Soegiharto
Notonegoro alias Sino, pria kelahiran Cilacap, (detikfinance, Kamis,
15/2/2018), dengan sebutan 'Yang Mulia' oleh para pengikutnya, menjadikan rumah
miliknya sebagai markas besar dengan gerbang utama warna hitam di Jalan
Bougenvil 3, Blok K 1-4 Nomor 24 Perumahan Griya Caraka, Kecamatan Kedawung,
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pria berjengot dengan berpakaian loreng cokelat
yang berjalan menggunakan alat bantu untuk jalan atau penyangga tubuh itu,
mengklaim dirinya sebagai Presiden Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
memiliki misi besar ingin menghapuskan utang umat manusia di dunia. Mengklaim
sebagai pendiri negara-negara dunia, maka segala bentuk warisan atau aset di
dunia boleh dikelola oleh UN Swissindo.
UN
Swissindo adalah sebuah komunitas dengan misi melunasi utang rakyat jelata
semua bangsa. Swissindo mengklaim sebagai satu-satunya pewaris sah kekayaan
emas dan platinum seberat 78 juta ton, tersimpan di beberapa bank Swiss oleh
mandat Presiden Soekarno. Sino membagibagikan file digital voucher Surat Kuasa
M1, secarik kertas yang diklaim bakal melunasi seluruh utang penerimanya. Konsep
itu mengejutkan, sayangnya bank tidak menganggap Swissindo sebagai gerombolan
aneh, menuduh mereka sebagai penipu, lalu menolak mentah-mentah voucher M1.
Sino
tidak terima dengan respons bank. Lantas dia mulai berkoar-koar, didengar
takzim oleh kerumunan dua lusin anggotanya, yang kebanyakan adalah laki-laki yang
mengenakan pakaian paramiliter lecek yang dilengkapi bordir logo United Nations
hasil jahitan sendiri. Sebagian lainnya memakai seragam hijau tentara, lencana
palsu tergantung di leher. Mereka semua senantiasa mengangguk setelah Sino
menyelesaikan ucapannnya yang berapi-api soal tatanan dunia global serta
perbudakan manusia oleh kapitalisme dan sistem utang.
Pemandangan yang harus diakui menakjubkan itu
jujur saja tak terbayang. Swissndo diawali dengan berbasis di Cirebon. Namun
dalam lima tahun terakhir, pengaruh dan jejaringnya sudah menjangkau dunia
internasional. Swissindo mempunyai pengikut loyal dari Australia, Amerika
Serikat, Eropa, hingga Amerika Latin.
Salah
satu pengikut mencium tangan Sino, pemimpin Swissindo yang lebih suka dipanggil
M1 dengan embel-embel ‘yang mulia’. Swissindo mulai menghiasi tajuk surat kabar
di Indonesia, sejak mereka menggelar demonstrasi aneh menyambut “Grand
Acclimation”—semacam upaya penobatan Sino sebagai satu-satunya presiden bagi
seluruh warga dunia. Sino menjadi pemimpinnya, bahkan diklaim oleh pengikutnya sebagai Presiden Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tahun
2017, di Sumatra dan Kalimantan, pengikut Swissindo ditemukan menyebar pamflet
tentang janji pembagian harta Soekarno. Situs mereka menobatkan Sino sebagai
pemimpin spiritual, pemimpin tertinggi, sekaligus keturunan langsung Raja
Sulaiman. Sino adalah pewaris rahasia besar, pusat dari teori konspirasi Soekarno
hingga mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy. Sino mengaku mewarisi
harta tak ternilai yang dapat melunasi utang semua manusia di muka bumi.
Anggota
Swissindo menempatkan Indonesia—dan tentu saja sosok Sino—sebagai aktor penting
di balik beberapa momen terbesar sejarah. Keyakinan yang bersandar pada teori
konspirasi rumit yang mengaitkan peristiwa global dengan hal tak kasat
mata—oplosan kreatif fakta dan takhayul. Perang Dunia II, pembunuhan JFK,
sampai jatuhnya diktator Filipina Ferdinand Marcos, semuanya dalam keyakinan
anggota kultus ini merupakan penanda perjuangan Swissindo sebelum mulai
memegang kendali harta yang hilang, lantas menyelamatkan dunia dari
ketidakadilan ekonomi.
