer Bank Rakyat Indonesia di Kabupaten Kuningan, yang berbatasan dengan Cirebon. Agus Ahdiyat,  menunjukkan berkas-berkas kasus yang pernah anak buahnya alami saat berurusan dengan Swissindo. Penduduk setempat terus membawa dokumen-dokumen ini yang mengklaim seluruh utang mereka telah dilunasi. Pihak bank sudah memberitahu bahwa voucher itu cuma penipuan, namun beberapa anggota Swissindo tetap menolak keterangan BRI. Agus Ahdiyat, memperlihatkan video anggota Swissindo meneror anak buahnya.

“Saya merasa lucu ya dengan sistem mereka seperti itu, dan merasa kasihan juga mereka bisa mempercayai [Swissindo]. Sebagian dari mereka pasti banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk melakukan aktivitas Swissindo, ternyata hasilnya tidak ada. Kadang saya merasa geram juga karena kita sudah dijelaskan bahwa Swissindo legalitasnya adalah palsu, tapi mereka tetap tidak percaya.”

Perlahan, seiring waktu makin banyak orang dari berbagai wilayah mengajukan laporan resmi, setelah anggota Swissindo menagih mereka setoran lebih dari Rp1 juta dengan dalih biaya administrasi mengurus dokumen pelunasan utang. Di titik ini, sepak terjang Swissindo makin mirip seperti skema penipuan pangeran Nigeria yang marak di internet. Anggota sekte diharuskan bayar sejumlah uang agar pelunasan utang lebih lancar.

Sepanjang 2016-2017, OJK mencatat rasio kredit macet (NPL) secara nasional meningkat, antara 3 hingga 4 persen, baik di bank swasta maupun BUMN. Sebagian bank akhirnya mencoba berbagai siasat agar NPL turun, idealnya di kisaran 2,5 persen. Mayoritas bank di Tanah Air harus menghadapi ketidakmampuan debitur mengembalikan pinjaman. Tak heran bila kondisi macam ini membuat Swissindo bisa meraih simpati sebagian orang putus asa. Bahkan, voucher pelunas utang M1 benar-benar berfungsi, tapi bukan karena validitas harta di Swiss atau pengaruh Sino sebagai pemimpin dunia baru. Rombongan anggota ormas bertampang Preman yang setia pada Sino itulah yang menjalankan tugas 'menghapus' utang. Rombongan preman Swissindo biasa mengunjungi kantor cabang bank di sekitaran Cirebon, berusaha menakut-nakuti juru tagih atau teller. Utang anggota sebetulnya tetap ada, tapi telepon dan surat peringatan setidaknya berhenti. Premanisme inilah yang membuat Sino tetap memiliki anggota setia, karena ia berhasil menunjukkan kalau betul memiliki kekuasaan—setidaknya untuk balas menggertak debt collector suruhan bank.

Jeratan hukum mulai menyasar Sino dan pengikutnya yang setia. Swissindo tak lagi menerbitkan voucher pelunas utang. Ternyata penyelidikan OJK, sudah melibatkan kepolisian, memaksa sang pemimpin dunia baru itu melunak, bahkan minta maaf kepada publik.

Akan tetapi masih banyak anggota yang memuja Sino, memposting pernyataan online mendukung Swissindo. Teter pun masih menjadi anggota Swissindo karena foto profil terbaru Facebook-nya adalah wajahnya yang diedit sangat berantakan memakai seragam militer Swissindo. Teter mengunggah GIF anak-anak yang berlari melintasi lapangan, sambil membawa bendera merah putih. Dia masih percaya pada misi mulia sektenya. Di bawah gambar itu, tertulis: “UN Swissindo is the answer!”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Satuan Petugas (satgas) Waspada Investasi mengeluarkan keputusan bahwa UN Swissindo tak memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan pelunasan utang tersebut. Menyusul akhirnya OJK mengeluarkan siaran pers pada 20 Juni 2016 dengan nomor SP 56/DKNS/OJK/6/2016, yang berisi imbauan kepada masyarakat agar waspada terhadap janji-janji pelunasan kredit oleh pihak bertanggung jawab. Keputusan itu muncul setelah UN Swissindo mulai menjadi perbincangan. Lima bulan kemudian, OJK dan Satgas Waspada Investgasi kembali mengeluarkan siaran pers dengan nomor SP 110/DKNS/OJK/XI/2016 tentang pengungkapan kasus tersebut, tepatnya pada 1 November 2016.

