Tahun
2014, Laba Bisnis Penerbangan Dunia Akan Memecahkan Rekor Tertinggi
Perkiraan
industri global mengatakan penerbangan akan meraup laba bersih sebesar $ 19,7
miliar pada tahun 2014. Sebuah asosiasi perdagangan maskapai penerbangan, Kamis,
mengungkapkan bahwa keuntungan Penerbanagn ini melonjak ke rekor tertinggi pada
tahun 2014 sebagai akibat pemotongan biaya perusahaan,yaitu harga bahan bakar yang
turun dan permintaan penumpang yang naik.
Asosiasi
Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan dalam sebuah laporan
menjelaskan; Secara global, bisnis penerbangan diperkirakan akan mengubah
keuntungan $ 19.700.000.000 dengan pendapatan $ 743.000.000.000 pada tahun
2014, naik dari $ 12.900.000.000 tahun sebelumnya. Perkiraan, menandai dua
tahun pertumbuhan, melampaui keuntungan rekor sebelumnya, tercapai pada tahun
2010, ketika industri penerbanagn ini menikmati $ 19.200.000.000 keuntungan. Tapi
bahkan saat keuntungan total meningkat, penerbangan masih melihat margin
keuntungan lebih rendah di tengah persaingan yang ketat dan biaya bahan bakar
jet yang relatif tinggi, kata laporan itu.
Bisnis
Penerbangan akan membuat margin keuntungan sekitar $ 5,94 per penumpang pada
tahun 2014 – (sebesar 2,6 persen), turun dari 3,3 persen pada tahun 2010.
Permintaan penumpang memicu pertunjuk kuat ini. IATA memperkirakan sekitar 3,3
miliar penumpang pada 2014, atau naik enam persen dari 3,1 miliar penumpang
pada 2013.
Perlu
diketahui, bahwa International Air Transport Association (Asosiasi Pengangkutan
Udara Internasional; disingkat IATA) adalah sebuah organisasi perdagangan
internasional yang terdiri dari maskapai-maskapai penerbangan dunia. IATA
bermarkas di Montreal, Kanada. Didirikan pada April 1945 di Havana, Kuba, IATA
adalah penerus Asosiasi Lalu Lintas Udara Internasional (International Air
Traffic Association) yang didirikan di Den Haag pada tahun 1919, tahun saat
penerbangan berjadwal internasional yang pertama di dunia dilaksanakan. Tujuan
utamanya adalah untuk membantu maskapai-maskapai penerbangan untuk bersaing
secara sah dan mencapai keseragaman dalam penetapan harga.Saat didirikan, IATA
beranggotakan 57 anggota dari 31 negara, sebagian besar di Eropa dan Amerika
Utara. IATA kini mempunyai lebih dari 270 anggota dari lebih dari 140 negara di
dunia. Anggota maskapai-maskapai penerbangan diberikan kelonggaran khusus
sehingga dapat mengkonsultasikan harga antara sesama anggota melalui organisasi
ini. IATA juga bertugas menjalankan peraturan dalam pengiriman barang-barang
berbahaya dan menerbitkan panduan Peraturan Barang-barang Berbahaya IATA (IATA
Dangerous Goods Regulations).
Persaingan
Bisnis Penerbangan Indonesia
Pertumbuhan
industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia.
Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Sejak tahun
2000, peraturan pemerintah mengenai penerbangan di Indonesia mulai
dilonggarkan. Hal ini memunculkan banyak maskapai penerbangan baru di
Indonesia. Tahun ini saja, Kementerian Perhubungan mengeluarkan izin bagi empat
maskapai, yakni Batik Air, Nam Air, Jatayu, dan Kartika Airlines. Menurut Juru
Bicara Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan keempat maskapai itu beroperasi
di kelas yang berbeda. Batik Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air dan
Nam Air yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air akan bertarung di kelas
full service bersama dengan Garuda Indonesia. Sedangkan, Kartika dan Jatayu
adalah maskapai lama yang akan beroperasi kembali. Hal itu tak terlepas dari
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan sekitar 17.000 pulau yang
tersebar sepanjang khatulistiwa. Tak heran, transportasi udara menjadi andalan
di negeri ini.
