Apakah seluruh bantuan
Bank Dunia kepada Indonesia hanya berupa pinjaman?
Tidak. Banyak pekerjaan dilakukan Bank Dunia di Indonesia yang terdiri dari Analytical and Advisory Activities (AAA) yang didanai oleh Bank Dunia dan negara-negara donor. Saat ini dengan perkiraan US$20 juta untuk Tahun Anggaran 2008 - tambahan dana sebesar US$30 juta didukung oleh Dana Perwalian yang dikelola Bank dan dapat berlanjut ke tahun 2009 - kegiatan ini menyediakan dukungan teknik dan analisis bagi program-program reformasi dan pembangunan Pemerintah.
Mengapa Bank Dunia masih terus memberikan pinjaman padahal utang Indonesia masih menumpuk?
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan dan telah mengelola beban utangnya secara efektif untuk mendanai pertumbuhan. Bank Dunia menggabungkan keahlian teknik dengan pengalaman di seluruh dunia dalam proyek-proyek yang terstruktur dengan baik (misalnya, di bidang pendidikan, kesehatan dan prasarana) untuk menciptakan pertumbuhan yang berkualitas. Pinjaman semacam ini membantu pembangunan, bukan menghambatnya. Proyek-proyek yang berjalan dengan baik menghasilkan aset nasional yang mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf kehidupan.
Apakah utang pemerintah mengurangi pembelanjaan untuk pembangunan?
Setelah tiga dekade Indonesia meminjam dana dari Bank Dunia, apa saja manfaat yang diperoleh Indonesia?
Rencana anggaran tahun 2006 memperlihatkan bahwa pemerintah pusat membayar bunga sebesar Rp 79 trilyun (US$8,6 milyar) dan utang pokok sebesar Rp 52,7 trilyun (US$5,8 milyar) kepada kreditur asing. Jika dilihat dari PDB, total utang Indonesia (pembayaran bunga dan pokok) turun dari rata-rata 4,9 persen pada tahun 2003-2005 menjadi 4,7 persen pada tahun 2006. Pemerintah Indonesia membayar Bank Dunia untuk utang pokok sebesar US$1,4 milyar dan untuk bunga sebesar US$0,5 milyar pada tahun 2006. Utang Indonesia kepada Bank Dunia adalah 10,6 persen dari seluruh utang nasional.
Bagaimana tingkat bunga Bank Dunia dibandingkan dengan sumber pembiayaan pemerintah lainnya? Apakah bunganya lebih tinggi dalam beberapa kasus?
Sebagai sebuah bank pembangunan, Bank Dunia menyediakan pinjaman dengan bunga mulai dari 0 persen bagi beberapa negara termiskin di dunia serta hibah bagi negara-negara pasca konflik dan negara-negara berpenghasilan rendah yang mengalami tekanan. Indonesia dipandang sebagai negara berpenghasilan rendah-menengah dan saat ini menerima dua jenis pinjaman: (a) International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan (b) International Development Association (IDA). Pinjaman IBRD bersifat lebih ringan daripada pinjaman komersial lainnya (concessional), dengan jangka waktu 20 tahun, masa tenggang 5 tahun dan suku bunga yang bervariasi namun tetap di bawah tingkat suku bunga di pasar.
Pinjaman IDA terutama ditujukan kepada negara-negara termiskin dan kadang-kadang kepada negara-negara berpenghasilan rendah-menengah untuk program-program tertentu yang berfokus pada pengentasan kemiskinan. Pinjaman IDA tidak dikenakan bunga dan masa pengembalian pinjaman selama 35-40 tahun, termasuk masa tenggang 10 tahun. Karena alasan inilah ‘pinjaman’ ini disebut ‘kredit’. Selama masa CAS saat ini atau sejak tahun 2004, Indonesia telah menerima kredit IDA senilai $948 juta dan US$362 juta lagi untuk tahun 2008. (Lihat IDA di Indonesia.) Kredit-kredit baru mempunyai masa jatuh tempo 35 tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Pinjaman pokok akan dibayar sebesar 2,5 persen per tahun selama tahun ke 11-20 dan sebesar 5 persen per tahun selama tahun ke 21-35, sehingga kredit IDA menjadi sumber yang paling kompetitif untuk mendukung pembangunan.
