KULIAH PUBLIK

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Monday, October 22, 2012

Wajah Ekonomi Indonesia Tahun 2012 (bagian-2)

Cermati Resiko Konsumsi Domestik Untuk Selamatkan RI dari Krisis Global

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah dalam acara Investment Strategy and Oppurtunity in Volatile  Market PT CIMB Principal Asset Management di Jakarta, mengatakan bahwa meski pertumbuhan ekonomi Indonesia diselamatkan konsumsi domestik, namun pemerintah harus bisa mengelola agar tidak menjadi negatif. Tingginya konsumsi domestik telah menyelamatkan ekonomi Indonesia dari krisis Eropa dan Amerika Serikat (AS). Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam hal mengundang investasi asing (foreign direct invesment/FDI). Untuk itu, menurut dia, Indonesia memiliki tantangan besar untuk mengundang FDI. 

Saat ini, infrastruktur masih menjadi kendala utama, selain, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar berpusat di Jawa dan Sumatera. Salah satu tantangan Indonesia menggeser ekonomi ke Indonesia Timur. "Khususnya mengembangkan ekonomi  kelautan karena itu bisa jadi potensi ekonomi besar. Program MPE3I diharapkan dapat membantu program infrastruktur. Meski ada beberapa hal yang masih menjadi kendala yaitu kebutuhan pendanaan dan koordinasi pusat dan daerah. "Tahun 2012 ada tahun infrastruktur, kondisi geografis Indonesia yang merupakan kelautan, infrastruktur menjadi sangat penting. Ada tiga pilar untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yakni kompetensi sumber daya manusia (SDM), hard infrastruktur seperti pembangunan pelabuhan dan kereta api dansoft infrastruktur seperti perizinan.

Chief Economist Bank CIMB Niaga Winang Budoyo  menuturkan  perekonomian Indonesia diperkirakan akan melesat cukup tinggi. Pasalnya saat ini produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia sudah melampaui US$ 3.000.  Kita sudah melewati PDB US$ 3.000. Berdasarkan pengalaman di India dan  China, setelah mereka melewati US$ 3.000, pertumbuhan PDB akan lebih  cepat lagi. Saat ini menurut Winang, kemampuan Indonesia mengelola fiskal dan moneter sudah baik. Namun, belum diimbangi pertumbuhan sektor riil sehingga penyerapan tenaga kerja belum optimal.

Bank Dunia menilai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tetap, kuat ditengah rapuhnya perekonomian global. Jika tahun ini diprediksi tumbuh 6,1 persen, tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menembus 6,3 persen. Penilaian tersebut didasarkan atas fakta bahwa permintaan domestik tetap tinggi, dan investasi terus meningkat, serta didukung oleh tingginya kepercayaan investor dan terkendalinya laju inflasi. Hal itu diungkapkan Ekonom Utama dan Penasihat Ekonomi Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop saat mempresentasikan “Laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia” edisi Oktober 2012 terbitan Bank Dunia di Universitas Paramadina Jakarta.

Ndiame Diop mengapresiasi pertumbuhan PDB kuartal II-2012 yang cukup kuat, yakni 6,4 persen, sedikit meningkat dibanding pertumbuhan PDB kuartal I sebesar 6,3 persen. Dia yakin tahun ini ekonomi Indonesia tumbuh 6,1 persen dan tahun depan 6,3 persen. Indonesia mampu tumbuh pada level 6,4 persen pada kuartal kedua. Ini adalah bukti nyata bahwa perekonomian Indonesia bisa melaju pesat di tengah krisis global jika dibandingkan dengan negara lain di dunia. Yang lebih istimewa lagi, kata Ndiame Diop, pertumbuhan yang tinggi tersebut dibarengi dengan meningkatnya kepercayaan investor. 

Selain karena dukungan permintaan domestik yang solid terutama konsumsi rumah tangga, investasi di Indonesia telah berkembang secara dinamis, dan membantu pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.  Itu adalah dua indikator yang kuat dalam perekonomian Indonesia, ditambah inflasi Indonesia yang terkendali merupakan nilai tambah dalam perekonomian. Itulah sebabnya, Bank Dunia mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang terus berupaya meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis dan mendorong investasi pada infrastruktur. Pemerintah mengalokasikan belanja infrastruktur sebesar Rp 212 triliun tahun depan, naik dibanding tahun ini sekitar Rp 178 triliun.

