KULIAH PUBLIK: Mengganjal Impor Gula Indonesia

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Wednesday, December 30, 2015

Mengganjal Impor Gula Indonesia

Petani tebu di sejumlah wilayah di Jawa Timur meminta pemerintah menghentikan impor dan mengatur peredaran gula rafinasi di pasar konsumsi. Jika tidak, petani tebu akan tamat riwayatnya karena produk lokal tersingkir di pasar domestik. Saat ini sebagian petani tebu mulai beralih ke tanaman pangan karena industri gula nasional dinilai tidak lagi prospektif. Faktor itu salah satu yang mendorong sedikitnya 75 petani tebu dari Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, bersama serikat pekerja Pabrik Gula Rejoagung, Kota Madiun, berangkat ke Jakarta, Selasa (13/12). Mereka berencana menggelar unjuk rasa di Istana Negara, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan, menolak masuknya gula impor sebanyak 500.000 ton. Mereka juga menuntut agar pemerintah mempertahankan gula sebagai barang dalam pengawasan sesuai Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 2004.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) M Nur Khabsyin di Kudus, Jawa Tengah, unjuk rasa yang rencananya digelar pada Rabu (14/12) diikuti sekitar 5.000 petani tebu dari Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Petani melakukan demonstrasi di Jakarta juga karena menolak konsep undang-undang perdagangan yang membebaskan peredaran gula rafinasi. Kebijakan itu akan mematikan pasar gula lokal milik petani.
Ketua APTRI PG Rejoagung Suwandi mengatakan, impor gula oleh pemerintah justru membunuh petani tebu. Alasannya, kondisi petani tebu saat ini sangat terpuruk akibat penurunan produksi tebu pada musim panen 2011, diperparah dengan jatuhnya harga gula di pasar lelang.

Hasil panen sebelumnya mencapai 1.000 ton per hektar, turun menjadi 700 ton tebu. Penurunan hasil panen tebu tidak diikuti penurunan biaya produksi. Ongkos tebang tebu justru naik karena upah pekerja mengikuti kenaikan inflasi tahunan. Kondisi petani semakin terpuruk ketika harga gula di pasar lelang rendah. Rata-rata harga lelang di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram, padahal idealnya Rp 9.000 per kilogram.

Ketua APTRI PTPN X Kadar Oesman, mengatakan bahwa rendahnya harga lelang gula petani, menurut disebabkan membanjirnya gula rafinasi di pasar konsumsi. Jika impor gula dibiarkan, tidak hanya petani yang mati, industri gula nasional juga kolaps karena pabrik gula tutup akibat ketiadaan tebu untuk digiling.

Ketua APTRI PG Pagotan Mujiono mengatakan, kerugian petani tebu di Kabupaten Madiun pada musim giling 2011 rata-rata Rp 10 juta per hektar. Jika satu pabrik memiliki lahan tebu seluas 5.000 hektar, maka total kerugian petani satu pabrik gula mencapai Rp 50 miliar. Padahal, animo petani tebu pada musim tanam 2011-2012 turun sekitar 30 persen. Akibatnya, sebagian petani beralih ke tanaman padi, jagung, dan kedelai. Apalagi harga beras saat ini mendekati harga gula. Idealnya, harga gula 2,5 kali lebih tinggi daripada harga beras sehingga petani untung. Apalagi, masa panen tebu cuma 14 bulan, sedangkan padi empat bulan.

Impor Gula Tidak Mendasar?

Rabu (14/12/2011) ini, lebih dari 1.000 petani tebu dari Kabupaten Wonogiri, Karanganyar, dan Boyolali, Jawa Tengah, berunjuk rasa di depan kantor Kementerian Perdagangan. Mereka meminta pemerintah membatalkan rencana impor gula sebanyak 400.000 ton pada tahun depan. Mereka menilai kebijakan impor gula akan merugikan petani. Selain berdampak pada penurunan harga gula, langkah tersebut juga akan mempersulit petani untuk memasok gula ke pabrik gula.

Kran impor gula diperkirakan bakal kembali dibuka tahun depan. Kementerian Perdagangan menilai produksi gula saat ini masih kurang sehingga belum mampu memenuhi target sebesar 1,7 juta ton, bahkan setelah diturunkan menjadi 1,3 juta ton sekalipun.

Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Industri Primer, Megananda Daryono, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR di Senayan Senin awal pekan ini mengatakan, jumlah produksi gula perusahaan negara pada tahun ini hanya akan tercapai sebesar 1,36 juta ton. Angka ini baru mencapai 78,42 persen dari target Rencana Kerja Anggaran Pemerintah (RKAP) 2011 sebesar 1,7 juta ton.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi saat berbincang dengan wartawan di ruang pers kementerian, Jumat, 25 November 2011 menjelaskan, produksi gula tahun ini mencapai 2,3-2,4 juta ton. Untuk awal tahun masih kurang 300-500 ribu ton. Karena itu, saat ini ada indikasi pasokan gula di dalam negeri sedang kekurangan. Jadi, ada kemungkinan impor (gula).
Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia Adig Suwandi saat dihubungi Tempo membenarkan adanya penurunan produksi gula. Angka ramalan produksinya bahkan lebih pesimistis dari pemerintah. Perkiraan saya malah tak sampai 2,3 juta ton, tapi 2,15 juta ton. Penurunan produksi lebih disebabkan faktor iklim. 

Setelah hujan berkepanjangan pada 2010, Indonesia mengalami kemarau sepanjang tahun. Ini mengakibatkan tanaman mengalami penggabusan, berdampak pada turunnya berat tebu dan berpengaruh pada produksi. Faktor lainnya adalah menyebarnya penyakit karat daun. Ada semacam jamur di daun. Jamur ini mengganggu proses pembentukan gula di batang tebu. Dengan turunnya produksi hingga 2,15 juta ton ini, otomatis Indonesia butuh 400-500 ribu ton. Impor gula ini akan dilakukan pada Maret dan April. Masuknya gula impor sebaiknya tidak di daerah sentraproduksi, seperti Jawa Timur. Jawa Timur tak perlu impor. Pelabuhan Surabaya digunakan entry port, misal ke Bali dan NTB. Bentuk gula yang diimpor diperkirakan dalam bentuk gula putih kristal. Rencana impor termasuk juga gula rafinasi. Tapi soal gula rafinasi ini masih dalam perdebatan lantaran ada resistensi dari petani tebu. Gula rafinasi biasanya dikonsumsi oleh industri makanan dan minuman, bukan oleh industri rumah tangga.

Sebelumnya, pemerintah merilis bahwa target produksi gula sebanyak 1,7 juta ton tidak tercapai. Produksi gula hanya mencapai 1,36 juta ton. Kekurangan 400.000 ton kemungkinan dipenuhi dari impor. Sejumlah kalangan mengingatkan pemerintah untuk bertindak bijak dalam mengimpor 500 ribu ton gula putih pada awal 2012 guna menambal kekurangan produksi di dalam.  Mereka mempertanyakan keakuratan data kebutuhan gula di Tanah Air yang disodorkan pemerintah untuk mencegah silang sengkarut antara pemerintah dan pemangku kepentingan industri gula.

Penggiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, kepada Tempo, di Jakarta, Selasa, 13 Desember 2011 mengatakan Transparansi dan keakurasian data sangat penting agar kebutuhan gula konsumen terpenuhi dan kepentingan petani dan industri tak terganggu. Menurut Khudori, impor gula bisa saja dilakukan. Namun hal itu tetap harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya jumlah yang diimpor benar-benar sesuai dengan kebutuhan riil konsumen dan tak berbarengan dengan jadwal giling.

Ada dua syarat yang lebih moderat bila impor tak bisa dihindarkan. Pertama, yang diimpor adalah raw sugar untuk diolah oleh pabrik gula menjadi gula putih. Sehingga nilai tambahnya masih ada, yaitu industri tetap menyerap tenaga kerja dan menghemat devisa. Pasalnya bila yang diimpor raw sugar dan diolah menjadi gula putih di dalam negeri , pemerintah bisa menghemat US$ 100 atau sekitar Rp 900 ribu per ton. “Bila 500 ribu ton berarti bisa menghemat Rp 450 miliar. Syarat kedua, perketat pengawasan peredaran gula rafinasi dan izin impor gula mentah untuk rafinasi. “Karena dalam dua kali survei yang dilakukan pemerintah pada 2007 dan 2009 lalu tentang kebutuhan rafinasi itu, ternyata datanya berbeda