Apakah Bank Dunia Membantu Pemerintah Indonesia mengelola Utangnya?
Bank Dunia, melalui kerjasama dengan donor lainnya, bekerja dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan utang publik, termasuk contingent liabilities. Ini mencakup dukungan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan utang dan risiko (kurs mata uang, bunga dan risiko rollover) maupun saran tentang risiko operasional dan reformasi kelembagaan. Ini juga mencakup bantuan kepada pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah kelembagaan dan peningkatan kapasitas untuk menilai contingent liabilities terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta di bidang infrastruktur dan bidang-bidang lain.
Beberapa negara Afrika telah menerima keringanan utang dari Bank Dunia, mengapa hal yang sama tidak diberikan kepada Indonesia? Apakah mungkin sebagian utang Indonesia dijadwal ulang pembayarannya?
Keputusan yang diambil oleh G8 di Gleneagles adalah 29 negara disetujui mendapatkan keringanan nominal utang berdasarkan prakarsa Highly Indebted Poor Countries. Ke-29 negara ini sangat miskin dengan penghasilan rata-rata per kapita sebesar US$340 pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, penghasilan per kapita Indonesia adalah $1,110 pada tahun 2004 (dan US$1,410 pada tahun 2006).
Tidak. Banyak pekerjaan dilakukan Bank Dunia di Indonesia yang terdiri dari Analytical and Advisory Activities (AAA) yang didanai oleh Bank Dunia dan negara-negara donor. Saat ini dengan perkiraan US$20 juta untuk Tahun Anggaran 2008 - tambahan dana sebesar US$30 juta didukung oleh Dana Perwalian yang dikelola Bank dan dapat berlanjut ke tahun 2009 - kegiatan ini menyediakan dukungan teknik dan analisis bagi program-program reformasi dan pembangunan Pemerintah.
Sebenarnya, Bank Dunia
mengelola salah satu program Dana Perwalian terbesar
di Indonesia yang mengumpulkan hibah-hibah dari Bank maupun negara-negara
donor. Saat ini, Bank mengelola 300 Dana Perwalian senilai satu milyar dolar,
di mana US$750 juta dibaktikan untuk rekonstruksi di Aceh dan Nias. Hibah yang
tersisa digunakan untuk mendukung pembangunan sektor-sektor lain seperti air
bersih, pendidikan dan dukungan desentralisasi.
Mengapa Bank Dunia masih terus memberikan pinjaman padahal utang Indonesia masih menumpuk?
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan dan telah mengelola beban utangnya secara efektif untuk mendanai pertumbuhan. Bank Dunia menggabungkan keahlian teknik dengan pengalaman di seluruh dunia dalam proyek-proyek yang terstruktur dengan baik (misalnya, di bidang pendidikan, kesehatan dan prasarana) untuk menciptakan pertumbuhan yang berkualitas. Pinjaman semacam ini membantu pembangunan, bukan menghambatnya. Proyek-proyek yang berjalan dengan baik menghasilkan aset nasional yang mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf kehidupan.
Pada tahun 2006, laju
pertumbuhan Indonesia mencapai tingkat pasca-krisis sebesar 5,5 persen.
Meskipun demikian, data tahun 2007 dari pemerintah memperlihatkan bahwa 16,6
persen penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Bank
bersama-sama dengan rakyat Indonesia berkeinginan untuk mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan pertumbuhan.
Apakah utang pemerintah mengurangi pembelanjaan untuk pembangunan?
Tidak. Seperti
diperlihatkan di atas, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sekarang telah
mencapai tingkat seperti sebelum krisis. Bahkan, dengan tingginya harga minyak
dunia, Pemerintah Indonesia (tingkat pusat maupun daerah) memiliki kesempatan
yang belum pernah dimiliki sebelumnya untuk meningkatkan pembelanjaan yang akan
meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.
Setelah tiga dekade Indonesia meminjam dana dari Bank Dunia, apa saja manfaat yang diperoleh Indonesia?