Bisnis
penerbangan pun terus melaju seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang masih
bertahan di atas 6 persen. Kementerian Perhubungan mencatat ada 420 rute yang
belum diterbangi maskapai nasional. Dari 670 rute yang tersedia, baru 250 rute
yang diterbangi. Kementerian Perhubungan menegaskan setiap tahun selalu
memonitor perkembangan bisnis penerbangan. Wakil Menteri Perhubungan Bambang
Susantono menuturkan dunia penerbangan sangat kompetitif. Bisnis ini padat
modal, padat teknologi, dan padat karya. Sumber daya manusia yang dibutuhkan
bisnis ini juga harus mempunyai keterampilan khusus, sehingga harus dibayar
mahal. ”Kondisi ini menjadi tantangan bagi manajemen perusahaan untuk memenangi
pasar. Apalagi sejak deregulasi penerbangan tahun 2000, tantangan semakin berat
karena perusahaan kian banyak,” kata Bambang beberapa waktu lalu di Jakarta.
Banyak
pihak menilai persaingan untuk merebut penumpang di Tanah Air saat ini sudah
cukup baik. Operator pun mengaku tidak gentar menghadapi aksi ekspansi yang
dilakukan maskapai lainnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi tambang emas bagi maskapai di negara dengan populasi terpadat nomor
empat di dunia ini.
Dalam
praktiknya, tantangan ini cukup berat. Banyak perusahaan yang berguguran karena
tidak mempunyai manajemen yang kuat. Salah satu contoh ialah PT Metro Batavia
(Batavia Air) yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat (PN
Jakpus), setelah mengabulkan permohonan pailit yang diajukan International
Lease Finance Corporation (IFLC). Dengan adanya putusan pailit dari pengadilan,
seluruh aktivitas operasional maskapai penerbangan Batavia Air berhenti
beroperasi sejak 31 Januari 2013. Adapun data utang Batavia Air mencapai Rp
1,25 triliun, antara lain Rp 95 miliar utang pada penumpang dan agen pemegang
tiket, Rp 230 miliar utang bank, Rp 60 miliar utang pajak, Rp 140 miliar utang
karyawan, dan Rp 500 miliar utang sewa pesawat. Mantan Direktur Komersial
Batavia Sukimo Sukarna mengakui masalah kompetisi merupakan faktor penyebab
pailit. “Armada kami sudah tua, jadi kami tidak bisa sepenuhnya menjual tiket
pada batas harga atas yang ditetapkan pemerintah, sementara maskapai lain
memiliki pesawat baru dan menetapkan harga yang lebih tinggi,” katanya.
Analis
penerbangan Singapura di divisi Standard & Poor’s Capital IQ Shukor Yusof
menilai nantinya operator kecil akan semakin sulit mengikuti persaingan.
“Kompetisi semakin intens dan yang lemah akan tersingkirkan,” ujarnya. Kepala Analis
Centre for Asia Pacific Aviation, Brendan Sobie mengatakan meski satu operator
kecil bangkrut, tidak berarti tidak akan ada pertumbuhan. “Pasar di Indonesia
sangat terbagi dan sangat kompetitif, sehingga jika jumlah maskapai berkurang
satu lagi, sebetulnya itu lebih sehat untuk industri ini,” ujarnya.
Menurut
penelitian kantor konsultan McKinsey & Co, potensi bisnis penerbangan di
Indonesia sangat jelas. Pada 2030, sebanyak 90 juta orang lagi akan memasuki
kelas konsumen lebih tinggi dari negara lain. Data Kementerian Perhubungan
menunjukkan ada 22 maskapai penerbangan komersial yang aktif saat ini, tidak
termasuk kargo dan pesawat carter. Pertumbuhan penumpang pesawat tahun ini dan
tahun depan diprediksi berada di kisaran 15 persen sampai 18 persen. Tahun
2012, Kementerian Perhubungan memperkirakan total penumpang yang diangkut
maskapai penerbangan nasional berjadwal sebanyak 72.472.054. Dari jumlah
tersebut, 63.625.129 merupakan penumpang domestik dan 8.846.925 penumpang
internasional.
