Baru-baru
ini, menteri BUMN membeberkan ‘Data yang sangat menakjubkan’ : “….laba BUMN
mencapai Rp. 2.000 triliun….’. Angka yang lebih dari cukup untuk membangun
bangsa ini. Terlepas dari keuntungan dan kerugian yang dialami selama ini,
namun satu hal yang perlu direnungkan kembali adalah Bahwa selama ini.
Pemerintah Indonesia telah menjadikan masyarakatnya sebagai target pasar
sebagai lahan untuk meraup keuntungan, selain sebagai objek pajak!’.
Pada
tahun 2010 lalu seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu meraih pendapatan
kurang lebih Rp 1.000 triliun. Dari total
pendapatan itu, seluruh perusahaan pelat merah kantongi laba Rp 100
triliun. "Pendapatan
BUMN tahun 2010 dekat pada Rp 1.000 triliun untuk semua BUMN, dari itu
keuntungannya saya kira dekat-dekat pada Rp 100 triliun," katanya di JCC,
Senayan, Jakarta, Kamis (20/1/2011) dari keuntungan BUMN yang sebesar Rp 100
triliun, setidaknya akan disisihkan 2% untuk program PKBL (bina
lingkungan). Tahun 2011 ini dana PKBL yang bisa dikeluarkan BUMN mencapai Rp
2,1 triliun.
Terlepas
dari ‘perilaku’ kontradiktif itu, kedepan Pemerintah sudah saatnya merubah pola
pikir yang selalu mempolitisasi ‘ekonomi’ mejadi tindakan politik yang mengarah
pada pembangunan ekonomi. Berikut beberapa kondisi pendukung yang mampu
mendorong Pemerintah untuk melakukan tindakan bijak tersebut.
Potensi
Perkebunan
Holding badanusaha
milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan, yaitu PT
Perkebunan Nusantara I (Persero) hingga PT Perkebunan Nusantara XIV dan PT
Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dinilai berpotensi menjadi perusahaan
perkebunan terbesar di dunia. “Kalau
sudah terbentuk, holding company BUMN perkebunan bisa menjadi
perusahaan besar," kata Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian
BUMN Megananda Daryono di Kantor Kementerian BUMN, Rabu, 10 Agustus 2011.
"Kami berharap BUMN perkebunan itu bisa direalisasikan."
Seperti
diketahui, total aset mereka sekitar Rp 44 triliun dengan pendapatan sekitar Rp
40 triliun pada akhir tahun 2010. Kinerja sejumlah BUMN perkebunan juga
mengalami peningkatan yang signifikan pada semester pertama tahun ini. PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar
30,76 persen, dari Rp 2,41 triliun menjadi Rp 3,15 triliun pada tahun ini.
Kenaikan tersebut mendorong naiknya laba bersih sekitar 48,80 persen, dari Rp
413,54 miliar menjadi Rp 615,36 miliar.
PT
Perkebunan Nusantara V (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar Rp
58,74 persen, dari Rp 1,61 triliun menjadi 2,55 triliun. Kenaikan tersebut
mendorong kenaikan laba bersih sekitar 202,76 persen, dari Rp 59,07 miliar
menjadi Rp 178,8 miliar. PT
Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar
20,62 persen, dari Rp 2,03 triliun menjadi Rp 2,45 triliun. Kenaikan tersebut
mendorong kenaikan laba bersih sekitar 157,44 persen, dari Rp 175,07 miliar
menjadi Rp 450,69 miliar. Sementara
PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) mengalami peningkatan pendapatan sekitar
70,76 persen, dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 2,23 triliun. Kenaikan tersebut
mendorong kenaikan laba bersih sekitar 64,80 persen, dari Rp 100,98 miliar
menjadi Rp 166,41 miliar.