Meski pertumbuhan PDB kuat, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle mengingatkan, Pemerintah Indonesia harus mencermati berbagai risiko yang bisa memengaruhi perekonomian.  Di antaranya adalah perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh ketidakpastian di Eropa, problem fiskal di Amerika Serikat, perlambatan ekonomi Tiongkok, penurunan harga komoditas, serta kemungkinan terjadinya gejolak baru di pasar keuangan.

Menurut Stefan Koeberle, peningkatan risiko terutama disebabkan oleh berlanjutnya ketidakpastian di zona euro, kemungkinan terjadinya kontraksi fiskal di AS, dan risiko perlambatan di sejumlah mitra perdagangan utama Indonesia, terutama China.  Pelemahan di China akan berdampak pada ekonomi Jepang dan Korea Selatan, yang juga mer upakan mitra potensial Indonesia.

Peluang RI meraup Investasi Manufaktur Asing

Cermati Resiko Konsumsi Domestik Selamatkan RI dari Krisis Global
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah dalam acara Investment Strategy and Oppurtunity in Volatile  Market PT CIMB Principal Asset Management di Jakarta, mengatakan bahwa meski pertumbuhan ekonomi Indonesia diselamatkan konsumsi domestik, namun pemerintah harus bisa mengelola agar tidak menjadi negatif. Tingginya konsumsi domestik telah menyelamatkan ekonomi Indonesia dari krisis Eropa dan Amerika Serikat (AS). Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam hal mengundang investasi asing (foreign direct invesment/FDI). Untuk itu, menurut dia, Indonesia memiliki tantangan besar untuk mengundang FDI. 
Saat ini, infrastruktur masih menjadi kendala utama, selain, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar berpusat di Jawa dan Sumatera. Salah satu tantangan Indonesia menggeser ekonomi ke Indonesia Timur. "Khususnya mengembangkan ekonomi  kelautan karena itu bisa jadi potensi ekonomi besar. Program MPE3I diharapkan dapat membantu program infrastruktur. Meski ada beberapa hal yang masih menjadi kendala yaitu kebutuhan pendanaan dan koordinasi pusat dan daerah. "Tahun 2012 ada tahun infrastruktur, kondisi geografis Indonesia yang merupakan kelautan, infrastruktur menjadi sangat penting. Ada tiga pilar untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yakni kompetensi sumber daya manusia (SDM), hard infrastruktur seperti pembangunan pelabuhan dan kereta api dansoft infrastruktur seperti perizinan.

Chief Economist Bank CIMB Niaga Winang Budoyo  menuturkan  perekonomian Indonesia diperkirakan akan melesat cukup tinggi. Pasalnya saat ini produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia sudah melampaui US$ 3.000.  Kita sudah melewati PDB US$ 3.000. Berdasarkan pengalaman di India dan  China, setelah mereka melewati US$ 3.000, pertumbuhan PDB akan lebih  cepat lagi. Saat ini menurut Winang, kemampuan Indonesia mengelola fiskal dan moneter sudah baik. Namun, belum diimbangi pertumbuhan sektor riil sehingga penyerapan tenaga kerja belum optimal.

Bank Dunia menilai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tetap, kuat ditengah rapuhnya perekonomian global. Jika tahun ini diprediksi tumbuh 6,1 persen, tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menembus 6,3 persen. Penilaian tersebut didasarkan atas fakta bahwa permintaan domestik tetap tinggi, dan investasi terus meningkat, serta didukung oleh tingginya kepercayaan investor dan terkendalinya laju inflasi. Hal itu diungkapkan Ekonom Utama dan Penasihat Ekonomi Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop saat mempresentasikan “Laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia” edisi Oktober 2012 terbitan Bank Dunia di Universitas Paramadina Jakarta.