Sekjen
Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air
Carriers Association/INACA) Tengku Burhanuddin meyakini industri penerbangan
nasional akan terus tumbuh dan sama sekali tidak terpengaruh krisis finansial
yang terjadi di Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas 6 persen per
tahun, bakal mendorong daya beli masyarakat. Industri penerbangan akan tumbuh
2-2,5 kali dari pertumbuhan ekonomi.
“Kami
tak punya data pasti, tapi rata-rata penerbangan di kawasan Asia Pasifik juga
tumbuh sebesar itu. Indonesia tumbuh paling tinggi karena wilayahnya berupa
kepulauan dan luas,” jelasnya.
Menurut
Chief Operating Officer Customer Airbus John Leahy, pertumbuhan pasar jasa
angkutan penumpang udara di Asia Pasifik lebih tinggi dibanding rata-rata
dunia. Hal itu ditopang pertumbuhan bisnis low cost carrier (LCC) yang tumbuh 7
persen per tahun. “Jika pertumbuhan pasar penerbangan di dunia mencapai dua
kali lipat setiap 15 tahun, di Asia Pasifik, pertumbuhan sebesar itu terjadi
setiap 10 tahun. Saat ini, Airbus mencatat order backlog (kekurangan pemenuhan
permintaan) mencapai 4.998 pesawat. Jumlah backlog terbesar tercatat untuk
kawasan Asia Pasifik, yakni mencapai 1.849 unit, atau 35 persen dari
keseluruhan backlog. Bagi Airbus, Asia Pasifik merupakan pasar utama. Sebab,
kawasan ini mewakili 31 persen dari seluruh pesanan yang diterima Airbus,”
jelasnya.
Menyangkut
Indonesia, Leahy menilainya sebagai salah satu kunci pertumbuhan pasar angkutan
udara. Pasalnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih 240 juta orang atau
terbesar keempat di dunia dengan wilayah geografis berupa kepulauan. “Dengan
populasi sebanyak itu, baru 10 persen penduduk Indonesia yang bepergian dengan
pesawat komersial. Tentu ini peluang pasar yang sangat besar,” jelasnya.
Di
Indonesia, maskapai yang dinilai paling cepat tumbuh dan juga paling kompetitif
di dunia adalah Lion Air, AirAsia Bhd dari Malaysia, Garuda Indonesia dan
Mandala Airlines (sebagian dimiliki Tiger Airways Ltd dari Singapura). Lion Air
tercatat mengangkut jumlah penumpang paling tinggi, yakni 23,93 juta. Disusul
Garuda Indonesia 14,07 juta penumpang, Sriwijaya Air 8,1 juta penumpang,
Batavia Air 6,01 juta penumpang, dan Merpati Nusantara Airlines 2,11 juta
penumpang. Tampaknya,
kompetisi antarmaskapai Indonesiapun berlangsung sengit.
Pengamat
penerbangan Dudy Sudibyo menilai, kompetisi maskapai sekarang ini makin ramai.
Seiring pertumbuhan kelas menengah Indonesia sekitar 16 persen, persaingan pun
kini diramaikan tak hanya dari sisi harga, namun juga kualitas.
“Tidak
terlalu jor-joran seperti dulu. Awal tahun 2000-an banyak maskapai banting
harga. Sejak 2010 sudah berubah menjadi lebih dewasa, di mana selain harga yang
murah, penumpang juga memilih kualitas," ucapnya.
Hal
itu akan menjadi fenomena. Dudy menilai bahwa pemilik Lion Air, Rusdi Kirana dan
pemilik AirAsia, Tony Fernandes memiliki otak bisnis yang bagus. PT Lion
Mentari Airlines (Lion Air) memesan 234 pesawat Airbus jenis A320, yang terdiri
dari 109 tipe A320neo, 65 tipe A321neo, dan 60 tipe A320ceo. Transaksi ini
membuat Lion Air menjadi pelanggan baru terbesar Airbus dengan rekor pembelian
18,4 miliar euro (USD 23,8 miliar) atau sekitar Rp 231,3 triliun. Bahkan,
pemesanan tersebut diresmikan dalam upacara khusus, Senin (18/3) di Istana
Elysée Paris dengan penandatanganan dokumen yang disaksikan Presiden Prancis
Francois Hollande. Aksi korporat yang dilakukan Lion Air tersebut, bagi Airbus
merupakan kontrak tunggal terbesar yang pernah diperoleh.
