KULIAH PUBLIK: Bisnis Penerbangan Tumbuh Kompetitif Dengan Laba Yang Menakjubkan

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Friday, December 13, 2013

Bisnis Penerbangan Tumbuh Kompetitif Dengan Laba Yang Menakjubkan

Tahun 2014, Laba Bisnis Penerbangan Dunia Akan Memecahkan Rekor Tertinggi

Perkiraan industri global mengatakan penerbangan akan meraup laba bersih sebesar $ 19,7 miliar pada tahun 2014. Sebuah asosiasi perdagangan maskapai penerbangan, Kamis, mengungkapkan bahwa keuntungan Penerbanagn ini melonjak ke rekor tertinggi pada tahun 2014 sebagai akibat pemotongan biaya perusahaan,yaitu harga bahan bakar yang turun dan permintaan penumpang yang naik.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan dalam sebuah laporan menjelaskan; Secara global, bisnis penerbangan diperkirakan akan mengubah keuntungan $ 19.700.000.000 dengan pendapatan $ 743.000.000.000 pada tahun 2014, naik dari $ 12.900.000.000 tahun sebelumnya. Perkiraan, menandai dua tahun pertumbuhan, melampaui keuntungan rekor sebelumnya, tercapai pada tahun 2010, ketika industri penerbanagn ini menikmati $ 19.200.000.000 keuntungan. Tapi bahkan saat keuntungan total meningkat, penerbangan masih melihat margin keuntungan lebih rendah di tengah persaingan yang ketat dan biaya bahan bakar jet yang relatif tinggi, kata laporan itu.
Bisnis Penerbangan akan membuat margin keuntungan sekitar $ 5,94 per penumpang pada tahun 2014 – (sebesar 2,6 persen), turun dari 3,3 persen pada tahun 2010. Permintaan penumpang memicu pertunjuk kuat ini. IATA memperkirakan sekitar 3,3 miliar penumpang pada 2014, atau naik enam persen dari 3,1 miliar penumpang pada 2013.

Perlu diketahui, bahwa International Air Transport Association (Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional; disingkat IATA) adalah sebuah organisasi perdagangan internasional yang terdiri dari maskapai-maskapai penerbangan dunia. IATA bermarkas di Montreal, Kanada. Didirikan pada April 1945 di Havana, Kuba, IATA adalah penerus Asosiasi Lalu Lintas Udara Internasional (International Air Traffic Association) yang didirikan di Den Haag pada tahun 1919, tahun saat penerbangan berjadwal internasional yang pertama di dunia dilaksanakan. Tujuan utamanya adalah untuk membantu maskapai-maskapai penerbangan untuk bersaing secara sah dan mencapai keseragaman dalam penetapan harga.Saat didirikan, IATA beranggotakan 57 anggota dari 31 negara, sebagian besar di Eropa dan Amerika Utara. IATA kini mempunyai lebih dari 270 anggota dari lebih dari 140 negara di dunia. Anggota maskapai-maskapai penerbangan diberikan kelonggaran khusus sehingga dapat mengkonsultasikan harga antara sesama anggota melalui organisasi ini. IATA juga bertugas menjalankan peraturan dalam pengiriman barang-barang berbahaya dan menerbitkan panduan Peraturan Barang-barang Berbahaya IATA (IATA Dangerous Goods Regulations).

Persaingan Bisnis Penerbangan Indonesia

Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Sejak tahun 2000, peraturan pemerintah mengenai penerbangan di Indonesia mulai dilonggarkan. Hal ini memunculkan banyak maskapai penerbangan baru di Indonesia. Tahun ini saja, Kementerian Perhubungan mengeluarkan izin bagi empat maskapai, yakni Batik Air, Nam Air, Jatayu, dan Kartika Airlines. Menurut Juru Bicara Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan keempat maskapai itu beroperasi di kelas yang berbeda. Batik Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air dan Nam Air yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air akan bertarung di kelas full service bersama dengan Garuda Indonesia. Sedangkan, Kartika dan Jatayu adalah maskapai lama yang akan beroperasi kembali. Hal itu tak terlepas dari Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan sekitar 17.000 pulau yang tersebar sepanjang khatulistiwa. Tak heran, transportasi udara menjadi andalan di negeri ini.