Sino
menceritakan ada jenderal militer dan organisasi rahasia global yang berusaha
menyelamatkan masyarakat dunia dari utang perbankan. Inti semua celotehan Sino
adalah penegasan bahwa dirinya dilahirkan menjadi pemimpin dunia. Sino
mengklaim beberapa sosok berkuasa dari dalam maupun luar negeri sudah
mengakuinya sebagai satu-satunya orang yang akan mengantarkan dunia ke “zaman
keemasan” sebagai “raja” dari “NEO United Kingdom of God Sky Earth.”
Harta
yang terus dibicarakannya, emas dan platina bernilai “US$1 triliun”, berasal
dari kekayaan gabungan kerajaan-kerajaan besar zaman Majapahit, yang diturunkan
ke Soekarno, lalu kini estafet berganti ke dirinya. Sino akan menggunakan harta
ini untuk menyelamatkan dunia sebisa mungkin, selama ia masih hidup.
Sino
menjelaskan pada anggota yang ada di pendopo siang itu, betapa Soekarno dan JFK
adalah pewaris sah harta masa lalu. Keduanya mencoba menghapus utang. Tetapi
utusan elit global tidak terima, membunuh JFK, serta menggulingkan Soekarno. Namun,
Sino tidak bersedia menunjukkan di bank Swiss mana sebetulnya emas dan platina
disimpan, dalinya kalau sampai menjelaskan detail lokasi harta tersebut kepada
orang asing, nyawanya bakal terancam.
Pemberitaan
soal Swissindo menjadi heboh, selalu miring. Karena itulah, Otoritas jasa
keuangan (OJK) menyelidiki kultus itu. Sino sangat marah mendengar kabar
tersebut. Dia memukul meja, berbalik mengancam akan menyerang pihak berwenang
dengan senjata nuklir.
“Salah
besar ketika OJK memvonis Swissindo ilegal. Kalau kalian tidak mau damai,
pernyataan perang sudah saya berikan kepada dunia internasional, nuklir. Untuk
apa nuklir dibuat kalau tidak dilakukan?”, kata Sino.
Salah
satu anggota Swissindo berjaga di halaman depan markas mereka di Cirebon. Sino
dan anggota Swissindo, cerita-cerita hal-hal dramatis agar mendapatkan tepuk
tangan dari loyalis Swissindo. Lalu, setelah disoraki, Sino duduk lagi di
kursinya dan merokok dengan ekspresi puas di wajahnya, terlihat sedang
menikmati hidup.
Sino
mengatakan, bahwa tidak mungkin dia meninggalkan markas tanpa potensi membahayakan
dirinya sendiri. Sino mengaku selalu diincar musuh-musuhnya. Para anggota
mencoba melengkapi cerita Sino penuh antusiasme. Ada dua yang paling semangat, memuja
Sino sebagai penyelamat dunia. Kali lain, anggota Swissindo meyakinkan kalau
Sino memiliki kekuatan luar biasa. Sino itu penguasa sebenarnya Vatikan.
Interpol dan semua petinggi militer dunia mengangkat teleponnya, kata anggota
lainnya. Siapapun yang meragukan status Sino, hanya orang-orang yang ingin
menjatuhkan takhtanya.
Beberapa
anggota betul-betul loyal dan bersemangat mewujudkan agenda Swissindo.
Contohnya Kimarie Teter, perempuan asal California, Amerika Serikat. Dia
tinggal di markas Swissindo. Dia selalu terlihat mengenakan jaket hijau ala
tentara yang kedodoran. Teter mengatakan Sino menunjukkan sebagai “Prime
Minister of Love for the United States” mewakili kultus tersebut. Kimarie
Teter, warga AS, rela pindah ke Cirebon demi memperjuangkan idealisme
Swissindo. Saat perempuan itu di usia awal 40 menceritakan pengalamannya pindah
dari AS ke Laos, sampai akhirnya menjejakkan kaki di Indonesia. Teter
menjelaskan awal mula memutuskan bergabung dengan Swissindo, bermula saat
rumahnya dikirim tagihan dari Otoritas Pajak AS (IRS) sebesar $10.000. Teter didenda
lantaran menunggak pajak.