Arum Sabil, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), berpendapat senada. Memang, ada kekhawatiran pada Mei 2012 ada kelangkaan pasokan. Apakah benar?. Kementerian Perdagangan kurang cermat dalam menghitung stok gula nasional. Dia menyebut stok gula tahun lalu 3,495 juta ton. Stok itu termasuk rembesan gula rafinasi dan gula dari sumber lain. Jumlah itu terdiri dari realisasi produksi nasional sebanyak 2.150 juta ton dan raw sugar atau gula kristal mentah yang diolah menjadi gula putih 225 ribu ton, serta rembesan gula rafinasi. Jadi totalnya 3,495 ton. Ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan. Merembesnya gula rafinasi, yang seharusnya untuk industri, ke pasar konsumsi, kata Arum, sangat mungkin terjadi. Sebab tiap tahun ada izin impor raw sugar (untuk dirafinasi) sebanyak 3 juta ton lebih. Padahal kebutuhan hanya 2 juta ton lebih sedikit. Ke mana sisanya?.

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari fraksi Golkar, Lili Asdjudiredja, mencurigai adanya over supply dan 'permainan' nakal importir dalam kasus merembesnya gula rafinansi ke pasar konsumen. Sejak tahun 2008, produksi gula nasional per hektar seperti tidak bertambah. Data 2010, setiap satu hektar tanah hanya menghasilkan 4,55 ton gula, tahun sebelumnya 4,56 ton. Sementara angka impor gula rafinansi terus naik sekira 33 persen dengan volume 144 ribu ton. Karena kelebihan stok gula impor inilah akhirnya merembes ke pasar konsumsi. Importir gula, juga akhirnya 'bermain' dengan menjual stok gula impor ini ke sektor rumah tangga.

Anggota DPR-RI dari fraksi PKB, Lukman Edy, menyatakan carut marut izin impor gula menyebabkan rembesan gula rafinansi ini ke pasar konsumsi. Tidak ada koordinasi yang baik antar kementerian, sehingga kemungkinan over supply sangat mungkin terjadi. Untuk menyelesaikan masalah ini, DPR perlu melakukan rapat menyeluruh termasuk dengan surveyor, cukai dan kepolisian. Sebagai informasi, tiga kementerian memiliki data yang berbeda-beda tentang kebutuhan gula nasional.

Akibat masuknya gula rafinasi, gula produksi petani banyak yang tak terserap atau mengendap. Jumlah gula itulah yang dinilai Arum dan Khudori luput dari perhatian pemerintah. Sebelumnya Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan target produksi gula dalam negeri pada 2011 ini meleset dari target. Semula pemerintah mematok target 2,7 juta ton, tapi realisasinya hanya 2,3-2,4 juta ton. Karena itulah kemungkinan pemerintah bakal mengimpor 300-500 ribu ton pada awal tahun depan.

Kemendag mencatat kebutuhan gula nasional sekira 4,06 juta ton gula per tahun. Kementan mencatat 6,09 juta ton. Sedangkan Kemenperin tidak bisa memprediksi kebutuhan gula nasional. Setiap tahun, Indonesia mengimpor sekira 2,3 juta ton raw sugar. Industri makanan dan minuman (mamin) besar menyerap sekira 1,5 juta ton dan sisanya diserap industri mamin skala UKM. Angka 750 ribu ton inilah yang disinyalir merembes ke pasar rumah tangga di sejumlah daerah seperti Sulawesi dan Kalimantan.

Impor Gula Indonesia

Menteri Pertanian sekaligus Ketua Dewan Gula Indonesia Suswono mengatakan Dewan Gula akan merekomendasikan impor gula pada tahun depan 269.618 ton untuk memenuhi kekurangan konsumsi pada periode Januari-Mei 2012. Kekurangan gula konsumsi sekitar 269.618 ton yang akan diimpor [pada 2012]," ujarnya seusai Rapat Menghitung Neraca Gula Nasional 2011, akhir pekan kemarin. Produksi gula tahun ini maksimal 2,31 juta ton. Stok gula pada akhir tahun ini, katanya, 744.306 ton. Stok tersebut untuk memenuhi konsumsi masyarakat pada Januari-Mei tahun depan. Konsumsi rata-rata gula nasional 220.000 ton per bulan, sehingga keperluan 5 bulan pertama 2012 sekitar 1,1 juta ton. Beberapa pabrik gula, sudah mulai giling tebu pada pertengahan Mei 2012. Kekurangan konsumsi gula pada tahun depan 269.618 ton atau setara dengan gula mentah sebanyak 293.389 ton, menurutnya, akan diimpor. Namun, keputusan impor berada di rapat Menko Perekonomian.