Ndiame Diop mengapresiasi pertumbuhan PDB kuartal II-2012 yang cukup kuat, yakni 6,4 persen, sedikit meningkat dibanding pertumbuhan PDB kuartal I sebesar 6,3 persen. Dia yakin tahun ini ekonomi Indonesia tumbuh 6,1 persen dan tahun depan 6,3 persen. Indonesia mampu tumbuh pada level 6,4 persen pada kuartal kedua. Ini adalah bukti nyata bahwa perekonomian Indonesia bisa melaju pesat di tengah krisis global jika dibandingkan dengan negara lain di dunia. Yang lebih istimewa lagi, kata Ndiame Diop, pertumbuhan yang tinggi tersebut dibarengi dengan meningkatnya kepercayaan investor. 

Selain karena dukungan permintaan domestik yang solid terutama konsumsi rumah tangga, investasi di Indonesia telah berkembang secara dinamis, dan membantu pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.  Itu adalah dua indikator yang kuat dalam perekonomian Indonesia, ditambah inflasi Indonesia yang terkendali merupakan nilai tambah dalam perekonomian. Itulah sebabnya, Bank Dunia mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang terus berupaya meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis dan mendorong investasi pada infrastruktur. Pemerintah mengalokasikan belanja infrastruktur sebesar Rp 212 triliun tahun depan, naik dibanding tahun ini sekitar Rp 178 triliun.
Meski pertumbuhan PDB kuat, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle mengingatkan, Pemerintah Indonesia harus mencermati berbagai risiko yang bisa memengaruhi perekonomian.  Di antaranya adalah perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh ketidakpastian di Eropa, problem fiskal di Amerika Serikat, perlambatan ekonomi Tiongkok, penurunan harga komoditas, serta kemungkinan terjadinya gejolak baru di pasar keuangan.

Menurut Stefan Koeberle, peningkatan risiko terutama disebabkan oleh berlanjutnya ketidakpastian di zona euro, kemungkinan terjadinya kontraksi fiskal di AS, dan risiko perlambatan di sejumlah mitra perdagangan utama Indonesia, terutama China.  Pelemahan di China akan berdampak pada ekonomi Jepang dan Korea Selatan, yang juga mer upakan mitra potensial Indonesia.


Bank Dunia menyatakan, Indonesia berpeluang menjaring investasi asing di sektor manufaktur menyusul kuatnya fundamental ekonomi nasional. Keunggulan yang dimiliki Indonesia adalah tingginya permintaan domestik, potensi kelas menengah, serta upah buruh yang kompetitif dibanding negara lain. Konsumsi domestik meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Stefan Koeberle, di Jakarta Rabu (10/10).

Data investasi terkini menunjukkan laju pertumbuhan sektor manufaktur semakin cepat. Pertumbuhan tersebut menurut dia, merupakan hasil permintaan domestik, terutama untuk logam, makanan, bahan kimia dan suku cadang otomotif. Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Stefan mengatakan, investasi asing di sektor manufaktur pada kuartal kedua 2012 mencapai US$1,2 miliar, atau naik 62 persen year-on-year (YoY). Investasi asing, akan semakin meningkat dengan adanya kenaikan upah buruh di China. Kondisi inii membuat perusahaan tekstil, pakaian dan sepatu, memindahkan operasinya ke Indonesia. 

Di samping itu, industri manufaktur domestik juga dipastikan akan berkembang, karena sejumlah perusahaan otomotif Jepang berencana memperluas jaringan pemasoknya di dalam negeri. Indonesia berpeluang meningkatkan pangsa pasar globalnya di sektor manufaktur, membuka jutaan peluang kerja baru dan menggerakkan transformasi struktural. Pemerintah dan swasta bisa bekerja sama dalam mengatasi masalah-masalah yang menghalangi jalan sektor manufaktur Indonesia untuk menjadi lebih kompetitif di kawasan dan tumbuh secara berkelanjutan.