“IRS
menggangguku. Saya merasa seperti penjahat. Orang-orang kejam ini menerorku,
mengatakan saya harus melunasi utang. Saya benar-benar tidak ada pilihan lain.”
kata Teter.
Teter
mengklaim dia sudah buntu akal buat menyelesaikan tagihan pajaknya. Dia
mengirim surat permohonan keringanan ke berbagai instansi di Negeri Paman Sam.
Hasilnya nihil. Dia lantas terobsesi pada konsep utang. Kenapa manusia harus
berutang? Adakah cara buat lepas dari jeratan bunga, sistem perbankan, hingga
pajak? Di titik nadir, lewat Internet, dia mendengar informasi mengenai
Swissindo. Tanpa bisa berbahasa Indonesia sama sekali, Teter nekat mengajak
ngobrol anggota Swissindo. Dia kemudian mendapat jejaring sesama anggota
internasional Swissindo asal Australia, Amerika Serikat, maupun Kanada. Menurut
pengakuannya, semua utang tiba-tiba lenyap setelah dia mendapat salinan Voucher
M1. Tidak ada lagi petugas pajak yang mendatangi rumahnya. Teter merasa dibantu
oleh juru selamat sejati.
Dalam
hitungan bulan, setelah mengenal Swissindo, Teter terbang ke Laos. Dia
ditugaskan bekerja di kantor Swissindo cabang setempat, dan direstui
keberadaannya oleh keluarga kerajaan Lao. Teter sudah sepenuhnya beriman pada
cita-cita Swissindo. Dia meyakini Sino yang dia panggil “Papa” adalah pria
dengan misi ilahi. Kepada Sino, Teter menyerahkan sisa hidupnya, yang akan
mengakhiri masalah terbesar di dunia : utang.
“Utang
adalah masalah Hak Asasi Manusia. Perbudakan, utang, perdagangan manusia.
Melalui utang, elit global menjual akta kelahiran kita ke pasar modal. Jadi,
yang bisa kami lakukan adalah memberikan alternatif bagi manusia lain untuk
lepas dari ini semua.” ujar Teter
Kepala
Kantor Cabang Otoritas Jasa Keuangan di Cirebon, Muhammad Luthfi, menegaskan
semua janji manis Sino adalah omong kosong. Kantor cabang OJK setempat, sudah
menerima banyak laporan soal aksi preman yang mengaku terhubung pada Swissindo.
Preman-preman itu berusaha mengintimidasi manajer cabang bank-bank BUMN maupun
swasta sekitaran Cirebon, dengan tuntutan melunasi utang rakyat. Swissindo itu
lembaga juga bukan, karena dia tidak berizin dari instansi manapun. Kekuatannya
[Swssindo] dibangun dari rasa keputusasaan, dari orang-orang yang tidak mampu
membayar kewajibannya kepada kreditor. Orang yang putus asa itu begitu banyak
itu lantas digalang kayak Jihad gitu. Jadi mereka punya semangat.
Manajer
Bank Rakyat Indonesia di Kabupaten Kuningan, yang berbatasan dengan Cirebon. Agus
Ahdiyat, menunjukkan berkas-berkas kasus
yang pernah anak buahnya alami saat berurusan dengan Swissindo. Penduduk
setempat terus membawa dokumen-dokumen ini yang mengklaim seluruh utang mereka
telah dilunasi. Pihak bank sudah memberitahu bahwa voucher itu cuma penipuan,
namun beberapa anggota Swissindo tetap menolak keterangan BRI. Agus Ahdiyat, memperlihatkan
video anggota Swissindo meneror anak buahnya.