Neraca gula

Neraca gula 2011 sebanyak 3,44 juta ton dengan rincian stok awal tahun ini 876.102 ton, produksi 2,31 juta ton, impor raw sugar untuk idle capacity 108.889 ton, dan impor gula kristal putih oleh Perum Bulog,  143.479 ton. Total gula 2011 sebanyak 3,44 juta ton itu digunakan untuk konsumsi langsung masyarakat 2,7 juta ton, sehingga masih ada sisa atau stok akhir tahun ini 744.306 ton.Luas lahan gula tahun ini 447.227 hektare dengan produksi tebu 31,03 juta ton, sedangkan rata-rata rendemen tebu 7,44%. Kemarau yang terlalu panjang pada tahun ini telah menyebabkan produksi tebu menurun, kendati rendemen masih naik.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPP APTRI) Soemitro Samandikoen menghimbau pemerintah agar cermat dalam menentukan volume impor gula kristal putih pada tahun depan, sehingga tidak mengganggu harga gula petani. Jangan sampai karena penurunan produksi, lalu pemerintah memberikan impor gula secara besar-besaran, jangan sampai mengancam gula lokal. Pemerintah harus menghitung secara akurat neraca gula. Produksi gula tahun ini maksimal hanya 2,3 juta ton. Penurunan produksi itu, katanya, disebabkan kemarau panjang pada tahun lalu yang menyebabkan kualitas tebu menurun. Pabrik gula akan mulai giling tebu pada April 2012 terutama PT Perkebunan Nusantara II dan Sugar Group. Stok gula akhir tahun ini 744.306 ton sudah dapat memenuhi kebutuhan gula pada Januari sampai pertengahan April 2012.

Harga gula

Dia mengingatkan impor gula pada tahun ini yang terlalu berlebih telah menyebabkan harga gula di dalam negeri turun. Harga lelang gula petani tahun ini, lanjutnya, lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Ini karena stok gula di dalam negeri berlebih, pasar gula cenderung lesu. Persoalan impor gula ilegal yang sering terjadi melalui Entikong, katanya, harus segera diselesaikan. Selain persoalan iklim, penurunan produksi gula, menurutnya, karena ada penurunan areal gula yang dikonversi ke jenis tanaman lain seperti padi dan jagung. Untuk mengantisipasi penurunan produksi gula pada tahun depan, lanjutnya, pemerintah harus segera menetapkan harga dasar pembelian gula pada awal 2012. Jika petani sudah mengetahu harga dasar, maka akan semakin bergairah dalam memproduksi tebu.
Pemerintah biasanya menetapkan harga dasar gula menjelang musim giling tebu yaitu pada awal Mei. Kementerian Perdagangan memberikan izin impor gula kristal putih pada tahun ini 450.000 ton kepada PTPN IX (70.000 ton), PTPN X (90.000 ton), PTPN XI (90.000 ton), PT Rajawali Nusantara Indonesia (50.000 ton), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (90.000 ton), dan Perum Bulog sebanyak 60.000 ton. Periode impor GKP itu paling lambat 15 April 2011. Realisasi impor GKP hanya 143.479. Pemerintah juga memberikan izin impor raw sugar kepada 7 perusahaan yang digunakan untuk mengisi kapasitas tidak terpasang (idle capacity) 224.200 ton. Namun, kuota impor itu hanya terealisasi 120.987 ton atau setara dengan 108.889 ton gula kristal putih.

Rehabilitasi gagal

Ketua Asosiasi Gula Indonesia Faruk Bakrie mengatakan penyebab utama tidak tercapainya target produksi gula tahun ini 2,7 juta ton disebabkan rehabilitasi onfarm dan off farm perkebunan tebu tidak berjalan. Upaya rehabilitasi on farm dan off farm budidaya tebu belum berjalan, akibatnya rendemen turun. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung gula Januari-Mei 2012 diperlukan 1,1 juta gula, sedangkan stok awal tahun depan hanya 744.306 ton, sehingga masih ada kekurangan 269.618 ton yang harus diimpor. Memang harus impor gula kristal putih, kalau dalam bentuk raw sugar [gula mentah] tidak bisa, karena pabrik gula sudah selesai giling. Harga gula tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Faruk meminta pemerintah melindungi petani tebu.