Sejak krisis keuangan Asia, sejumlah masalah makro telah melemahkan pertumbuhan manufaktur Indonesia sehingga menurunkan daya saing di kawasan Asia. Masalah tersebut antara lain adalah apresiasi rupiah, naiknya upah buruh relatif, pergeseran fokus ke perdagangan komoditas dan sektor-sektor berbasis sumber daya alam, persaingan internasional (terutama dengan China), dan pengetatan margin keuntungan.

Ekonom senior Bank Dunia, Sjamsu Rahardja, menambahkan kendala yang saat ini dihadapi adalah pertumbuhan produktivitas industri Indonesia tidak sekuat negara-negara pesaingnya Penyebabnya masalah mikro yang dihadapi perusahaan-perusahaan Indonesia, termasuk biaya transportasi dan logistik yang tinggi, sulitnya mengakses pinjaman bank, serta kurangnya transparansi dan kepastian hukum.

Masalah-masalah ini menyulitkan pendatang baru untuk membangun usaha, dan mempersulit upaya pemain lama untuk melakukan ekspansi dan mencapai skala ekonomi. Berbagai permasalahan ini, telah menggerus perusahaan lapisan tengah (missing middle), dan menimbulkan banyak perusahaan kecil yang kurang produktif. Kondisi ini membuat kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja menjadi kurang signifikan.Masalah makro dan mikro sektor manufaktur bisa diatasi, dengan merubah kebijakan yang mampu meningatkan daya saing biaya dan mengurangi biaya peluang. 

Revitalisasi sektor manufaktur juga membutuhkan kordinasi yang lebih kuat antarinstansi pemerintah dan pemerintah daerah. Sektor swasta juga perlu diajak berunding, karena masukan mereka bisa memperkaya desain kebijakan-kebijakan baru. Beberapa rekomendasi kebijakan, seperti membuka akses usaha kecil terhadap sumber daya dan keuangan, serta menyederhanakan kondisi bursa keja, agar usaha-usaha kecil bisa tumbuh kembang dan mengisi missing middle. Pemerintah juga harus menyelesaikan isu-isu transportasi dan logistik, serta mengurangi hambatan non-tarif untuk mengakses pasar internasional agar perusahaan-perusahaan non-eksportir lebih mudah menjadi eksportir dan melebarkan pangsa pasarnya. Rekomendasi lain adalah membantu perusahaan-perusahaan menaiki mata rantai nilai, antara lain dengan investasi lebih besar di bidang pendidikan, keterampilan pekerja dan teknologi, serta kerja sama teknologi  antara perusahaan dan lembaga pendidikan.


Saturday, October 20, 2012

Hadiah Nobel Ekonom Tahun 2012 untuk Harvard dan UCLA

Penghargaan Bank Swedia dalam Ilmu Ekonomi (En: Nobel Memorial Prize in Economic Sciences; Swe dan Nor: Nobelpriset i ekonomi), sering disebut Penghargaan Nobel bidang Ekonomi, berbeda dengan penghargaan nobel lainnya, karena sebenarnya hal ini bukan bagian dari wasiat Alfred Nobel. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Bank Swedia (Sveriges Riksbank) pada ulang tahun ke-300 pada 1969.

Anggota keluarga Nobel memprotes penggunaan istilah "Penghargaan Nobel di bidang Ekonomi" dalam konteks apapun. Meskipun demikian, dalam konteks Penghargaan Nobel, sering disebut hanya sebagai "Penghargaan di bidang Ekonomi". Pengumumannya tidak dilakukan pada tanggal tertentu, tetapi umumnya dilaksanakan pada hari Senin pertengahan kedua Oktober. Pengumumannya dilangsungkan di gedung Institut Nobel dan telah menjadi peristiwa besar. Penghargaannya sendiri diberikan setiap tahunnya setiap tanggal 10 Desember, tanggal dimana Alfred Nobel meninggal pada tahun 1896. Dari 1905 sampai 1946, upacara penganugerahannya diadakan di Institut Nobel, kemudian dari 1947 diselenggarakan di aula Universitas Oslo, lalu pada 1990 dipindahkan ke balai kota Oslo.

Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi Tahun 2012 diberikan Senin (15/10/12) kepada ekonom dari Harvard University dan University of California di Los Angeles. Nama penerima penghargaan,  Alvin E. Roth dari Harvard dan Lloyd S. Shapley dari UCLA - secara resmi disebut Sveriges Riksban Nobel dalam Ilmu Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel - pada konferensi pers di Stockholm, Swedia.

Roth dan Shapley dihormati untuk "teori alokasi stabil dan praktek desain pasar," menurut pernyataan dari The Academy Swedish Royal Ilmuwan. Berbentuk pengembangan teori dan eksperimen, berdasarkan teori-teori Roth, dapat digunakan untuk mencocokkan siswa dengan sekolah dan donor organ dengan pasien yang memerlukan transplantasi, menurut akademi.

Roth, yang pindah ke Universitas Stanford dari Harvard, dan Shapley akan berbagi hadiah sebesar 8 juta kronor Swedia, yang sama dengan hampir $ 1,2 juta. Ketika dibangunkan di rumahnya di California dengan panggilan telepon yang memberitahukan tentang hadiah, Roth mengatakan, "Saya rasa ketika saya pergi ke kelas pagi ini murid-murid saya akan lebih memperhatikan saya." Ditanya tentang rencana masa depannya, Roth menjawab, "kopi."

Sebuah penghargaan Nobel di bidang ekonomi telah diberikan sejak tahun 1969. Sejauh ini, kehormatan telah diberikan pada 71 orang, termasuk seorang wanita, Elinor Ostrom. Hadiah Nobel, yang diciptakan oleh Alfred Bernhard Nobel, pertama kali diberikan pada tahun 1901. Tahun 2012 Peace Prize, profil kategori yang paling tinggi, dianugerahi pekan lalu ke Uni Eropa.

Berikut Daftar penerima penghargaan Nobel dalam Ekonomi sejak 1969 :

Tahun
Nama
Karya yang Diberi Penghargaan
1969
Ragnar Anton Kittil Frisch dan  Jan Tinbergen
mengembangkan model dinamis terapan untuk analisis proses ekonomi
1970
Paul Samuelson
mengembangkan teori ekonomi statis dan dinamis serta berperan aktif dalam meningkatkan tingkat analisis di bidang ilmu ekonomi
1971
Simon Kuznets
interpretasi pertumbuhan ekonomi secara empiris yang membawa kepada pemahaman baru dan mendalam tentang struktur ekonomi dan sosial serta proses pembangunan
1972
John Richard Hicks dan Kenneth Arrow
teori keseimbangan ekonomi umum dan teori kesejahteraan
1973
Wassily Leontief
pengembangan metode masukan-keluaran dan aplikasinya kepada masalah-masalah ekonomi yang penting
1974
Gunnar Myrdal dan  Friedrich Hayek
teori tentang uang dan fluktuasi ekonomi, dan analisis tentang saling ketergantungan antara fenomena institusi, ekonomi dan sosial
1975
Leonid Kantorovich dan Tjalling Koopmans
teori alokasi sumber yang optimum
1976
Milton Friedman
analisis konsumsi, sejarah dan teori moneter dan demonstrasi tentang kebijakan stabilisasi yang kompleks.
1977
Bertil Ohlin dan James Meade
teori perdagangan internasional dan pergerakan kapital internasional
1978
Herbert Simon
proses pengambilan keputusan di dalam organisasi ekonomi
1979
Theodore Schultz dan Arthur Lewis
pembangunan ekonomi dengan aspek khusus kepada masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang
1980
Lawrence Klein
model ekonometrik dan aplikasinya ke dalam kebijakan ekonomi dan analisis fluktuasi ekonomi
1981
James Tobin
analisis tentang pasar finansial dan hubungannya dengan keputusan pembelanjaan, tingkat pengangguran, produksi dan harga
1982
George Stigler
studi tentang struktur industri, fungsi pasar dan sebab-akibat dari regulasi publik
1983
Gerard Debreu
penggabungan metoda analitis baru ke dalam teori ekonomi dan reformulasi yang detail tentang teori kesetimbangan umum
1984
John Richard Nicholas Stone
pengembangan sistem rekening nasional dan meningkatkan dasar-dasar analisis ekonomi empiris
1985
Franco Modigliani
pasar finansial dan simpanan
1986
James Buchanan Jr
pengembangan dasar-dasar konstitusi dan kontraktual tentang teori pengambilan keputusan secara politik dan ekonomi
1987
Robert Solow
teori pertumbuhan ekonomi
1988
Maurice Allais
teori pasar dan penggunaan sumberdaya yang efisien
1989
Trygve Haavelmo
teori kemungkinan dari ekonometrik dan analisis tentang struktur ekonomi simultan
1990
Harry Markowitz, Merton Miller dan William Sharpe
teori ekonomi finansial
1991
Ronald Coase
penemuan dan klarifikasi tentang pentingnya biaya transaksi dan hak milik terhadap struktur institusi dan berperannya ekonomi
1992
Gary Becker
analisis ekonomi mikro ke arah berbagai interaksi dan perilaku manusia, termasuk perilaku non-pasar.
1993
Robert Fogel dan Douglass North
memperbaharui penelitian di bidang sejarah ekonomi dengan menerapkan teori ekonomi dan metoda kuantitatif untuk menjelaskan masalah perubahan institusi dan ekonomi
1994
Reinhard Selten,
John Forbes Nash dan
 John Harsanyi
analisis pionir tentang kesetimbangan dalam teori permainan non-kooperatif
1995
Robert Lucas, Jr.
pengembangan dan aplikasi hipotesis dugaan rasional, dan dengan cara itu mengubah analisis ekonomi makro dan memperdalam pemahaman kita dalam kebijakan ekonomi
1996
James Mirrlees dan
 William Vickrey
teori ekonomi pada dorongan menurut informasi asimetri
1997
Robert C. Merton dan Myron Scholes
metode baru untuk menentukan nilai derivatif
1998
Amartya Sen
ekonomi kesejahteraan
1999
Robert Mundell
kebijakan moneter dan fiskal menurut resim kurs pertukaran yang berbeda dan bidang mata uang optimum
2000
James Heckman dan
 Daniel McFadden