OJK dan Satgas Waspada Investigasi menyatakan bahwa UN Swissindo telah melakukan kegiatan yang melanggar hukum. Satgas Waspada Investasi pun kemudian melaporkan kasus UN Swissindo ke Bareskrim Polri pada 13 September 2016. Di hari yang sama, Satgas Waspada Investasi juga menyurati UN Swissindo untuk menghentikan kegiatannya, karena kegiatan sekter tersebut tidak sesuai dengan mekanisme pelunasan kredit ataupun pembiayaan yang berlaku di perbankan atau lembaga pembiayaan.

Setahun setelah adanya keputusan penghentian kegiatan UN Swissindo, pada 23 Agustus 2017, Pimpinan UN Swissindo Sino dipanggil Satgas Waspada Investasi. Sino mendatangani empat pernyataan. Pernyataan tersebut tentang penghentian kegiatan dan permintaan maafnya untuk tidak mengulangi kembali atau melakukan kegiatan yang sama. Pernyataan Sino itu dibubuhi tandatangannya serta materai Rp 6.000. Pernyataan itu diketahui oleh Tongam L Tobing selaku Ketua Satgas Waspada Investasi.

Pada Jumat, 18 Agutus 2017, para pengikut UN Swissindo menggeruduk kantor Pusat Bank Mandiri Cirebon dengan membawa voucher M1. Harapannya uang bisa dicairkan. Nyatanya, Bank Mandiri menolak dan tidak pernah merasa mendapatkan instruksi dari Bank Mandiri pusat terkait voucher tersebut. Hal yang sama juga terjadi di Kudus. Aksi unjukrasa puluhan anggota lembaga UN Swissindo di Kantor Bank Indonesia Perwakilan sulawesi yang berada di Makassar berakhir ricuh, pengunjuk rasa terlibat aksi saling dorong hingga nyaris adu jotos saat memblokir pintu masuk Bank Indonesia. 

Dalam aksi itu pihak lembaga UN Swissindo meminta Bank Indonesia segera mengeluarkan keputusan terkait keaslian dokumen surat Bank Indonesia milik UN Swissindo yang berisi tentang pembebasan utang masyarakat di beberapa bank di Indonesia. Para pengunjuk rasa memaksa menutup pintu masuk kantor Bank Indonesia namun dihalangi oleh petugas. Para pengunjuk rasa meminta pihak Bank Indonesia memberikan dokumen berisi tentang pembebasan utang masyarakat di beberapa bank di Indonesia karena pihak Swissindo telah menyetorkan sejumlah uang dari bank dunia ke Bank Indonesia untuk pelunasan utang masyarakat. Aksi demosntrasi ini merupakan hari ketiga yang dilakukan lembaga Swissindo Sulsel dari aksi demonstrasi selama lima hari berturut turut yang mereka rencanakan

United Nations Swissindo Trust Internasional Orbit (UN Swissindo) mengaku sebagai salah satu lembaga yang mampu menghapuskan utang umat manusia di dunia. Walau sudah dilarang beroperasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Faktanya, lembaga dengan pengikut dari seluruh dunia itu masih beroperasi.

Tim Publikasi UN Swissindo Rahardjo (detikFinance, Selasa, 13/1/2018) tak menampik UN Swissindo masih menjalankan kegiatannya, masih konsisten untuk menyejahterakan rakyat dengan pembebasan utang. UN Swissindo merasa menjadi korban politik, karena telah dihentikan oleh OJK dan Satgas Waspada Investigasi.  Beliau (Sino) menghadiri panggilan OJK dengan harapan ingin meluruskan masalah. Beliau menjelaskan secara gamblang dan rinci, harapannya ada win-win solution. Tapi forum di OJK ada kesan memojokkan dan menyudutkan. OJK dinilai tak punya kewenangan untuk menghentikan. Sebab, UN Swissindo mengklaim bukan sebagai lembaga biasanya, melainkan pendiri negara di dunia. Saat ini sebetulnya dengan adanya Pancasila dan UUD 45 dari tahun 1945 apakah sudah dijalankan? Pasal 33 tentang kesejahteraan rakyat dan sila kelima sudah dipenuhi? Nah, Swissindo ingin mewujudkan itu.