Pembangunan
Berbasis Masyarakat: Selain
menciptakan aset nasional yang penting berupa prasarana, kesehatan, pendidikan
dan jaminan pangan (lihat Hasil-Hasil Utama),
Program Pengembangan Kecamatan yang berbasis masyarakat telah menjadi model
bagi negara-negara berkembang lain. Saat ini, Program Pengembangan Kecamatan
telah beroperasi di lebih dari 34.200 desa termiskin, dan telah membangun jalan
sepanjang 27.690 km, 6.040 jembatan, 6.740 sistem irigasi, 6.565 sarana penyaluran
air bersih, dan 2.660 sarana sanitasi. Program ini juga telah membangun atau
merenovasi 1.450 puskesmas dan 760 sekolah dan memberikan beasiswa kepada lebih
dari 61.000 siswa. Lebih dari 650.000 usaha kecil telah didirikan melalui
program ini.
Prasarana: Komponen terbesar program prasarana Bank
adalah jalan—dengan memberikan dukungan pemeliharaan berkala jalan
nasional/provinsi sepanjang kira-kira 800km dan jalan kabupaten/kota sepanjang
5700km; perbaikan atau rehabilitasi jalan sepanjang 1600km dan penggantian
jembatan sepanjang 400m.
Dalam sektor energi,
Bank membantu Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk berinvestasi dalam
meningkatkan jaringan transmisi dan menghilangkan hambatan sistem sehingga
dapat memperbaiki kinerja melalui Proyek Sektor Kelistrikan Jawa-Bali;
sedangkan Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk berinvestasi dalam mengembangkan
prasarana pasokan gas untuk mengatasi ke kekurangan di Pulau Jawa melalui
proyek pengembangan pasar gas dalam negeri.
Bank dilibatkan dalam pengelolaan air bersih dan limbah padat, merestrukturisasi perusahaan air minum daerah, dan memberikan bantuan investasi fisik dalam pengembangan sanitasi, fasilitas pembuatan kompos dan tempat pembuangan limbah. Selain itu, program kemiskinan perkotaan berbasis masyarakat yang mencakup 236 pemerintah daerah dan lebih dari 6.500 kelurahan telah dikembangkan sehingga lebih dari 2,7 juta rumah tangga dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan prasarana. Program ini juga mendukung peningkatan fasilitas pelayanan perkotaan bagi 13 pemerintah kota melalui Proyek Reformasi Pembangunan Sektor Perkotaan.
Bank dilibatkan dalam pengelolaan air bersih dan limbah padat, merestrukturisasi perusahaan air minum daerah, dan memberikan bantuan investasi fisik dalam pengembangan sanitasi, fasilitas pembuatan kompos dan tempat pembuangan limbah. Selain itu, program kemiskinan perkotaan berbasis masyarakat yang mencakup 236 pemerintah daerah dan lebih dari 6.500 kelurahan telah dikembangkan sehingga lebih dari 2,7 juta rumah tangga dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan prasarana. Program ini juga mendukung peningkatan fasilitas pelayanan perkotaan bagi 13 pemerintah kota melalui Proyek Reformasi Pembangunan Sektor Perkotaan.
Tata
Pemerintahan: Sejumlah prakarsa
yang didukung Bank sedang membantu Indonesia memerangi korupsi baik melalui
lembaga-lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi maupun Badan Pemeriksa
Keuangan, reformasi pemerintah di bidang pengelolaan pendapatan dan peningkatan
kapasitas untuk prakarsa pemerintah daerah seperti Keadilan bagi Rakyat Miskin.
Kesehatan: Sebuah pendekatan yang berkelanjutan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat miskin adalah dengan melibatkan mereka sendiri dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan sanitasi. Sebuah program yang didukung Bank telah membantu mendirikan sistem air bersih di lebih dari 1.020 desa, yang melayani lebih dari 2 juta warga desa. Skala program ini sekarang sedang diperluas untuk menjangkau sekitar 5000 anggota masyarakat dengan jumlah penduduk berkisar 12,5 juta orang.