Menurut
Megananda, peningkatan kinerja beberapa BUMN tersebut disebabkan peningkatan
produksi dan kenaikan harga jual dua komoditas utama, yaitu karet dan sawit,
yang cukup signifikan. Mengenai tingkat produksi, menurut Megananda, produksi
CPO (crude palm oil) sejumlah PTPN pada 2010 sekitar 2,7 juta ton. Sedangkan
produksi karet sekitar 250 ribu ton. Harga
karet masih di atas US$ 5, bahkan pernah mencapai kisaran US$ 6. “Sementara
harga CPO (crude palm oil) masih sedikit turun dibandingkan bulan lalu,"
ujarnya "Tapi masih di harga sekitar Rp 7.000 per kilogram. Itunet di
luar PPN. Jauh di atas RKAP yang sekitar Rp 6.700 per kilogram sudah termasuk
PPN.” Kenaikan tersebut yang akhirnya dinilai menjadi potensi jika BUMN perkebunan
digabung menjadi suatu holding company. Itu juga sejalan dengan rencana
Kementerian BUMN yang ingin melakukan perampingan jumlah BUMN yang ada. Saat
ini konsep holding tersebut masih dalam proses finalisasi di tingkat
pemerintah. “Dengan holding juga diharapkan bisa membantu
meningkatkan kinerja sejumlah PTPN yang masih kurang baik, seperti PTPN I, II,
dan XIV,” lanjut Megananda.
Pendapatan bunga bersih mencapai Rp 13,20 triliun,
naik 13 persen dari 2010 sebesar Rp 11,72 triliun. Sedangkan pendapatan
nonbunga mencapai Rp 7,6 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 7,06 triliun. Pendapatan
bunga bersih mencapai Rp 13,20 triliun, naik 13 persen dari 2010 sebesar Rp
11,72 triliun. Sedangkan pendapatan nonbunga mencapai Rp 7,6 triliun dari
sebelumnya sebesar Rp 7,06 triliun.
Potensi
Bidang Perbankan
Target
setoran dividen bank badan usaha milik negara (BUMN) kepada negara tahun ini
sebesar Rp 3,9 triliun. "Dividen itu diperoleh dari total laba
bersih bank BUMN sepanjang 2010 yang sekitar Rp 26,5 triliun,"
kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Rabu (5/5).
Adapun
target setoran dividen dari PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) sekitar
Rp 11,3 triliun, yang diperoleh dari laba bersih kedua perusahaan sebesar Rp
26,1 triliun. Sedangkan target setoran dividen dari BUMN nonperbankan dan
non-Pertamina-PLN sekitar Rp 14,7 triliun, dari total laba bersih yang diperoleh
sekitar Rp 51,8 triliun. Total dividen BUMN tahun ini sekitar Rp 29,9 triliun,
lebih tinggi tinggi dari target yang Rp 27,5 triliun. Pada 2010, realisasi
setoran dividen BUMN mencapai Rp 30,09 triliun, naik dari 2009 sebesar Rp 29,5
triliun.
Mustafa
di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (20/1/2011) mengatakan dari 141 BUMN, kontribusi sektor
perbankan cukup besar. "Kontribusi bank Mandiri luar biasa bersama Bank
BRI, mereka berdua terdepan, mereka mencetak keuntungan besar. Sekarang ini
(Mandiri) Rp 8,5 triliun perkiraan keuntungannya. Bank
Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menjadi
yang terdepan diantara bank BUMN dan bank swasta. ," jelas Mustafa.
PT.
Bank Negara Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 5,81
triliun sepanjang 2011. Perolehan ini buah dari pertumbuhan laba sebesar 42
persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 4,10 triliun. Direktur
Utama BNI Gatot Soewondo mengatakan peningkatan laba bersih perusahaan ditopang
oleh pendapatan bunga dan pendapatan nonbunga. Begitu pula dengan laba bersih
per saham dari Rp 266 menjadi Rp 312 per saham pada 2011. Laba sebelum pajak
mencapai Rp 7,46 triliun atau meningkat 36 persen dari sebelumnya Rp 5,49
triliun. Begitu pula dengan laba setelah taksiran pajak meningkat 42 persen
dari Rp 4,10 triliun menjadi Rp 5,81 triliun.
PT
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PT PP, mencatatkan kenaikan laba tahun
berjalan pada semester pertama tahun ini. Laba perusahaan Badan Usaha Milik
Negara yang bergerak di bidang konstruksi ini sebesar Rp 44,98 miliar, atau
naik sekitar 78,04 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp
25,21 miliar.