Rahardjo menjelaskan untuk bisa menyejahterakan rakyat adalah hal yang mudah bagi Swissindo. Sebagai pendiri negara, Swissindo memiliki hak untuk mendapatkan warisan dari berbagai pendiri, salah satunya Soekarno. Aset atau warisan itu, bisa dicairkan dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS) maupun rupiah hanya dengan voucher M1 ke bank. Voucher yang ditandatangani oleh Sino, pria kelahiran Cilacap yang mengklaim sebagai Presiden PBB. Syarat pertamanya hanya dengan voucher M1. Syaratnya cukup isi seusia E-KTP, tak memandang suku, ras, agama. Yang tak beragama juga berhak mendapatkannya. Pelunasan utang, mampu menyelesaikan masalah tentang kesejahteraan rakyat yang selama ini masih rumit untuk diselesaikan oleh pemerintah. Cukup dengan itu (pelunasan utang) saja. Bukan hanya Indonesia, dunia juga.

Menurut Dadang, Pemimpin UN Swissindo Sino, memegang tongkat kepemimpinan pendiri negara. Bahkan, diklaim sebagai penerus Soekarno. Menurut Rahardjo, UN Swissindo meneruskan perjuangan Soekarno yang telah menghantarkan rakyat ke gerbang kesejahteraan. Jika era Soekarno hanya menghantarkan sampai gerbang, Rahardjo menegaskan, UN Swissindo mengajak masuk rakyat dunia untuk ke dalam kesejahteraan.

"Sebernya bukan Soekarno saja, para wali juga. Tapi, yang mudah kita deteksi kan Soekarno. Masa Soekarno kan belum teraelisasi, maka kita teruskan," tegasnya.

Ia juga tak menampik estafet Presiden PBB versi UN Swissindo itu bisa diteruskan oleh orang lain. Namun waktu dan nama calon pemimpin masih menjadi kehendak tuhan. Itu kehendek Ilahi. Kalau tahu (calon pemimpinnya) sapa, nanti akan bunuh-bunuh memperebutkan itu. Pasti ada regenerasi, tapi dirahasiakan. Karena kalau pemerintah tahu nanti akan ada penggulingan atau kudeta.

Rahardjo tak menampik hal tersebut berpengaruh. Beberapa pengikutnya yang merasa khawatir tentang kebenaran UN Swissindo. Khawatir wajar saja. Itu sebuah perjuangan. Yang merasa takut ada, atau yang berpikir bahwah Swissindo ini bohong, ada. Rahardjo mengaku akan tetap setia untuk terus memperjuangkan demi meyakinkan kebenaran yang telah ia yakini tentang UN Swissindo. Itu proses pendewasaan untuk meyakinkan kebenaran. Mencapai cita-cita pendiri negara untuk masuk ke pintu gerbang (kesejahteraan). Pembebasan utang butuh usaha, bukan soal voucher M1. Kami tidak takut, meski ada intimidasi politik.


Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Komisaris Besar Polisi Daniel Tahi Monang Silitonga membenarkan. Soegiharto ditangkap Rabu siang, (2 Agustus 2018) dan penangkapan dilakukan terkait UN Swissindo. Ia ditangkap di Cirebon. Hingga saat ini baru Sino yang ditangkap. Jumlah korban belum bisa dihitung. Atas perbuatannya, lembaga ini dijerat tindak pidana pemalsuan dan penipuan. Dari penangkapan ini disita banyak mata uang asing yang diduga palsu. Pelaku dijerat dengan pasal pemalsuan dan penipuan serta UU mata uang. Korban banyak karena UN Swissindo memalsukan sertifikat Bank Indonesia. Sertifikat palsu itu, oleh pelaku digunakan untuk meyakinkan masyarakat bahwa utangnya nanti akan lunas dan tidak perlu dibayar.

SUMBER:

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.