Sebelumnya,
Lion Air membuat gebrakan melalui kontrak pemesanan 230 pesawat Boeing tipe
B737 MAX dan B737-900ER senilai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 210 triliun.
Penandatanganan itu juga disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama, di Bali,
November 2011. Dengan kontrak tersebut, sejak berdiri pada tahun 2000 hingga
sekarang, Lion telah memesan 727 unit pesawat. Saat ini, sekitar 100 pesawat
yang dioperasikan. Maskapai itu menargetkan memesan hingga 1.000 unit pesawat
tahun 2027 Pesawat itu sendiri nantinya juga akan dioperasikan untuk dua
maskapai baru di Asia Pasifik. Pekan lalu, pihak Lion Air bekerja sama dengan
National Aerospace & Defence Industries (Nadi) Sdn Bhd (Malaysia)
meluncurkan maskapai Malindo Airways yang berbasis di Malaysia. Tak hanya itu,
jika saat ini Lion fokus pada layanan penerbangan berbiaya murah, ke depan Lion
mulai merambah jasa penerbangan full service melalui Batik Air. Dudy Sudibyo
menilai langkah ekspansi Lion sudah pasti ingin menjadi pemain utama di
Indonesia juga Asia.
Bisnis
maskapai penerbangan berbiaya murah, masih ada pasar dan peluangnya, sehingga
kompetisi menjadi hal yang tidak terelakkan. Menjawab tantangan maskapai
penerbangan AirAsia yang bersaing dalam bisnis maskapai berbiaya murah, Lion
mengaku siap bersaing. Lion Air sendiri menganggap tanpa ditantang, hal ini
cepat atau lambat akan terjadi.
“Kami
melihatnya bukan dalam konteks siapa melawan siapa, atau siapa menantang siapa,
tetapi di mana pun pasti ada kompetisi kalau ada pasar dan peluang. Bukan lihat
siapa dan siapa, tetapi kami siap dan sudah memperhitungkan semuanya. Jadi kami
tidak melihat siapa pindah ke mana, kami selalu fokus dengan strategi kami,”
ujar Direktur Umum Lion Air Edward Sirait.
Presiden
Direktur PT Indonesia AirAsia, Dharmadi, mengungkapkan pihaknya tengah fokus
berekspansi dan berinovasi.
“Sebagaimana
yang bisa kita lihat bersama, industri penerbangan di Indonesia tengah
bergairah. Ini tentu merupakan hal yang positif, karena masyarakat Indonesia
kini memiliki lebih banyak pilihan penerbangan dengan harga yang terjangkau.
Ketatnya persaingan mendorong kami, pelaku bisnis, untuk tetap kompetitif,
serta menghadirkan inovasi baru dan layanan yang prima," tuturnya.
Direktur
Utama PT Garuda Indonesia Tbk, maskapai pelat merah, Emirsyah Satar menganggap kompetisi
merupakan tantangan tersendiri. Pihaknya akan terus mencari inovasi agar bisa
meraih hati penumpang. “Kompetisi merupakan hal yang bagus dan kami suka
berkompetisi. Kompetisi membuat inovasi maskapai berkembang. Tentu saja
penumpang mendapat manfaat yang jauh lebih besar hingga pada akhirnya mereka
bisa memilih maskapai yang akan diinginkan. Pasar penerbangan Indonesia saat
ini sedang berkembang. Kompetisi di industri ini juga tergolong sehat. Namun,
bagi Garuda Indonesia, persaingan bukan hanya di domestik, tapi juga regional
dan internasional. Untuk itu, Garuda terus mendatangkan pesawat hingga 2015
sesuai dengan ekspansi operasional perusahaan lewat Program Quantum Leap
2011-2015. Program tersebut, antara lain, mencakup penambahan rute dan
frekuensi penerbangan. Seiring penambahan pesawat baru, serta melalui program
efisiensi perusahaan dan peningkatan utilisasi aset. Hingga 2015 Garuda
Indonesia merencanakan akan menambah armada menjadi 154 pesawat yang terdiri
dari B737-800NG untuk domestik dan regional, A330-300/200 untuk jarak menengah
dan sedang, dan B777-300ER untuk jarak jauh dengan rata-rata usia pesawat lima
tahun. Dengan demikian, persaingan antarmaskapai penerbangan di masa mendatang
akan semakin kompetitif.,” ungkapnya.