Bisnis penerbangan pun terus melaju seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang masih bertahan di atas 6 persen. Kementerian Perhubungan mencatat ada 420 rute yang belum diterbangi maskapai nasional. Dari 670 rute yang tersedia, baru 250 rute yang diterbangi. Kementerian Perhubungan menegaskan setiap tahun selalu memonitor perkembangan bisnis penerbangan. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menuturkan dunia penerbangan sangat kompetitif. Bisnis ini padat modal, padat teknologi, dan padat karya. Sumber daya manusia yang dibutuhkan bisnis ini juga harus mempunyai keterampilan khusus, sehingga harus dibayar mahal. ”Kondisi ini menjadi tantangan bagi manajemen perusahaan untuk memenangi pasar. Apalagi sejak deregulasi penerbangan tahun 2000, tantangan semakin berat karena perusahaan kian banyak,” kata Bambang beberapa waktu lalu di Jakarta.

Banyak pihak menilai persaingan untuk merebut penumpang di Tanah Air saat ini sudah cukup baik. Operator pun mengaku tidak gentar menghadapi aksi ekspansi yang dilakukan maskapai lainnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi tambang emas bagi maskapai di negara dengan populasi terpadat nomor empat di dunia ini.

Dalam praktiknya, tantangan ini cukup berat. Banyak perusahaan yang berguguran karena tidak mempunyai manajemen yang kuat. Salah satu contoh ialah PT Metro Batavia (Batavia Air) yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat (PN Jakpus), setelah mengabulkan permohonan pailit yang diajukan International Lease Finance Corporation (IFLC). Dengan adanya putusan pailit dari pengadilan, seluruh aktivitas operasional maskapai penerbangan Batavia Air berhenti beroperasi sejak 31 Januari 2013. Adapun data utang Batavia Air mencapai Rp 1,25 triliun, antara lain Rp 95 miliar utang pada penumpang dan agen pemegang tiket, Rp 230 miliar utang bank, Rp 60 miliar utang pajak, Rp 140 miliar utang karyawan, dan Rp 500 miliar utang sewa pesawat. Mantan Direktur Komersial Batavia Sukimo Sukarna mengakui masalah kompetisi merupakan faktor penyebab pailit. “Armada kami sudah tua, jadi kami tidak bisa sepenuhnya menjual tiket pada batas harga atas yang ditetapkan pemerintah, sementara maskapai lain memiliki pesawat baru dan menetapkan harga yang lebih tinggi,” katanya.

Analis penerbangan Singapura di divisi Standard & Poor’s Capital IQ Shukor Yusof menilai nantinya operator kecil akan semakin sulit mengikuti persaingan. “Kompetisi semakin intens dan yang lemah akan tersingkirkan,” ujarnya. Kepala Analis Centre for Asia Pacific Aviation, Brendan Sobie mengatakan meski satu operator kecil bangkrut, tidak berarti tidak akan ada pertumbuhan. “Pasar di Indonesia sangat terbagi dan sangat kompetitif, sehingga jika jumlah maskapai berkurang satu lagi, sebetulnya itu lebih sehat untuk industri ini,” ujarnya.

Menurut penelitian kantor konsultan McKinsey & Co, potensi bisnis penerbangan di Indonesia sangat jelas. Pada 2030, sebanyak 90 juta orang lagi akan memasuki kelas konsumen lebih tinggi dari negara lain. Data Kementerian Perhubungan menunjukkan ada 22 maskapai penerbangan komersial yang aktif saat ini, tidak termasuk kargo dan pesawat carter. Pertumbuhan penumpang pesawat tahun ini dan tahun depan diprediksi berada di kisaran 15 persen sampai 18 persen. Tahun 2012, Kementerian Perhubungan memperkirakan total penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional berjadwal sebanyak 72.472.054. Dari jumlah tersebut, 63.625.129 merupakan penumpang domestik dan 8.846.925 penumpang internasional.