“Saya
merasa lucu ya dengan sistem mereka seperti itu, dan merasa kasihan juga mereka
bisa mempercayai [Swissindo]. Sebagian dari mereka pasti banyak meluangkan
waktu dan tenaganya untuk melakukan aktivitas Swissindo, ternyata hasilnya
tidak ada. Kadang saya merasa geram juga karena kita sudah dijelaskan bahwa
Swissindo legalitasnya adalah palsu, tapi mereka tetap tidak percaya.”
Perlahan,
seiring waktu makin banyak orang dari berbagai wilayah mengajukan laporan
resmi, setelah anggota Swissindo menagih mereka setoran lebih dari Rp1 juta
dengan dalih biaya administrasi mengurus dokumen pelunasan utang. Di titik ini,
sepak terjang Swissindo makin mirip seperti skema penipuan pangeran Nigeria
yang marak di internet. Anggota sekte diharuskan bayar sejumlah uang agar
pelunasan utang lebih lancar.
Sepanjang
2016-2017, OJK mencatat rasio kredit macet (NPL) secara nasional meningkat,
antara 3 hingga 4 persen, baik di bank swasta maupun BUMN. Sebagian bank
akhirnya mencoba berbagai siasat agar NPL turun, idealnya di kisaran 2,5
persen. Mayoritas bank di Tanah Air harus menghadapi ketidakmampuan debitur
mengembalikan pinjaman. Tak heran bila kondisi macam ini membuat Swissindo bisa
meraih simpati sebagian orang putus asa. Bahkan, voucher pelunas utang M1
benar-benar berfungsi, tapi bukan karena validitas harta di Swiss atau pengaruh
Sino sebagai pemimpin dunia baru. Rombongan anggota ormas bertampang Preman
yang setia pada Sino itulah yang menjalankan tugas 'menghapus' utang. Rombongan
preman Swissindo biasa mengunjungi kantor cabang bank di sekitaran Cirebon,
berusaha menakut-nakuti juru tagih atau teller. Utang anggota sebetulnya tetap
ada, tapi telepon dan surat peringatan setidaknya berhenti. Premanisme inilah
yang membuat Sino tetap memiliki anggota setia, karena ia berhasil menunjukkan
kalau betul memiliki kekuasaan—setidaknya untuk balas menggertak debt collector
suruhan bank.
Jeratan
hukum mulai menyasar Sino dan pengikutnya yang setia. Swissindo tak lagi
menerbitkan voucher pelunas utang. Ternyata penyelidikan OJK, sudah melibatkan
kepolisian, memaksa sang pemimpin dunia baru itu melunak, bahkan minta maaf
kepada publik.
Akan
tetapi masih banyak anggota yang memuja Sino, memposting pernyataan online
mendukung Swissindo. Teter pun masih menjadi anggota Swissindo karena foto
profil terbaru Facebook-nya adalah wajahnya yang diedit sangat berantakan
memakai seragam militer Swissindo. Teter mengunggah GIF anak-anak yang berlari
melintasi lapangan, sambil membawa bendera merah putih. Dia masih percaya pada
misi mulia sektenya. Di bawah gambar itu, tertulis: “UN Swissindo is the answer!”
Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Satuan Petugas (satgas) Waspada Investasi mengeluarkan
keputusan bahwa UN Swissindo tak memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan
pelunasan utang tersebut. Menyusul akhirnya OJK mengeluarkan siaran pers pada
20 Juni 2016 dengan nomor SP 56/DKNS/OJK/6/2016, yang berisi imbauan kepada
masyarakat agar waspada terhadap janji-janji pelunasan kredit oleh pihak bertanggung
jawab. Keputusan itu muncul setelah UN Swissindo mulai menjadi perbincangan. Lima
bulan kemudian, OJK dan Satgas Waspada Investgasi kembali mengeluarkan siaran
pers dengan nomor SP 110/DKNS/OJK/XI/2016 tentang pengungkapan kasus tersebut,
tepatnya pada 1 November 2016.