Melihat
tantangan yang sangat besar ini, Kementerian Perhubungan harus memastikan
banyak hal sebelum memberikan izin operasi kepada perusahaan penerbangan baru.
”Kami harus mampu memastikan faktor keamanan, rencana bisnis, rasio awak,
jumlah pesawat, dan sebagainya,” jelasnya. Pemerintah harus tegas dan konsisten
menegakkan aturan agar menciptakan kenyamanan dan persaingan sehat. Konsumen
diharapkan lebih bijak untuk memilih penerbangan yang memberikan prioritas pada
keamanan dan pelayanan.
Simak dulu Komponen
Harga Tiket Pesawat
Perkembangan
dunia penerbangan sekarang ini, diikuti dengan banyaknya bermunculan maskapai
dengan konsep Low Cost carrier (LCC), yaitu model maskapai yang unik dengan
strategi penurunan operating cost serendah mungkin. Penghematan biaya dilakukan
dengan eliminasi terhadap layanan maskapai tradisional pada umumnya yaitu
dengan pengurangan catering, minimize reservasi dgn bantuan teknologi IT
sehingga layanan lebih sederhana dan cepat. Menanggapi strategi harga tiket
pesawat murah maskapai LCC ini, maskapai tradisional menyediakan tarif promo,
walaupun biasanya jumlah kursi untuk tarif promo sangat sedikit, sekitar 5%
dari keseluruhan jumlah kursi yang dijual. Akibatnya, banyak calon penumpang
beralih menggunakan jasa penerbangan dari semula menggunakan jasa transportasi
kereta api atau bus. Karena memang seringkali ditemukan, harga tiket pesawat
bisa lebih murah dibandingkan dengan harga tiket kereta api maupun tiket bus. Namun,
seringkali maskapai hanya mencantumkan tarif dasarnya saja dalam berpromosi,
padahal harga keseluruhan yang harus dibayar oleh calon penumpang belum termasuk
komponen biaya lainnya seperti asuransi, pajak, dan komponen tarif fuel
Surcharge.
Selain
itu, harga tiket promo ‘murah’ tersebut tidak dapat diperoleh dengan begitu
mudahnya. Umumnya harga tiket promo diperoleh hanya pada saat-saat masa low
season (musim penumpang sepi) dan juga biasanya mesti dibeli dari jauh-jauh
hari. Umumnya reservasi harus dilakukan sekitar 2-3 bulan sebelumnya, karena biasanya
tiket dengan tarif promo mempunyai kondisi yang tidak bisa ditukar waktu
penerbangannya maupun di refund (ditukar dengan uang). Selain itu bisaanya tiket
juga tidak bisa dipindahtangankan alias dijual kepada orang lain, karena nama
penumpang yang tercantum pada tiket harus sesuai dengan nama identitas
penumpang tersebut. Jadi tidak boleh ada perubahan sama sekali terhadap kondisi
booking tiket. Kalau kita telah membeli tiket promo ‘murah’ tersebut dan secara
sepihak kita membatalkan keberangkatan pada saat yang telah ditentukan, maka
tiket itu akan hangus alias tidak bisa dipergunakan kembali.
Perlu
dipahami, bahwa tujuan dari eliminasi layanan tersebut adalah untuk menurunkan
harga tiket pesawat, namun tetap mempertahankan profit yang ingin dicapai. Umumnya
tarif yang dipromosikan ‘murah’ adalah tarif dasar yang paling rendah, karena
pada jaman sekarang umumya maskapai-maskapai telah menerapkan tarif yang
bertingkat yang disebut dengan tarif subclassis. Mulai dari harga terendah
sampai dengan tarif yang paling mahal selalu disesuaikan dengan layanan maupun
value added services yang diberikan maskapai. Setiap maskapai bisa mempunyai
kebijakan yang berbeda terhadap penentuan tarif subclasis yang disediakan.
Hanya saja khusus di Indonesia, pemerintah telah ikut aktif menentukan tarif
batas bawah dan tarif batas atas yang menjadi dasar bagi maskapai di dalam
menetukan tarif jalur penerbangannya masing-masing.