Kesehatan: Sebuah pendekatan yang berkelanjutan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat miskin adalah dengan melibatkan mereka sendiri dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan sanitasi. Sebuah program yang didukung Bank telah membantu mendirikan sistem air bersih di lebih dari 1.020 desa, yang melayani lebih dari 2 juta warga desa. Skala program ini sekarang sedang diperluas untuk menjangkau sekitar 5000 anggota masyarakat dengan jumlah penduduk berkisar 12,5 juta orang.
Lebih dari 5.000
mahasiswa kedokteran telah dilatih melalui sebuah program peningkatan kapasitas
dan dokter-dokter spesialis sedang dilatih dalam sebuah program percontohan
berbasis rumah sakit. Lebih dari 40 klinik dan rumah sakit telah dan sedang
dibangun di Aceh melalui hibah MDF.
Melalui kerja sama
dengan Pemerintah Indonesia dan para donor, Bank telah membantu mengurangi
angka kematian ibu dari 400 pada tahun 1987 menjadi 307 per 100.000 orang pada
tahun 2003 dan melatih 3000 bidan di 110 kabupaten/kota. Hal ini turut
meningkatkan jumlah tenaga profesional yang membantu persalinan dari 18% pada
tahun 1991 menjadi 44% pada tahun 2002.
Pendidikan: Bank telah memberikan dukungan kepada Indonesia berupa 26
proyek yang seluruhnya bernilai $1,5 milyar selama 20 tahun terakhir. Bank juga
telah memberikan dukungan reformasi kebijakan dan mengujicoba skema-skema
pengelolaan yang inovatif seperti: memberikan block grants untuk pendidikan
kepada kabupaten/kota; dana bantuan langsung kepada sekolah-sekolah; beasiswa
kepada siswa miskin; program rehabilitasi/konstruksi sekolah berbasis
masyarakat dan dimasukkannya ketentuan Pengembangan Anak Usia Dini dalam Undang-Undang
Pendidikan. Program ini akan membantu anak-anak prasekolah di 6000 kelompok
masyarakat termiskin untuk mendapatkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian.
Secara umum, Bank telah
membantu tujuh proyek pendidikan dasar untuk membuat penganggaran, perencanaan,
dan pengelolaan lebih transparan; dan mengeluarkan kebijakan baru tentang
pengelolaan dan kinerja guru.
Pelestarian
Lingkungan: Sebagai salah satu contoh komitmen Bank
Dunia untuk melestarikan sumber daya alam Indonesia yang unik, pada tahun 1998
dimulailah program Coral Reef Rehabilitation and Management yang akan
berlangsung selama 15 tahun. Program ini merestorasi ekosistem karang yang
hampir punah dengan menempatkan 4750 km persegi karang di bawah manajemen komunitas
pantai sehingga kehidupan ekosistem karang dan 9% terumbu karang di Indonesia
dapat terjaga. Untuk melihat daftar proyek-proyek yang telah dan sedang
dilaksanakan,
Berapa utang yang harus
dibayar Indonesia setiap tahun kepada kreditur asing?
Berapa yang harus
dibayar kepada Bank Dunia?
Rencana anggaran tahun 2006 memperlihatkan bahwa pemerintah pusat membayar bunga sebesar Rp 79 trilyun (US$8,6 milyar) dan utang pokok sebesar Rp 52,7 trilyun (US$5,8 milyar) kepada kreditur asing. Jika dilihat dari PDB, total utang Indonesia (pembayaran bunga dan pokok) turun dari rata-rata 4,9 persen pada tahun 2003-2005 menjadi 4,7 persen pada tahun 2006. Pemerintah Indonesia membayar Bank Dunia untuk utang pokok sebesar US$1,4 milyar dan untuk bunga sebesar US$0,5 milyar pada tahun 2006. Utang Indonesia kepada Bank Dunia adalah 10,6 persen dari seluruh utang nasional.
Bagaimana tingkat bunga Bank Dunia dibandingkan dengan sumber pembiayaan pemerintah lainnya? Apakah bunganya lebih tinggi dalam beberapa kasus?