Sekjen Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) Tengku Burhanuddin meyakini industri penerbangan nasional akan terus tumbuh dan sama sekali tidak terpengaruh krisis finansial yang terjadi di Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas 6 persen per tahun, bakal mendorong daya beli masyarakat. Industri penerbangan akan tumbuh 2-2,5 kali dari pertumbuhan ekonomi.
“Kami tak punya data pasti, tapi rata-rata penerbangan di kawasan Asia Pasifik juga tumbuh sebesar itu. Indonesia tumbuh paling tinggi karena wilayahnya berupa kepulauan dan luas,” jelasnya.

Menurut Chief Operating Officer Customer Airbus John Leahy, pertumbuhan pasar jasa angkutan penumpang udara di Asia Pasifik lebih tinggi dibanding rata-rata dunia. Hal itu ditopang pertumbuhan bisnis low cost carrier (LCC) yang tumbuh 7 persen per tahun. “Jika pertumbuhan pasar penerbangan di dunia mencapai dua kali lipat setiap 15 tahun, di Asia Pasifik, pertumbuhan sebesar itu terjadi setiap 10 tahun. Saat ini, Airbus mencatat order backlog (kekurangan pemenuhan permintaan) mencapai 4.998 pesawat. Jumlah backlog terbesar tercatat untuk kawasan Asia Pasifik, yakni mencapai 1.849 unit, atau 35 persen dari keseluruhan backlog. Bagi Airbus, Asia Pasifik merupakan pasar utama. Sebab, kawasan ini mewakili 31 persen dari seluruh pesanan yang diterima Airbus,” jelasnya.

Menyangkut Indonesia, Leahy menilainya sebagai salah satu kunci pertumbuhan pasar angkutan udara. Pasalnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih 240 juta orang atau terbesar keempat di dunia dengan wilayah geografis berupa kepulauan. “Dengan populasi sebanyak itu, baru 10 persen penduduk Indonesia yang bepergian dengan pesawat komersial. Tentu ini peluang pasar yang sangat besar,” jelasnya.

Di Indonesia, maskapai yang dinilai paling cepat tumbuh dan juga paling kompetitif di dunia adalah Lion Air, AirAsia Bhd dari Malaysia, Garuda Indonesia dan Mandala Airlines (sebagian dimiliki Tiger Airways Ltd dari Singapura). Lion Air tercatat mengangkut jumlah penumpang paling tinggi, yakni 23,93 juta. Disusul Garuda Indonesia 14,07 juta penumpang, Sriwijaya Air 8,1 juta penumpang, Batavia Air 6,01 juta penumpang, dan Merpati Nusantara Airlines 2,11 juta penumpang. Tampaknya, kompetisi antarmaskapai Indonesiapun berlangsung sengit.

Pengamat penerbangan Dudy Sudibyo menilai, kompetisi maskapai sekarang ini makin ramai. Seiring pertumbuhan kelas menengah Indonesia sekitar 16 persen, persaingan pun kini diramaikan tak hanya dari sisi harga, namun juga kualitas.
“Tidak terlalu jor-joran seperti dulu. Awal tahun 2000-an banyak maskapai banting harga. Sejak 2010 sudah berubah menjadi lebih dewasa, di mana selain harga yang murah, penumpang juga memilih kualitas," ucapnya.

Hal itu akan menjadi fenomena. Dudy menilai bahwa pemilik Lion Air, Rusdi Kirana dan pemilik AirAsia, Tony Fernandes memiliki otak bisnis yang bagus. PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) memesan 234 pesawat Airbus jenis A320, yang terdiri dari 109 tipe A320neo, 65 tipe A321neo, dan 60 tipe A320ceo. Transaksi ini membuat Lion Air menjadi pelanggan baru terbesar Airbus dengan rekor pembelian 18,4 miliar euro (USD 23,8 miliar) atau sekitar Rp 231,3 triliun. Bahkan, pemesanan tersebut diresmikan dalam upacara khusus, Senin (18/3) di Istana Elysée Paris dengan penandatanganan dokumen yang disaksikan Presiden Prancis Francois Hollande. Aksi korporat yang dilakukan Lion Air tersebut, bagi Airbus merupakan kontrak tunggal terbesar yang pernah diperoleh.

Sebelumnya, Lion Air membuat gebrakan melalui kontrak pemesanan 230 pesawat Boeing tipe B737 MAX dan B737-900ER senilai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 210 triliun. Penandatanganan itu juga disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama, di Bali, November 2011. Dengan kontrak tersebut, sejak berdiri pada tahun 2000 hingga sekarang, Lion telah memesan 727 unit pesawat. Saat ini, sekitar 100 pesawat yang dioperasikan. Maskapai itu menargetkan memesan hingga 1.000 unit pesawat tahun 2027 Pesawat itu sendiri nantinya juga akan dioperasikan untuk dua maskapai baru di Asia Pasifik. Pekan lalu, pihak Lion Air bekerja sama dengan National Aerospace & Defence Industries (Nadi) Sdn Bhd (Malaysia) meluncurkan maskapai Malindo Airways yang berbasis di Malaysia. Tak hanya itu, jika saat ini Lion fokus pada layanan penerbangan berbiaya murah, ke depan Lion mulai merambah jasa penerbangan full service melalui Batik Air. Dudy Sudibyo menilai langkah ekspansi Lion sudah pasti ingin menjadi pemain utama di Indonesia juga Asia.

Bisnis maskapai penerbangan berbiaya murah, masih ada pasar dan peluangnya, sehingga kompetisi menjadi hal yang tidak terelakkan. Menjawab tantangan maskapai penerbangan AirAsia yang bersaing dalam bisnis maskapai berbiaya murah, Lion mengaku siap bersaing. Lion Air sendiri menganggap tanpa ditantang, hal ini cepat atau lambat akan terjadi.
“Kami melihatnya bukan dalam konteks siapa melawan siapa, atau siapa menantang siapa, tetapi di mana pun pasti ada kompetisi kalau ada pasar dan peluang. Bukan lihat siapa dan siapa, tetapi kami siap dan sudah memperhitungkan semuanya. Jadi kami tidak melihat siapa pindah ke mana, kami selalu fokus dengan strategi kami,” ujar Direktur Umum Lion Air Edward Sirait.

Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia, Dharmadi, mengungkapkan pihaknya tengah fokus berekspansi dan berinovasi.
“Sebagaimana yang bisa kita lihat bersama, industri penerbangan di Indonesia tengah bergairah. Ini tentu merupakan hal yang positif, karena masyarakat Indonesia kini memiliki lebih banyak pilihan penerbangan dengan harga yang terjangkau. Ketatnya persaingan mendorong kami, pelaku bisnis, untuk tetap kompetitif, serta menghadirkan inovasi baru dan layanan yang prima," tuturnya.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, maskapai pelat merah, Emirsyah Satar menganggap kompetisi merupakan tantangan tersendiri. Pihaknya akan terus mencari inovasi agar bisa meraih hati penumpang. “Kompetisi merupakan hal yang bagus dan kami suka berkompetisi. Kompetisi membuat inovasi maskapai berkembang. Tentu saja penumpang mendapat manfaat yang jauh lebih besar hingga pada akhirnya mereka bisa memilih maskapai yang akan diinginkan. Pasar penerbangan Indonesia saat ini sedang berkembang. Kompetisi di industri ini juga tergolong sehat. Namun, bagi Garuda Indonesia, persaingan bukan hanya di domestik, tapi juga regional dan internasional. Untuk itu, Garuda terus mendatangkan pesawat hingga 2015 sesuai dengan ekspansi operasional perusahaan lewat Program Quantum Leap 2011-2015. Program tersebut, antara lain, mencakup penambahan rute dan frekuensi penerbangan. Seiring penambahan pesawat baru, serta melalui program efisiensi perusahaan dan peningkatan utilisasi aset. Hingga 2015 Garuda Indonesia merencanakan akan menambah armada menjadi 154 pesawat yang terdiri dari B737-800NG untuk domestik dan regional, A330-300/200 untuk jarak menengah dan sedang, dan B777-300ER untuk jarak jauh dengan rata-rata usia pesawat lima tahun. Dengan demikian, persaingan antarmaskapai penerbangan di masa mendatang akan semakin kompetitif.,” ungkapnya.

Melihat tantangan yang sangat besar ini, Kementerian Perhubungan harus memastikan banyak hal sebelum memberikan izin operasi kepada perusahaan penerbangan baru. ”Kami harus mampu memastikan faktor keamanan, rencana bisnis, rasio awak, jumlah pesawat, dan sebagainya,” jelasnya. Pemerintah harus tegas dan konsisten menegakkan aturan agar menciptakan kenyamanan dan persaingan sehat. Konsumen diharapkan lebih bijak untuk memilih penerbangan yang memberikan prioritas pada keamanan dan pelayanan.

Simak dulu Komponen Harga Tiket Pesawat

Perkembangan dunia penerbangan sekarang ini, diikuti dengan banyaknya bermunculan maskapai dengan konsep Low Cost carrier (LCC), yaitu model maskapai yang unik dengan strategi penurunan operating cost serendah mungkin. Penghematan biaya dilakukan dengan eliminasi terhadap layanan maskapai tradisional pada umumnya yaitu dengan pengurangan catering, minimize reservasi dgn bantuan teknologi IT sehingga layanan lebih sederhana dan cepat. Menanggapi strategi harga tiket pesawat murah maskapai LCC ini, maskapai tradisional menyediakan tarif promo, walaupun biasanya jumlah kursi untuk tarif promo sangat sedikit, sekitar 5% dari keseluruhan jumlah kursi yang dijual. Akibatnya, banyak calon penumpang beralih menggunakan jasa penerbangan dari semula menggunakan jasa transportasi kereta api atau bus. Karena memang seringkali ditemukan, harga tiket pesawat bisa lebih murah dibandingkan dengan harga tiket kereta api maupun tiket bus. Namun, seringkali maskapai hanya mencantumkan tarif dasarnya saja dalam berpromosi, padahal harga keseluruhan yang harus dibayar oleh calon penumpang belum termasuk komponen biaya lainnya seperti asuransi, pajak, dan komponen tarif fuel Surcharge.
Selain itu, harga tiket promo ‘murah’ tersebut tidak dapat diperoleh dengan begitu mudahnya. Umumnya harga tiket promo diperoleh hanya pada saat-saat masa low season (musim penumpang sepi) dan juga biasanya mesti dibeli dari jauh-jauh hari. Umumnya reservasi harus dilakukan sekitar 2-3 bulan sebelumnya, karena biasanya tiket dengan tarif promo mempunyai kondisi yang tidak bisa ditukar waktu penerbangannya maupun di refund (ditukar dengan uang). Selain itu bisaanya tiket juga tidak bisa dipindahtangankan alias dijual kepada orang lain, karena nama penumpang yang tercantum pada tiket harus sesuai dengan nama identitas penumpang tersebut. Jadi tidak boleh ada perubahan sama sekali terhadap kondisi booking tiket. Kalau kita telah membeli tiket promo ‘murah’ tersebut dan secara sepihak kita membatalkan keberangkatan pada saat yang telah ditentukan, maka tiket itu akan hangus alias tidak bisa dipergunakan kembali.

Perlu dipahami, bahwa tujuan dari eliminasi layanan tersebut adalah untuk menurunkan harga tiket pesawat, namun tetap mempertahankan profit yang ingin dicapai. Umumnya tarif yang dipromosikan ‘murah’ adalah tarif dasar yang paling rendah, karena pada jaman sekarang umumya maskapai-maskapai telah menerapkan tarif yang bertingkat yang disebut dengan tarif subclassis. Mulai dari harga terendah sampai dengan tarif yang paling mahal selalu disesuaikan dengan layanan maupun value added services yang diberikan maskapai. Setiap maskapai bisa mempunyai kebijakan yang berbeda terhadap penentuan tarif subclasis yang disediakan. Hanya saja khusus di Indonesia, pemerintah telah ikut aktif menentukan tarif batas bawah dan tarif batas atas yang menjadi dasar bagi maskapai di dalam menetukan tarif jalur penerbangannya masing-masing.

Sebenarnya, selain tarif dasar yang diiklankan oleh maskapai, masih ada komponen biaya tambahan yang mestinya dibayar oleh calon penumpang. Komponen-komponen biaya keseluruhan harga tiket tersebut adalah sebagai berikut ;
* Tarif dasar. Umumnya berdasarkan tarif subclass atau bertingkat dari harga murah kemudian berjenjang ke harga yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat layanan yang diberikan oleh maskapai. Semakin mahal harga tarif dasarnya, maka bisaanya semakin bagus layanan dan value added services yang diperoleh calon penumpang.
* Komponen Tarif Pajak dari pemerintah untuk penerbangan domestik biasanya bernilai 10% dari tarif dasar.
* Tarif asuransi (IWJR)
* Tarif Fuel Surcharge (FS) yaitu tarif tambahan yang dikenakan sesuai kebijakan masing-masing maskapai yang nilainya bisa berbeda antara rute yang satu dengan rute yang lain. Tarif FS dibuat akibat seringnya terjadi perubahan terhadap harga fuel, yang merupakan dampak tidak stabilnya harga minyak dunia pada saat ini.

Contohnya tarif promo Garuda Airlines untuk rute Jakarta-Denpasar (CGK-DPS) adalah Rp 640.000. Maka kemungkinan besar kita akan membayar harga tiket sebagai berikut ;
= Tarif dasar + PPN + Asuransi + tarif FS.
Dengan asumsi tarif FS Garuda untuk rute Jakarta-Denpasar (CGK-DPS) berikut pajaknya adalah Rp 250.000 maka tiket yang mesti kita bayar adalah sebagai berikut ;
= Rp 640.000 + Rp 64.000 + 6000 + Rp 250.000
= Rp 960.000

Contoh tarif Promo Lion Air untuk rute Jakarta –Kualalumpur (CGK-KUL) yang di booking pada tanggal 19 desember 2008 untuk keberangkatan pada tanggal 2 Januari 2009 adalah Rp 67.000.
Namun harga tiket yang mesti kita bayar adalah Rp 467.000 , di mana Pajak dan Fuel Surchargenya bernilai Rp 400.000

Contoh tarif dasar maskapai Mandala Air untuk rute Jakarta-Bengkulu (CGK-BKS) adalah Rp 167.091 yang dibooking pada tanggal 19 desember 2008 untuk keberangkatan pada tanggal 18 maret 2009. Namun tiket yang mesti kita bayar adalah Rp 482.300 karena terdapat tarif tambahan pajak, adminsitrasi, asuransi, dan Fuel Surcharge sebesar Rp 315.209

Oleh karena itu, sebelum kita memutuskan untuk membeli tiket pesawat, maka kita perlu mencermati komponen-komponen biaya tambahan yang mesti kita bayar. Harga-harga tersebut terlihat sungguh fantastis, tetapi calon penumpang perlu mengetahui jumlah keseluruhan yang harus dibayarkan sebelum memutuskan membeli tiket tersebut. Calon penumpang harusnya tidak terjebak dalam promosi penawaran harga murah yang dilakukan maskapai. Mungkin saja awalnya penawaran tersebut murah bagi kita namun karena dibalik hal itu masih ada biaya tambahan lain yang mesti kita bayar, bisa jadi harga murah yang ditawarkan maskapai tersebut bukan berarti merupakan harga tiket yang benar-benar murah bagi anda.


SUMBER :

http://business.time.com/

www.beritasatu.com/

1 comment:

  1. Kabar baik!!! Perusahaan pinjaman

    Nama saya nirma sufitra, hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberitahu siapa pun yang membaca ini bahwa ada perusahaan pinjaman yang nyata dan mereka ada di sini untuk membantu, karena saya adalah korban tertipu namun terima kasih kepada Dangote Loan Company, mereka memberikan pinjaman dengan 2% tingkat bunga dan memberi Anda jumlah apapun, jadi hubungi Dangote Loan Company Via email Dangotegrouploandepartment@gmail.com

    atau hubungi saya melalui email nirmasufitra12@gmail.com

    ReplyDelete

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.