Berdasarkan
laporan keuangan Perseroan yang dikutip pada hari ini, Rabu 3 Agustus 2011,
kenaikan laba tersebut salah satunya ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha
pada tahun ini. Pendapatan usaha Perseroan tahun ini sebesar Rp 1,67 triliun,
atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,35 triliun.
Walau
beban pokok penjualan menunjukkan kenaikan, dari Rp 1,24 triliun menjadi Rp
1,49 triliun pada tahun ini, Perseroan masih mencatatkan kenaikan laba kotor.
Laba kotor Perseroan pada tahun ini sebesar Rp 180,01 miliar, atau naik
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 106,47 miliar. Setelah diperhitungkan
dengan laba kotor setelah laba KSO dan beban usaha, laba usaha Perseroan
tercatat sebesar Rp 152,4 miliar, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar Rp 89,03 miliar.
Tidak
hanya laba tahun berjalan, jumlah aset Perseroan juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan data, jumlah aset Perseroan sebesar Rp 5,64 triliun, atau naik
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 5,44 triliun. Itu terdiri dari aset
lancar sebesar Rp 5,42 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp 220,28 miliar.
Jumlah
liabilitas lancar Perseroan sebesar Rp 3,9 triliun, atau naik dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar Rp 3,72 triliun. Jumlah liabilitas tidak lancar
Perseroan sebesar Rp 510,85 miliar, atau naik dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar Rp 453,12 miliar. Sementara, jumlah ekuitas sebesar Rp 1,23 triliun,
atau naik dibandingkan tahun sebelumnya Rp 1,26 triliun.
Badan
Usaha Milik Negara Republik Indonesia Yang Masih Potensil Dikembangkan
Perbankan
Asuransi
Jasa
pembiayaan
Jasa
konstruksi
Jasa
penilai
Jasa
lainnya
Perjan
rumah sakit
Film
Pelabuhan
Pelayaran
PT
Bahtera Adhiguna
PT
Djakarta Lloyd
Kebandarudaraan
PT
Angkasa Pura II
Angkutan
darat
Perum Bulog
PT
Bhanda Ghara Reksa
PT
Varuna Tirta Prakasya
Perdagangan
PT
Perusahaan Perdagangan Indonesia
PT
PP Berdikari
PT
Sarinah
Pengerukan
Industri
farmasi
PT Biofarma
PT Indofarma Tbk
PT Kimia Farma Tbk
Pariwisata
PT
Bali Tourism & Development Corp.
PT
Hotel Indonesia Natour
PT
TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko
Kawasan
industri
PT
Kawasan Berikat Nusantara
PT
Kawasan Industri Makasar
PT
Kawasan Industri Wijaya Kusuma
Usaha
penerbangan
Dok
dan perkapalan
PT
Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
PT
Industri Kapal Indonesia
Perkebunan
Pertanian
Perikanan
Pupuk
Kehutanan
Kertas
Percetakan
dan penerbitan
Dok
dan perkapalan
PT
PAL
Pertambangan
PT
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT
Sarana Karya
Energi
PT
EMI (Energy Management Indonesia)
PT
PEMBANGKITAN JAWA BALI (PJB)
PT
Geo Dipa Energi
Industri
berbasis teknologi
PT
Batan Teknologi
PT
LEN Industri
Baja
dan konstruksi baja
PT
Barata Indonesia
PT
Boma Bisma Indra
Telekomunikasi
Perjan RRI - mulai 2005, RRI dan TVRI
sudah berubah badan hukum menjadi LPP dan sudah tidak lagi di bawah naungan
Kementrian Negara BUMN, melainkan menjadi lembaga di bawah Presiden, dengan
kementrian teknisnya adalah Depkominfo
Industri
pertahanan
PT
DAHANA
Semen
PT
Semen Baturaja
PT
Semen Gresik Group TBK (Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa)
Industri
sandang
PT
Cambrics Primissima
PT
Ind. Sandang Nusantara
Aneka
industri
PT
Garam
PT
Iglas
PT
Industri Soda Indonesia (resmi bubar 4 November 2008)
Perusahaan
patungan minoritas
Asuransi
Kawasan
industri
Industri
berbasis teknologi
Telekomunikasi
Tambang
Semen
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.