Sebagai sebuah bank pembangunan, Bank Dunia menyediakan pinjaman dengan bunga mulai dari 0 persen bagi beberapa negara termiskin di dunia serta hibah bagi negara-negara pasca konflik dan negara-negara berpenghasilan rendah yang mengalami tekanan. Indonesia dipandang sebagai negara berpenghasilan rendah-menengah dan saat ini menerima dua jenis pinjaman: (a) International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan (b) International Development Association (IDA). Pinjaman IBRD bersifat lebih ringan daripada pinjaman komersial lainnya (concessional), dengan jangka waktu 20 tahun, masa tenggang 5 tahun dan suku bunga yang bervariasi namun tetap di bawah tingkat suku bunga di pasar.
Pinjaman IDA terutama ditujukan kepada negara-negara termiskin dan kadang-kadang kepada negara-negara berpenghasilan rendah-menengah untuk program-program tertentu yang berfokus pada pengentasan kemiskinan. Pinjaman IDA tidak dikenakan bunga dan masa pengembalian pinjaman selama 35-40 tahun, termasuk masa tenggang 10 tahun. Karena alasan inilah ‘pinjaman’ ini disebut ‘kredit’. Selama masa CAS saat ini atau sejak tahun 2004, Indonesia telah menerima kredit IDA senilai $948 juta dan US$362 juta lagi untuk tahun 2008. (Lihat IDA di Indonesia.) Kredit-kredit baru mempunyai masa jatuh tempo 35 tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Pinjaman pokok akan dibayar sebesar 2,5 persen per tahun selama tahun ke 11-20 dan sebesar 5 persen per tahun selama tahun ke 21-35, sehingga kredit IDA menjadi sumber yang paling kompetitif untuk mendukung pembangunan.
Apakah Bank Dunia Membantu Pemerintah Indonesia mengelola Utangnya?
Bank Dunia, melalui kerjasama dengan donor lainnya, bekerja dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan utang publik, termasuk contingent liabilities. Ini mencakup dukungan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan utang dan risiko (kurs mata uang, bunga dan risiko rollover) maupun saran tentang risiko operasional dan reformasi kelembagaan. Ini juga mencakup bantuan kepada pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah kelembagaan dan peningkatan kapasitas untuk menilai contingent liabilities terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta di bidang infrastruktur dan bidang-bidang lain.
Beberapa negara Afrika telah menerima keringanan utang dari Bank Dunia, mengapa hal yang sama tidak diberikan kepada Indonesia? Apakah mungkin sebagian utang Indonesia dijadwal ulang pembayarannya?
Keputusan yang diambil oleh G8 di Gleneagles adalah 29 negara disetujui mendapatkan keringanan nominal utang berdasarkan prakarsa Highly Indebted Poor Countries. Ke-29 negara ini sangat miskin dengan penghasilan rata-rata per kapita sebesar US$340 pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, penghasilan per kapita Indonesia adalah $1,110 pada tahun 2004 (dan US$1,410 pada tahun 2006).
Keputusan memenuhi
syarat untuk dinyatakan sebagai HIPC didasarkan atas penilaian bahwa utang luar
negeri suatu negara terlalu tinggi untuk dibayar. Negara-negara seperti ini
juga harus menyusun Dokumen Strategi Pengurangan Kemiskinan dan memperlihatkan kinerja
yang memuaskan dalam program IMF.
Sejak krisis tahun 1997,
Indonesia telah menerima fasilitas penjadwalan ulang utang dari Paris Club.
Indonesia telah menerima tiga kali penjadwalan ulang sejak tahun 1997 karena
ketidakmampuannya memenuhi kewajiban dan kinerja dalam program yang dibiayai
IMF. Selain itu, setelah gempa bumi dan tsunami di Aceh dan
Nias pada tahun 2005, Indonesia diperbolehkan melakukan
penjadwalan ulang lagi.
Untuk keterangan lebih
lanjut mengenai Bank Dunia dan Utang, silahkan kunjungi situs:
Bank Dunia dan Masalah Utang
Bank Dunia dan Masalah Utang
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.