Ketergantungan impor gula, akan mengancam Indonesia, karena Thailand sebagai eksportir gula terbesar kedua di dunia dilanda banjir, sehingga akan mengurangi ekspor. Hal itu, akan berdampak kenaikan harga gula di pasar internasional. Brasil merupakan negara pengekspor gula terbesar di dunia. Dengan APTRI agar pemerintah menetapkan harga dasar gula pada awal tahun ini, bukan sesaat menjelang musim giling tebu seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Memang diakui bahwa masih banyak penyelundupan gula terutama melalui Entikong dan Sumatra Utara. Selain GKP, juga ada gula kristal rafinasi yang diperuntukkan bagi industri. Saat ini, terdapat 8 pabrik gula rafinasi di dalam negeri yang bahan bakunya yaitu raw sugar masih diimpor seluruhnya.

Pada tahun ini, 8 pabrik gula rafinasi itu diberikan kuota impor raw sugar sebanyak 2,2 juta ton. Petani gula menderita kerugian karena rata-rata harga lelang gula tahun ini turun menjadi Rp8.300-Rp8.500 per kg akibat maraknya peredaran gula rafinasi.

Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Nasional APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) M. Nur Khabsyin mengatakan harga gula petani saat ini tidak beranjak naik, kendati musim giling akan berakhir. Peredaran gula rafinasi produksi PT Makasar Tene di beberapa daerah khususnya Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara Barat merugikan petani tebu dan menyebabkan harga gula petani turun. Ada kerugian lain akibat produksi gula turun 20% atau 200.000 ton yang mencapai Rp1,7 triliun. DPN APTRI mendesak pemerintah untuk segera mengumumkan audit distribusi industri gula rafinasi. Audit distribusi gula rafinasi, katanya, untuk memastikan kebutuhan riil gula rafinasi yang diserap industri makanan dan minuman dan harus ada sanksi tegas bagi yang melanggar.

Pemerintah, harus menindak dan memberi sanksi tegas kepada PT Makasar Tene, produsen gula rafinasi merek bola manis yang menjual sebagian besar gula rafinasi di pasar umum. Perlu diketahui izin impor raw sugar Makasar Tene tahun ini 330.000 ton. Perlu ada revisi Peraturan Menteri Perdagangan No. 111/2009 yang mengizinkan 25% gula rafinasi dijual ke industri kecil dan industri rumah tangga.

Kementerian Pertanian mengusulkan kebutuhan gula oleh industri kecil dan rumah tangga 278.652 ton dipasok dari gula lokal mulai tahun depan bukan dari gula rafinasi. Keputusan itu akan disampaikan dalam rapat koordinasi di Menko Perekonomian. Pasar gula industri kecil dan rumah tangga yang selama ini dipasok oleh gula kristal rafinasi akan diisi oleh gula lokal. Ini akan berdampak pada pengurangan volume impor raw sugar. Akan dirapatkan dulu di Menko Perekonomian. Saat ini masih ada wilayah abu-abu  (tidak jelas) pasar gula, yaitu segmen industri kecil dan rumah tangga yang masih dipasok oleh gula rafinasi. Selama ini industri kecil dan rumah tangga menggunakan gula lokal. Kebutuhan gula industri kecil dan rumah tangga dipasok oleh gula rafinasi. Padahal, menurutnya, industri kecil dan rumah tangga menggunakan gula produksi lokal. Oleh karena itu, kuota imppor gula mentah oleh pabrik gula rafinasi menjadi lebih besar.

Terkait konsumsi gula industri rumah tangga selama ini masih dipasok oleh gula rafinasi. Di lapangan industri rumah tangga dipenuhi oleh gula kristal putih. Keputusan itu untuk menghindari penghitungan ganda yang berpengaruh terhadap kuota impor gula mentah.Keputusan industri kecil dan rumah tangga dipasok gula lokal tidak akan menyebabkan peningkatan konsumsi gula lokal, karena selama ini memang sudah dipasok gula petani. Konsumsi langsung gula 2,7 ton per tahun.