OJK
dan Satgas Waspada Investigasi menyatakan bahwa UN Swissindo telah melakukan
kegiatan yang melanggar hukum. Satgas Waspada Investasi pun kemudian melaporkan
kasus UN Swissindo ke Bareskrim Polri pada 13 September 2016. Di hari yang
sama, Satgas Waspada Investasi juga menyurati UN Swissindo untuk menghentikan
kegiatannya, karena kegiatan sekter tersebut tidak sesuai dengan mekanisme
pelunasan kredit ataupun pembiayaan yang berlaku di perbankan atau lembaga
pembiayaan.
Setahun
setelah adanya keputusan penghentian kegiatan UN Swissindo, pada 23 Agustus
2017, Pimpinan UN Swissindo Sino dipanggil Satgas Waspada Investasi. Sino
mendatangani empat pernyataan. Pernyataan tersebut tentang penghentian kegiatan
dan permintaan maafnya untuk tidak mengulangi kembali atau melakukan kegiatan
yang sama. Pernyataan Sino itu dibubuhi tandatangannya serta materai Rp 6.000.
Pernyataan itu diketahui oleh Tongam L Tobing selaku Ketua Satgas Waspada
Investasi.
Pada
Jumat, 18 Agutus 2017, para pengikut UN Swissindo menggeruduk kantor Pusat Bank
Mandiri Cirebon dengan membawa voucher M1. Harapannya uang bisa dicairkan.
Nyatanya, Bank Mandiri menolak dan tidak pernah merasa mendapatkan instruksi
dari Bank Mandiri pusat terkait voucher tersebut. Hal yang sama juga terjadi di
Kudus. Aksi unjukrasa puluhan anggota lembaga UN Swissindo di Kantor Bank
Indonesia Perwakilan sulawesi yang berada di Makassar berakhir ricuh, pengunjuk
rasa terlibat aksi saling dorong hingga nyaris adu jotos saat memblokir pintu
masuk Bank Indonesia.
Dalam aksi itu pihak lembaga UN Swissindo meminta Bank
Indonesia segera mengeluarkan keputusan terkait keaslian dokumen surat Bank
Indonesia milik UN Swissindo yang berisi tentang pembebasan utang masyarakat di
beberapa bank di Indonesia. Para pengunjuk rasa memaksa menutup pintu masuk
kantor Bank Indonesia namun dihalangi oleh petugas. Para pengunjuk rasa meminta
pihak Bank Indonesia memberikan dokumen berisi tentang pembebasan utang
masyarakat di beberapa bank di Indonesia karena pihak Swissindo telah
menyetorkan sejumlah uang dari bank dunia ke Bank Indonesia untuk pelunasan
utang masyarakat. Aksi demosntrasi ini merupakan hari ketiga yang dilakukan
lembaga Swissindo Sulsel dari aksi demonstrasi selama lima hari berturut turut
yang mereka rencanakan
United
Nations Swissindo Trust Internasional Orbit (UN Swissindo) mengaku sebagai
salah satu lembaga yang mampu menghapuskan utang umat manusia di dunia. Walau sudah
dilarang beroperasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Faktanya, lembaga dengan
pengikut dari seluruh dunia itu masih beroperasi.
Tim
Publikasi UN Swissindo Rahardjo (detikFinance, Selasa, 13/1/2018) tak menampik
UN Swissindo masih menjalankan kegiatannya, masih konsisten untuk
menyejahterakan rakyat dengan pembebasan utang. UN Swissindo merasa menjadi
korban politik, karena telah dihentikan oleh OJK dan Satgas Waspada
Investigasi. Beliau (Sino) menghadiri
panggilan OJK dengan harapan ingin meluruskan masalah. Beliau menjelaskan
secara gamblang dan rinci, harapannya ada win-win solution. Tapi forum di OJK
ada kesan memojokkan dan menyudutkan. OJK dinilai tak punya kewenangan untuk
menghentikan. Sebab, UN Swissindo mengklaim bukan sebagai lembaga biasanya,
melainkan pendiri negara di dunia. Saat ini sebetulnya dengan adanya Pancasila
dan UUD 45 dari tahun 1945 apakah sudah dijalankan? Pasal 33 tentang
kesejahteraan rakyat dan sila kelima sudah dipenuhi? Nah, Swissindo ingin
mewujudkan itu.