pengembangan teori dan metodenya untuk analisis sampel terpilih
pada pengembangan teori dan metodenya untuk analisis pilihan berlainan
2001
George A. Akerlof,
 Andrew Michael Spence dan Joseph E. Stiglitz
pasar dengan informasi asimetri
2002
Daniel Kahneman dan
Vernon L. Smith

penggabungan pengertian dari riset psikologi ke dalam ilmu ekonomi, khususnya mengenai pendapat orang dan pembuatan keputusan di bawah   ketidaktentuan untuk pendirian percobaan laboran sebagai alat dalam analisis ekonomi empiris, khususnya pada studi mekanisme pasar alternatif
2003
Robert F. Engle dan
 Clive W. J. Granger
metode analsis rangkaian waktu ekonomi dengan bermacam waktu yang mudah berubah atau kecenderungan biasa
2004
Finn E. Kydland dan
 Edward C. Prescott
ekonomi makro yang dinamis: konsistensi waktu pada kebijakan ekonomi dan tenaga pendorong di belakang putaran bisnis
2005
Robert J. Aumann dan
 Thomas C Schelling
meningkatkan pemahaman mengenai konflik dan kerjasama melalui analisis permainan dan teori
2006
Edmund Phelps
intertemporal tradeoff dalam kebijakan ekonomi makro
2007
Leonid Hurwicz,
Eric S. Maskin dan
 Roger B. Myerson
membangun dasar bagi teori desain mekanisme
2008
Paul Krugman
analisis pola perdagangan dan lokasi aktivitas ekonomi
2009
Elinor Ostrom dan
Oliver E. Williamson

analisis ekonomi berkaitan dengan kepemerintahan dan sistem kepemilikan kolektif
2010
Peter A. Diamond,
Dale T. Mortensen
Dan Christopher A. Pissarides
pasar dengan pencarian friksi
2011
Thomas J. Sargent dan
Christopher A. Sims

penelitian empiris pada sebab dan akibat dalam makroekonomi
2012
Alvin E. Roth dan
Lloyd S. Shapley

teori permainan (game theory) dan desain pemasaran