Sebenarnya,
selain tarif dasar yang diiklankan oleh maskapai, masih ada komponen biaya
tambahan yang mestinya dibayar oleh calon penumpang. Komponen-komponen biaya
keseluruhan harga tiket tersebut adalah sebagai berikut ;
*
Tarif dasar. Umumnya berdasarkan tarif subclass atau bertingkat dari harga
murah kemudian berjenjang ke harga yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat
layanan yang diberikan oleh maskapai. Semakin mahal harga tarif dasarnya, maka
bisaanya semakin bagus layanan dan value added services yang diperoleh calon
penumpang.
*
Komponen Tarif Pajak dari pemerintah untuk penerbangan domestik biasanya
bernilai 10% dari tarif dasar.
*
Tarif asuransi (IWJR)
*
Tarif Fuel Surcharge (FS) yaitu tarif tambahan yang dikenakan sesuai kebijakan
masing-masing maskapai yang nilainya bisa berbeda antara rute yang satu dengan
rute yang lain. Tarif FS dibuat akibat seringnya terjadi perubahan terhadap
harga fuel, yang merupakan dampak tidak stabilnya harga minyak dunia pada saat
ini.
Contohnya
tarif promo Garuda Airlines untuk rute Jakarta-Denpasar (CGK-DPS) adalah Rp
640.000. Maka kemungkinan besar kita akan membayar harga tiket sebagai berikut
;
=
Tarif dasar + PPN + Asuransi + tarif FS.
Dengan
asumsi tarif FS Garuda untuk rute Jakarta-Denpasar (CGK-DPS) berikut pajaknya
adalah Rp 250.000 maka tiket yang mesti kita bayar adalah sebagai berikut ;
=
Rp 640.000 + Rp 64.000 + 6000 + Rp 250.000
=
Rp 960.000
Contoh
tarif Promo Lion Air untuk rute Jakarta –Kualalumpur (CGK-KUL) yang di booking
pada tanggal 19 desember 2008 untuk keberangkatan pada tanggal 2 Januari 2009
adalah Rp 67.000.
Namun
harga tiket yang mesti kita bayar adalah Rp 467.000 , di mana Pajak dan Fuel Surchargenya
bernilai Rp 400.000
Contoh
tarif dasar maskapai Mandala Air untuk rute Jakarta-Bengkulu (CGK-BKS) adalah
Rp 167.091 yang dibooking pada tanggal 19 desember 2008 untuk keberangkatan
pada tanggal 18 maret 2009. Namun tiket yang mesti kita bayar adalah Rp 482.300
karena terdapat tarif tambahan pajak, adminsitrasi, asuransi, dan Fuel
Surcharge sebesar Rp 315.209
Oleh
karena itu, sebelum kita memutuskan untuk membeli tiket pesawat, maka kita
perlu mencermati komponen-komponen biaya tambahan yang mesti kita bayar. Harga-harga
tersebut terlihat sungguh fantastis, tetapi calon penumpang perlu mengetahui
jumlah keseluruhan yang harus dibayarkan sebelum memutuskan membeli tiket
tersebut. Calon penumpang harusnya tidak terjebak dalam promosi penawaran harga
murah yang dilakukan maskapai. Mungkin saja awalnya penawaran tersebut murah
bagi kita namun karena dibalik hal itu masih ada biaya tambahan lain yang mesti
kita bayar, bisa jadi harga murah yang ditawarkan maskapai tersebut bukan
berarti merupakan harga tiket yang benar-benar murah bagi anda.
SUMBER :
http://business.time.com/
www.beritasatu.com/
Kabar baik!!! Perusahaan pinjaman
ReplyDeleteNama saya nirma sufitra, hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberitahu siapa pun yang membaca ini bahwa ada perusahaan pinjaman yang nyata dan mereka ada di sini untuk membantu, karena saya adalah korban tertipu namun terima kasih kepada Dangote Loan Company, mereka memberikan pinjaman dengan 2% tingkat bunga dan memberi Anda jumlah apapun, jadi hubungi Dangote Loan Company Via email Dangotegrouploandepartment@gmail.com
atau hubungi saya melalui email nirmasufitra12@gmail.com