Kebutuhan gula untuk industri rumah tangga 278.652 ton. Nanti industri rumah tangga itu akan digantu dengan usaha rumah tangga. Produsen gula kristal rafinasi menilai pasar gula rafinasi untuk industri kecil, menengah dan rumah tangga sebanyak 600.000 ton per tahun yang kemungkinan dapat masuk ke pasar eceran, kendati pemerintah telah membuat aturan secara ketat.

Sekjen Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Suryo Alam mengatakan 25% gula rafinasi diperuntukkan bagi industri kecil (UKM) dan industri rumah tangga yang dipasarkan melalui distributor. Pemerintah telah memberikan izin impor gula mentah yang memang diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman, sehingga jumlah impor telah disesuaikan dengan kebutuhan. Apalagi, sekitar 75% produksi gula rafinasi di dalam negeri, kata dia, telah dilakukan kontrak dengan produsen makanan dan minuman skala besar, sehingga telah memiliki pasar yang jelas. Pemerintah mengalokasikan impor gula mentah tahun ini sektar 2,4 juta ton dan jika diproduksi menjadi gula rafinasi menjadi sekitar 2,2 juta ton. Produksi gula rafinasi sebanyak 2,2 juta ton itu diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman skala besar sebanyak 1,6 juta ton, sedangkan industri kecil dan rumah tangga sebanyak 600.000 ton. Peruntukkan gula rafinasi bagi industri kecil yang disalurkan melalui distributor telah diatur oleh regulasi dan diperbolehkan oleh pemerintah.

Saat ini terdapat 8 produsen gula rafinasi yang terdiri dari PT Makasar Tene di Makasar, dan PT Sugar Labinta di Lampung, 5 pabrik di Banten, dan 1 pabrik di Cilacap Jawa Tengah. Selain gula kristal putih (GKP) yang merupakan gula konsumsi langsung untuk masyarakat, juga terdapat gula kristal rafinasi (GKR) yang peruntukannya bagi industri makanan dan minuman. GKP diproduksi oleh sekitar 58 pabrik gula yang merupakan BUMN dibawah binaan PT Perkebunan Nusantara, PT Rajawali Nusantara dan pabrik gula swasta. Gula kristal putih tersebut berasal dari tebu yang ditanam petani di dalam negeri.

Adapun, gula rafinasi yang diproduksi oleh 8 pabrik gula rafinasi itu berbahan baku gula mentah impor. Delapan pabrik gula rafinasi itu antara lain PT Angels Products, PT Jawamanis Rafinasi, PT Sentra Usahatama Jaya, PT Permata Dunia Sukses Utama, PT Dharmapala Usaha Sukses, PT Sugar Labinta, PT Duta Sugar Internasional, dan PT Makasar Tene. Izin impor raw sugar pada tahun lalu sebanyak 2,1 juta ton.

Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi), yang juga Sekretaris PTPN XI, Adig Suwandi mengatakan bahwa Meski kemungkinan mengalami defisit gula konsumsi, menyusul turunnya produksi gula nasional akibat perubahan iklim, namun solusi utama Indonesia tidak harus impor gula. Pasalnya, jika impor dilakukan dan sampai waktu giling tiba tidak terjual, maka hal itu berpotensi menurunkan harga gula di tingkat petani. Akibat anomali cuaca yang terjadi tahun ini, capaian produksi gula hanya berkisar 2,15 juta ton. Sampai dengan 31 Oktober 2011, produksi gula hasil penggilingan tebu oleh semua PG mencapai 2,10 juta ton dan masih ada tambahan dari beberapa pabrik gula (PG) lagi yang masih giling sekitar 40.000 ton. Gula tersimpan di gudang PG dan belum terjual per 31 Oktober 2011 sebanyak 900.640 ton, terdiri dari 316.910 ton milik PG, 70.050 ton milik petani , dan 513.680 ton milik pedagang.

Tingkat penyerapan relatif rendah akibat jenuhnya pasar di sebagian wilayah, khususnya Jakarta dan sekitarnya serta luar Jawa yang menyebabkan aliran gula tidak berjalan sempurna. Dengan memperhitungkan PG yang mengoptimalkan kapasitas terpasang, perkiraan kasar sampai akhir bulan Oktober 2011 kemarin stok masih  730.00 ton, belum termasuk yang beredar di pasar dan belum terjual. Beberapa PG di luar Jawa dipastikan melaksanakan giling lebih awal dibanding PG-PG di Jawa. Dua PG di Sumut memulai giling Februari 2012, sedangkan 2 PG di Sumsel dan 5 PG di Lampung kemungkinan besar April 2012. Sebagian besar PG di Jawa umumnya giling sejak Mei dan Juni 2012.  Untuk diketahui, konsumsi gula langsung tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,65 juta-2,70 juta ton. Dengan demikian, Dewan Gula Indonesia sebaiknya segera menyusun neraca sehingga lebih memberikan kepastian dalam perencanaan mengingat keberadaan gula sebagai komoditas vital-strategik dalam ekonomi pangan di Indonesia.

Karena itu,  untuk mencegah masuknya gula rafinasi yang seharusnya untuk industri makanan dan minuman tapi bocor ke pasar eceran, maka harus diberlakukan bea masuk yang sama atas impor bahan baku raw sugar seperti ketika PG berbahan baku tebu melakukannya untuk mengatasi idle capacity sebesar Rp550/kg.  Berbagai fasilitas, termasuk keringanan dan pembebasan bea masuk, tidak mengedukasi kalangan industri untuk membangun kebun sendiri. Di samping itu, harga gula di Bursa Berjangka London belakangan cenderung turun. Harga untuk pengapalan Maret 2012 tercatat Rp 5,5 juta per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium).  Harga gula yang kompetitif merupakan penyuluh yang baik bagi petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan ekspansi areal. Sehingga impor gula rafinasi tidak perlu dilakukan agar harga gula pada level petani tidak anjlok.

Sementara itu Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan, besar impor gula tahun depan akan sesuai dengan defisit produksi terhadap target yang ditetapkan pemerintah. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik, Natsir Mansyur, menyebut, patokan impor gula tahun depan merupakan selisih antara target produksi sebesar 2,7 juta ton dengan realisasi produksi sekitar 2,1 juta ton.  Namun, ia pesimistis dengan prediksi realisasi produksi gula 2,1 juta ton. Apalagi, stok dalam negeri yang seharusnya tersedia 1,2 juta ton pun disebut hanya terpenuhi 800.000 ton. Artinya, akan ada kekurangan gula yang cukup besar.  Untuk Pulau Jawa, kebutuhan masih bisa terpenuhi  PG setempat. Lain halnya dengan wilayah luar Pulau Jawa yang kesulitan pasokan sehingga mengandalkan gula rafinasi sebagai konsumsi rumah tangga.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, sebelumnya sempat menyebut, produksi gula dalam negeri diperkirakan 2,3 juta ton-2,4 juta ton. Angka itu menjadi patokan bahwa tahun depan pasar domestik masih kekurangan sekitar 300.000 ton-500.000 ton gula.  Pemerintah pun masih menghitung angka impor dan perkiraan sumber pemenuhan kebutuhan itu. Hal itu untuk menjaga agar impor tidak memberikan disinsentif untuk musim giling berikutnya.
Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, mengutarakan, pasokan gula dari dalam negeri memang tidak sesuai target. Sebab, produksi tebu terkendala hama dan cuaca. Mudah-mudahan revitalisasi pabrik gula nantinya bisa meningkatkan produksi dalam negeri. Sasaran target memang sudah tinggi, tapi ternyata ada faktor hama dan cuaca.

Deputi Kementerian Koordinator Ekonomi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi, di Jakarta, Rabu (14/12/2011)Tiga kendala serius menghambatpertumbuhan industri di Indonesia. Ketiganya adalah pembebasan lahan, perizinan, dan persoalan logistik. Tanpa perhatian serius, pertumbuhan industri akan stagnan. Tanah masih jadi persoalan. Banyak industri gagal terbangun karena hal ini. Demikian pula dengan perizinan yang masih berbelit-belit. Strategi pengembangan industri berpatokan pada tiga hal. Pertama, penyebaran industri ke wilayah luar Jawa. Kedua, penguatan struktur industri. Ketiga, peningkatan produktivitas.

1 comment:

  1. nice share. nice post. semoga bermanfaat bagi kita semua :)
    keep update! Perawatan mobil

    ReplyDelete

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.