Rahardjo
menjelaskan untuk bisa menyejahterakan rakyat adalah hal yang mudah bagi
Swissindo. Sebagai pendiri negara, Swissindo memiliki hak untuk mendapatkan
warisan dari berbagai pendiri, salah satunya Soekarno. Aset atau warisan itu,
bisa dicairkan dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS) maupun rupiah hanya
dengan voucher M1 ke bank. Voucher yang ditandatangani oleh Sino, pria
kelahiran Cilacap yang mengklaim sebagai Presiden PBB. Syarat pertamanya hanya
dengan voucher M1. Syaratnya cukup isi seusia E-KTP, tak memandang suku, ras,
agama. Yang tak beragama juga berhak mendapatkannya. Pelunasan utang, mampu
menyelesaikan masalah tentang kesejahteraan rakyat yang selama ini masih rumit
untuk diselesaikan oleh pemerintah. Cukup dengan itu (pelunasan utang) saja.
Bukan hanya Indonesia, dunia juga.
Menurut
Dadang, Pemimpin UN Swissindo Sino, memegang tongkat kepemimpinan pendiri
negara. Bahkan, diklaim sebagai penerus Soekarno. Menurut Rahardjo, UN
Swissindo meneruskan perjuangan Soekarno yang telah menghantarkan rakyat ke
gerbang kesejahteraan. Jika era Soekarno hanya menghantarkan sampai gerbang,
Rahardjo menegaskan, UN Swissindo mengajak masuk rakyat dunia untuk ke dalam
kesejahteraan.
"Sebernya
bukan Soekarno saja, para wali juga. Tapi, yang mudah kita deteksi kan
Soekarno. Masa Soekarno kan belum teraelisasi, maka kita teruskan,"
tegasnya.
Ia
juga tak menampik estafet Presiden PBB versi UN Swissindo itu bisa diteruskan
oleh orang lain. Namun waktu dan nama calon pemimpin masih menjadi kehendak
tuhan. Itu kehendek Ilahi. Kalau tahu (calon pemimpinnya) sapa, nanti akan
bunuh-bunuh memperebutkan itu. Pasti ada regenerasi, tapi dirahasiakan. Karena
kalau pemerintah tahu nanti akan ada penggulingan atau kudeta.
Rahardjo
tak menampik hal tersebut berpengaruh. Beberapa pengikutnya yang merasa
khawatir tentang kebenaran UN Swissindo. Khawatir wajar saja. Itu sebuah
perjuangan. Yang merasa takut ada, atau yang berpikir bahwah Swissindo ini
bohong, ada. Rahardjo mengaku akan tetap setia untuk terus memperjuangkan demi
meyakinkan kebenaran yang telah ia yakini tentang UN Swissindo. Itu proses
pendewasaan untuk meyakinkan kebenaran. Mencapai cita-cita pendiri negara untuk
masuk ke pintu gerbang (kesejahteraan). Pembebasan utang butuh usaha, bukan
soal voucher M1. Kami tidak takut, meski ada intimidasi politik.
Wakil
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Komisaris Besar
Polisi Daniel Tahi Monang Silitonga membenarkan. Soegiharto ditangkap Rabu siang, (2 Agustus 2018) dan penangkapan dilakukan terkait UN Swissindo. Ia ditangkap di Cirebon. Hingga
saat ini baru Sino yang ditangkap. Jumlah korban belum bisa dihitung. Atas
perbuatannya, lembaga ini dijerat tindak pidana pemalsuan dan penipuan. Dari
penangkapan ini disita banyak mata uang asing yang diduga palsu. Pelaku dijerat
dengan pasal pemalsuan dan penipuan serta UU mata uang. Korban banyak karena UN
Swissindo memalsukan sertifikat Bank Indonesia. Sertifikat palsu itu, oleh
pelaku digunakan untuk meyakinkan masyarakat bahwa utangnya nanti akan lunas
dan tidak perlu dibayar.
SUMBER: