KULIAH PUBLIK: Merangkai Ekonomi Indonesia ke 5 Besar Dunia di Tahun 2030

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Wednesday, March 21, 2018

Merangkai Ekonomi Indonesia ke 5 Besar Dunia di Tahun 2030

Salah satu temuan kunci mengenai topik Dunia pada tahun 2050 berdasarkan laporan terakhir para pakar ekonomi PwC adalah perkiraan tentang kemungkinan pertumbuhan PDB hingga tahun 2050 pada 32 negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang bersama-sama menyumbang sekitar 85% pada PDB dunia. Perkiraan ini didasarkan pada pemutakhiran terakhir dari model pertumbuhan perekonomian dunia untuk jangka panjang yang dibuat secara rinci dan disusun pertama kali oleh PwC pada tahun 2006.

Laporan ini memperkirakan bahwa besarnya perekonomian dunia akan berlipat ganda pada tahun 2042, dengan tingkat pertumbuhan nyata rata-rata per tahun sekitar 2,5% antara tahun 2016 dan 2050. Pertumbuhan ini akan didorong sebagian besar oleh pasar negara berkembang yang baru dan negara-negara tengah berkembang, dengan negara ekonomi E7 seperti Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Rusia dan Turki yang mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 3,5% selama 34 tahun ke depan, dibandingkan hanya sekitar 1,6% untuk negara maju G7 seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS.


Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen Senayan, (Kamis, 7 September 2017).bahwa Indonesia akan masuk dalam lima negara ekonomi terkuat di dunia pada 2030 sebagaimana disebutkan dalam hasil sigi Pricewaterhouse Coopers (PwC) itu cukup beralasan. Sri optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melesat cepat dibandingkan negara lain di Asia dan G20. Memang Indonesia lebih tinggi. Mungkin hanya dengan India dan Cina saja yang kalah tinggi. Sampai saat ini, tahun 2018, Pemerintah terus berupaya mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen. Bahkan, kualitas pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tantangan berikutnya. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, pemerintah ingin komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 6,3 persen.

Menurut Sri Mulyani, peningkatan kredit perbankan tergantung pada optimis atau tidaknya dunia usaha sehingga mengajukan kredit di bank untuk modal kerja atau investasi. Selain itu, pertumbuhan kredit juga tergantung pada kapasitas perbankan, terutama kesehatan neraca perbankan. Sri Mulyani berharap investasi di pasar modal semakin meningkat sehingga pertumbuhan investasi dapat mencapai target. Diharap akan ada perusahan-perusahaan yang IPO (initial public offering) dan right issue. Selain mengandalkan investasi, ekonomi tahun ini juga akan dikerek oleh konsumsi rumah tangga yang dipatok 5,1 persen dan konsumsi pemerintah yang ditargetkan tumbuh 3,8 persen.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menambahkan, dalam investasi, pemerintah hanya memiliki porsi sekitar 8 persen. Kredit perbankan, berkontribusi sekitar 9 persen dari keseluruhan pertumbuhan investasi. Berdasarkan informasi dari asosiasi-asosiasi perbankan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini baru sebesar 7-8 persen. Karena itu, pemerintah ingin pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai 11 persen tahun ini. Pemerintah pun ingin mendorong pertumbuhan investasi di pasar modal yang porsinya sekitar 17 persen. Sedangkan BUMN memiliki porsi sekitar 10 persen dan penanaman modal asing serta penanaman modal dalam negeri memiliki porsi sekitar 15-16 persen. Pemerintah juga memasukkan anggaran penanggulangan kemiskinan untuk kelompok miskin, hingga Rp 292,8 triliun. Total subsidi yang dianggarkan juga semakin meningkat menjadi Rp 172,4 triliun, terdiri atas subsidi energi Rp 103,4 triliun, dan subsidi non energi Rp 69 triliun. Ekspor ditargetkan tumbuh 5,1 persen dan impor 4,5 persen. Faktor eksternal yang mempengaruhi ekspor adalah apakah eskalasi dari ketegangan di Korea Utara atau Laut Cina Selatan akan menyebabkan terganggunya lalu lintas barang.

Menurut Sri, kemampuan belanja masyarakat saat ini telah masuk dalam kelompok ekonomi terbesar di dunia. Indonesia sudah masuk 11 besar. Survei PwC menyebut sejumlah negara berkembang akan mendominasi perekonomian dunia pada 2030, seperti India dan Brazil. Laporan ini memproyeksi peringkat berdasarkan produk domestik bruto serta daya beli masyarakat. Jadi, kalau purchasing power parity pada 2030 ya masuk akal saja.
Pada 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen, dengan tingkat inflasi 3,5 persen. Belanja negara dianggarkan sebesar Rp 2.204,4 triliun, dengan defisit mencapai Rp 325,9 triliun. Lembaga ICAS pernah menyatakan Indonesia berada di jalur ekonomi strategis yang menarik perhatian Cina dan India. Indonesia akan dianggap lebih unggul dibandingkan Rusia, Brazil, dan Jerman.

okezone.com
sindonews.com

Posting Terkait :

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.