KULIAH PUBLIK: BUMN Tak Pantas Jadikan Rakyat Sebagai Target Laba

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Wednesday, July 27, 2016

BUMN Tak Pantas Jadikan Rakyat Sebagai Target Laba

Baru-baru ini, menteri BUMN membeberkan ‘Data yang sangat menakjubkan’ : “….laba BUMN mencapai Rp. 2.000 triliun….’. Angka yang lebih dari cukup untuk membangun bangsa ini. Terlepas dari keuntungan dan kerugian yang dialami selama ini, namun satu hal yang perlu direnungkan kembali adalah Bahwa selama ini. Pemerintah Indonesia telah menjadikan masyarakatnya sebagai target pasar sebagai lahan untuk meraup keuntungan, selain sebagai objek pajak!’. 

Pada tahun 2010 lalu seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu meraih pendapatan kurang lebih Rp 1.000 triliun. Dari total pendapatan itu, seluruh perusahaan pelat merah kantongi laba Rp 100 triliun. "Pendapatan BUMN tahun 2010 dekat pada Rp 1.000 triliun untuk semua BUMN, dari itu keuntungannya saya kira dekat-dekat pada Rp 100 triliun," katanya di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (20/1/2011) dari keuntungan BUMN yang sebesar Rp 100 triliun, setidaknya akan disisihkan  2% untuk program PKBL (bina lingkungan). Tahun 2011 ini dana PKBL yang bisa dikeluarkan BUMN mencapai Rp 2,1 triliun.

Terlepas dari ‘perilaku’ kontradiktif itu, kedepan Pemerintah sudah saatnya merubah pola pikir yang selalu mempolitisasi ‘ekonomi’ mejadi tindakan politik yang mengarah pada pembangunan ekonomi. Berikut beberapa kondisi pendukung yang mampu mendorong Pemerintah untuk melakukan tindakan bijak tersebut.

Potensi Perkebunan

Holding badanusaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan, yaitu PT Perkebunan Nusantara I (Persero) hingga PT Perkebunan Nusantara XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dinilai berpotensi menjadi perusahaan perkebunan terbesar di dunia. “Kalau sudah terbentuk, holding company BUMN perkebunan bisa menjadi perusahaan besar," kata Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN Megananda Daryono di Kantor Kementerian BUMN, Rabu, 10 Agustus 2011. "Kami berharap BUMN perkebunan itu bisa direalisasikan."

Seperti diketahui, total aset mereka sekitar Rp 44 triliun dengan pendapatan sekitar Rp 40 triliun pada akhir tahun 2010. Kinerja sejumlah BUMN perkebunan juga mengalami peningkatan yang signifikan pada semester pertama tahun ini. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar 30,76 persen, dari Rp 2,41 triliun menjadi Rp 3,15 triliun pada tahun ini. Kenaikan tersebut mendorong naiknya laba bersih sekitar 48,80 persen, dari Rp 413,54 miliar menjadi Rp 615,36 miliar.

PT Perkebunan Nusantara V (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar Rp 58,74 persen, dari Rp 1,61 triliun menjadi 2,55 triliun. Kenaikan tersebut mendorong kenaikan laba bersih sekitar 202,76 persen, dari Rp 59,07 miliar menjadi Rp 178,8 miliar. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar 20,62 persen, dari Rp 2,03 triliun menjadi Rp 2,45 triliun. Kenaikan tersebut mendorong kenaikan laba bersih sekitar 157,44 persen, dari Rp 175,07 miliar menjadi Rp 450,69 miliar. Sementara PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar 70,76 persen, dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 2,23 triliun. Kenaikan tersebut mendorong kenaikan laba bersih sekitar 64,80 persen, dari Rp 100,98 miliar menjadi Rp 166,41 miliar.

Menurut Megananda, peningkatan kinerja beberapa BUMN tersebut disebabkan peningkatan produksi dan kenaikan harga jual dua komoditas utama, yaitu karet dan sawit, yang cukup signifikan. Mengenai tingkat produksi, menurut Megananda, produksi CPO (crude palm oil) sejumlah PTPN pada 2010 sekitar 2,7 juta ton. Sedangkan produksi karet sekitar 250 ribu ton. Harga karet masih di atas US$ 5, bahkan pernah mencapai kisaran US$ 6. “Sementara harga CPO (crude palm oil) masih sedikit turun dibandingkan bulan lalu," ujarnya "Tapi masih di harga sekitar Rp 7.000 per kilogram. Itunet di luar PPN. Jauh di atas RKAP yang sekitar Rp 6.700 per kilogram sudah termasuk PPN.” Kenaikan tersebut yang akhirnya dinilai menjadi potensi jika BUMN perkebunan digabung menjadi suatu holding company. Itu juga sejalan dengan rencana Kementerian BUMN yang ingin melakukan perampingan jumlah BUMN yang ada. Saat ini konsep holding tersebut masih dalam proses finalisasi di tingkat pemerintah. “Dengan holding juga diharapkan bisa membantu meningkatkan kinerja sejumlah PTPN yang masih kurang baik, seperti PTPN I, II, dan XIV,” lanjut Megananda. 

Pendapatan bunga bersih mencapai Rp 13,20 triliun, naik 13 persen dari 2010 sebesar Rp 11,72 triliun. Sedangkan pendapatan nonbunga mencapai Rp 7,6 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 7,06 triliun. Pendapatan bunga bersih mencapai Rp 13,20 triliun, naik 13 persen dari 2010 sebesar Rp 11,72 triliun. Sedangkan pendapatan nonbunga mencapai Rp 7,6 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 7,06 triliun.

Potensi Bidang Perbankan

Target setoran dividen bank badan usaha milik negara (BUMN) kepada negara tahun ini sebesar Rp 3,9 triliun. "Dividen itu diperoleh dari total laba bersih bank BUMN sepanjang 2010 yang sekitar Rp 26,5 triliun," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Rabu (5/5).

Adapun target setoran dividen dari PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) sekitar Rp 11,3 triliun, yang diperoleh dari laba bersih kedua perusahaan sebesar Rp 26,1 triliun. Sedangkan target setoran dividen dari BUMN nonperbankan dan non-Pertamina-PLN sekitar Rp 14,7 triliun, dari total laba bersih yang diperoleh sekitar Rp 51,8 triliun. Total dividen BUMN tahun ini sekitar Rp 29,9 triliun, lebih tinggi tinggi dari target yang Rp 27,5 triliun. Pada 2010, realisasi setoran dividen BUMN mencapai Rp 30,09 triliun, naik dari 2009 sebesar Rp 29,5 triliun.

Mustafa di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (20/1/2011) mengatakan dari 141 BUMN, kontribusi sektor perbankan cukup besar. "Kontribusi bank Mandiri luar biasa bersama Bank BRI, mereka berdua terdepan, mereka mencetak keuntungan besar. Sekarang ini (Mandiri) Rp 8,5 triliun perkiraan keuntungannya. Bank Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menjadi yang terdepan diantara bank BUMN dan bank swasta. ," jelas Mustafa.

PT. Bank Negara Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 5,81 triliun sepanjang 2011. Perolehan ini buah dari pertumbuhan laba sebesar 42 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 4,10 triliun. Direktur Utama BNI Gatot Soewondo mengatakan peningkatan laba bersih perusahaan ditopang oleh pendapatan bunga dan pendapatan nonbunga. Begitu pula dengan laba bersih per saham dari Rp 266 menjadi Rp 312 per saham pada 2011. Laba sebelum pajak mencapai Rp 7,46 triliun atau meningkat 36 persen dari sebelumnya Rp 5,49 triliun. Begitu pula dengan laba setelah taksiran pajak meningkat 42 persen dari Rp 4,10 triliun menjadi Rp 5,81 triliun.


PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PT PP, mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan pada semester pertama tahun ini. Laba perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang konstruksi ini sebesar Rp 44,98 miliar, atau naik sekitar 78,04 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 25,21 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan yang dikutip pada hari ini, Rabu 3 Agustus 2011, kenaikan laba tersebut salah satunya ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha pada tahun ini. Pendapatan usaha Perseroan tahun ini sebesar Rp 1,67 triliun, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,35 triliun.
Walau beban pokok penjualan menunjukkan kenaikan, dari Rp 1,24 triliun menjadi Rp 1,49 triliun pada tahun ini, Perseroan masih mencatatkan kenaikan laba kotor. Laba kotor Perseroan pada tahun ini sebesar Rp 180,01 miliar, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 106,47 miliar. Setelah diperhitungkan dengan laba kotor setelah laba KSO dan beban usaha, laba usaha Perseroan tercatat sebesar Rp 152,4 miliar, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 89,03 miliar.
Tidak hanya laba tahun berjalan, jumlah aset Perseroan juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data, jumlah aset Perseroan sebesar Rp 5,64 triliun, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 5,44 triliun. Itu terdiri dari aset lancar sebesar Rp 5,42 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp 220,28 miliar.
Jumlah liabilitas lancar Perseroan sebesar Rp 3,9 triliun, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,72 triliun. Jumlah liabilitas tidak lancar Perseroan sebesar Rp 510,85 miliar, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 453,12 miliar. Sementara, jumlah ekuitas sebesar Rp 1,23 triliun, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya Rp 1,26 triliun.

Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Yang Masih Potensil Dikembangkan

Perbankan

Asuransi

Jasa pembiayaan

Jasa konstruksi

Jasa penilai

Jasa lainnya

Perjan rumah sakit

Film

Pelabuhan

Pelayaran
PT Bahtera Adhiguna
PT Djakarta Lloyd

Kebandarudaraan
PT Angkasa Pura II

Angkutan darat

Perum Bulog
PT Bhanda Ghara Reksa
PT Varuna Tirta Prakasya

Perdagangan
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia
PT PP Berdikari
PT Sarinah

Pengerukan

Industri farmasi
PT Indofarma Tbk
PT Kimia Farma Tbk

Pariwisata
PT Bali Tourism & Development Corp.
PT Hotel Indonesia Natour
PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko

Kawasan industri
PT Kawasan Berikat Nusantara
PT Kawasan Industri Makasar
PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma

Usaha penerbangan

Dok dan perkapalan
PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
PT Industri Kapal Indonesia

Perkebunan

Pertanian

Perikanan

Pupuk

Kehutanan

Kertas

Percetakan dan penerbitan

Dok dan perkapalan
PT PAL

Pertambangan
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT Sarana Karya

Energi
PT EMI (Energy Management Indonesia)
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI (PJB)
PT Geo Dipa Energi

Industri berbasis teknologi
PT Batan Teknologi
PT LEN Industri

Baja dan konstruksi baja
PT Barata Indonesia
PT Boma Bisma Indra

Telekomunikasi
Perjan RRI - mulai 2005, RRI dan TVRI sudah berubah badan hukum menjadi LPP dan sudah tidak lagi di bawah naungan Kementrian Negara BUMN, melainkan menjadi lembaga di bawah Presiden, dengan kementrian teknisnya adalah Depkominfo

Industri pertahanan
PT DAHANA

Semen
PT Semen Baturaja
PT Semen Gresik Group TBK (Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa)

Industri sandang
PT Cambrics Primissima
PT Ind. Sandang Nusantara

Aneka industri
PT Garam
PT Iglas
PT Industri Soda Indonesia (resmi bubar 4 November 2008)

Perusahaan patungan minoritas

Asuransi

Kawasan industri

Industri berbasis teknologi

Telekomunikasi

Tambang

Semen

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.