Salah satu temuan kunci mengenai topik Dunia pada
tahun 2050 berdasarkan laporan terakhir para pakar ekonomi PwC adalah perkiraan
tentang kemungkinan pertumbuhan PDB hingga tahun 2050 pada 32 negara dengan
perekonomian terbesar di dunia, yang bersama-sama menyumbang sekitar 85% pada
PDB dunia. Perkiraan ini didasarkan pada pemutakhiran terakhir dari model
pertumbuhan perekonomian dunia untuk jangka panjang yang dibuat secara rinci
dan disusun pertama kali oleh PwC pada tahun 2006.
Laporan ini memperkirakan bahwa besarnya perekonomian
dunia akan berlipat ganda pada tahun 2042, dengan tingkat pertumbuhan nyata
rata-rata per tahun sekitar 2,5% antara tahun 2016 dan 2050. Pertumbuhan ini
akan didorong sebagian besar oleh pasar negara berkembang yang baru dan
negara-negara tengah berkembang, dengan negara ekonomi E7 seperti Brazil,
China, India, Indonesia, Meksiko, Rusia dan Turki yang mengalami pertumbuhan
rata-rata per tahun sekitar 3,5% selama 34 tahun ke depan, dibandingkan hanya
sekitar 1,6% untuk negara maju G7 seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia,
Jepang, Inggris, dan AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen Senayan, (Kamis, 7 September 2017).bahwa Indonesia akan masuk dalam lima negara ekonomi terkuat di dunia pada 2030
sebagaimana disebutkan dalam hasil sigi Pricewaterhouse Coopers (PwC) itu cukup
beralasan. Sri optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melesat cepat
dibandingkan negara lain di Asia dan G20. Memang Indonesia lebih tinggi. Mungkin hanya
dengan India dan Cina saja yang kalah tinggi. Sampai saat ini, tahun 2018, Pemerintah terus berupaya
mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen. Bahkan, kualitas
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
menjadi tantangan berikutnya. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, pemerintah
ingin komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 6,3
persen.
Menurut Sri Mulyani, peningkatan kredit perbankan
tergantung pada optimis atau tidaknya dunia usaha sehingga mengajukan kredit di
bank untuk modal kerja atau investasi. Selain itu, pertumbuhan kredit juga
tergantung pada kapasitas perbankan, terutama kesehatan neraca perbankan. Sri
Mulyani berharap investasi di pasar modal semakin meningkat sehingga
pertumbuhan investasi dapat mencapai target. Diharap akan ada
perusahan-perusahaan yang IPO (initial public offering) dan right issue. Selain mengandalkan investasi, ekonomi tahun ini
juga akan dikerek oleh konsumsi rumah tangga yang dipatok 5,1 persen dan
konsumsi pemerintah yang ditargetkan tumbuh 3,8 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan
Suahasil Nazara menambahkan, dalam investasi, pemerintah hanya memiliki porsi
sekitar 8 persen. Kredit perbankan, berkontribusi sekitar 9 persen dari keseluruhan
pertumbuhan investasi. Berdasarkan informasi dari asosiasi-asosiasi perbankan,
pertumbuhan kredit perbankan saat ini baru sebesar 7-8 persen. Karena itu,
pemerintah ingin pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai 11 persen tahun
ini. Pemerintah pun ingin mendorong pertumbuhan investasi di pasar modal yang
porsinya sekitar 17 persen. Sedangkan BUMN memiliki porsi sekitar 10 persen dan
penanaman modal asing serta penanaman modal dalam negeri memiliki porsi sekitar
15-16 persen. Pemerintah juga memasukkan anggaran penanggulangan
kemiskinan untuk kelompok miskin, hingga Rp 292,8 triliun. Total subsidi yang
dianggarkan juga semakin meningkat menjadi Rp 172,4 triliun, terdiri atas
subsidi energi Rp 103,4 triliun, dan subsidi non energi Rp 69 triliun. Ekspor ditargetkan tumbuh 5,1 persen dan impor 4,5
persen. Faktor eksternal yang mempengaruhi ekspor adalah apakah eskalasi dari
ketegangan di Korea Utara atau Laut Cina Selatan akan menyebabkan terganggunya
lalu lintas barang.
Menurut Sri, kemampuan belanja masyarakat saat ini
telah masuk dalam kelompok ekonomi terbesar di dunia. Indonesia sudah masuk 11
besar. Survei PwC menyebut sejumlah negara berkembang akan mendominasi
perekonomian dunia pada 2030, seperti India dan Brazil. Laporan ini memproyeksi
peringkat berdasarkan produk domestik bruto serta daya beli masyarakat. Jadi,
kalau purchasing power parity pada 2030 ya masuk akal saja.
Pada 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,4 persen, dengan tingkat inflasi 3,5 persen. Belanja negara
dianggarkan sebesar Rp 2.204,4 triliun, dengan defisit mencapai Rp 325,9
triliun. Lembaga ICAS pernah menyatakan Indonesia berada di jalur ekonomi
strategis yang menarik perhatian Cina dan India. Indonesia akan dianggap lebih
unggul dibandingkan Rusia, Brazil, dan Jerman.
okezone.com
sindonews.comPosting Terkait :
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.