KULIAH PUBLIK: Risiko Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ketegangan Perdagangan Internasional Hingga Kekurangan Pendapatan

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Sunday, August 19, 2018

Risiko Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ketegangan Perdagangan Internasional Hingga Kekurangan Pendapatan


BPS mengumumkan (Rilis : 2018-05-07) mengumumkan bahwa Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran  Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2018 mencapai Rp. 3.505,3 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.498,4 triliun. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen, (y-on-y) meningkat disbanding capaian triwulan I-2017 sebesar 5,01 persen.

Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi memang mengalami pertumbuhan signifikan, di mana kuartal I 2017 (year on year) pertumbuhan PMTB hanya 4,77 persen. PMTB tumbuh 7,95 persen di mana struktur dalam pertumbuhan ekonomi sebesar 32,12 persen atau faktor kedua terbesar setelah konsumsi rumah tangga sebesar 56,80 persen.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 8,69      persen. Dari sisi Pengeluaran dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga yang tumbuh  8,09 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan I-2018 terhadap triwulan sebelumnya turun sebesar 0,42 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha. Sementara dari sisi pengeluaran penurunan disebabkan antara lain oleh kontraksi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah; Pembentukan Modal Tetap     Bruto; dan Ekspor.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan I-2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yakni sebesar 58,67 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,54 persen, dan Pulau Kalimantan sebesar 8,24 persen, serta Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,03 persen. Sementara kontribusi terendah ditorehkan oleh kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua.

Berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi kuartal I serta dorongan dari investasi yang semakin meningkat, sebagaimana laporan Bank Dunia edisi Juni 2018, World Bank Group atau Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 mencapai 5,2 persen.


Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rodrigo A Chaves, (Kompas.com, Rabu, 6/6/2018) mengatakan bahwa prospek ekonomi Indonesia terus positif selama sisa tahun 2018 ini dengan pertumbuhan PDB diproyeksikan mencapai 5,2 persen pada 2018 karena permintaan domestik yang lebih kuat. Harga komoditas global yang tinggi menyebabkan tingkat investasi di Indonesia ikut meningkat. Dorongan investasi utamanya pada mesin, peralatan dan kendaraan yang dinilai menghasilkan pertumbuhan modal tercepat dalam periode lebih dari lima tahun terakhir. Meski prospek ekonomi Indonesia ke depan masih positif, namun tetap ada risiko yang mengintai. Risiko terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia utamanya dari gejolak di pasar keuangan global serta gangguan dari ketidakpastian perdagangan internasional. Untuk menghadapi risiko tersebut, Indonesia perlu tetap memperkuat fundamental ekonomi makro sebagai penyangga terhadap dampak dinamika global. Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat nampak dalam upaya dalam menjaga tingkat inflasi yang tetap terkendali serta tingkat utang yang hanya setengah dari ambang batas hukum yang berlaku. Ke depan, kemajuan Indonesia akan bergantung pada kebijakan struktural yang penting seperti upaya untuk menyediakan keterampilan yang tepat untuk masa depan bagi masyarakat.

Sebelumnya, dalam laporan Asian Development Outlook (ADO), di ADB Indonesia Office, The Plaza, (Jakarta, Rabu, 11/4/2018), Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh 5,3 persen pada tahun 2018 ini dan 2019. Manajemen makroekonomi Indonesia yang kuat dan reformasi struktural telah mendorong momentum investasi. Jika Indonesia dapat terus menjaga keberlanjutan upaya reformasi, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dan inklusif. Maka dari itu, dibutuhkan peningkatan investasi infrastruktur, pengembangan pendidikan dan keterampilan, serta reformasi iklim investasi.

ADB pun menggarisbawahi bahwa penguatan investasi telah meningkatkan mutu pertumbuhan, dengan belanja modal yang lebih tinggi membantu mengatasi kesenjangan infrastruktur. Laju investasi diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh sentimen bisnis yang positif dari reformasi struktural, bersama dengan pemerataan dan percepatan sejumlah proyek strategis nasional. Inflasi tahun ini diperkirakan akan stabil. Sebelum sedikit naik ke 4 persen pada 2019. Hal ini akan mendukung kepercayaan konsumen dan membantu mempertahankan pengeluaran rumah tangga dan pendapatan riil pada tahun 2018 dan tahun 2019.

Pada tahun 2018, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan melambat, sedangkan impor masih tetap kuat, ditopang oleh permintaan barang modal. Oleh karenanya, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan sedikit meningkat pada 2018 dan 2019.

Secara eksternal, risiko terhadap proyeksi perekonomian Indonesia antara lain mencakup laju perkembangan kebijakan moneter di negara maju dan ketegangan perdagangan internasional. Dari sisi domestik, perekonomian Indonesia berpotensi menghadapi kekurangan pendapatan dan terlambatnya pengeluaran.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Universitas Diponegoro Semarang, (Senin, 9/4/2018) mengatakan ada 4 hal yang harus disiapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengingat, Indonesia akan menghadapi tantangan perekonomian tahun 2045.
Pertama adalah faktor manusia, yang meliputi integritas, pendidikan, agama, sosial, dan budaya adalah faktor manusia. Menurtnya, hal ini harus disiapkan mulai sekarang, terlebih lagi Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Posisi pekerja menjadi rawan karena adanya otomisasi pekerjaan. Semua serba robot. Tapi ingat, ada yang tidak bisa dilakukan robot, critical thinking. Ini keunggulan manusia yang harus dimanfaatkan.
Faktor kedua, pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, irigasi, bandara, dan pelabuhan memang harus dilakukan. Yang harus diperdebatkan dengan hebat bukan pembangunannya. Tapi, keamanan bangunan dan kualitasnya, ini yang harus diperhatikan.

Faktor ketiga adalah sistemkelembagaan harus mampu melayani masyarakat dan tidak melakukan tindak korupsi. Harus dibudayakan melayani dan efisien. Itu ciri lembaga yang profesional.

Faktor keempat, kebijakan, terutama di bidang ekonomi. Jika sebuah negara salah dalam pengambilan kebijakan, bisa jadi negara tersebut akan rusak. Seperti Argentina era tahun 1800-an. Saat itu mereka setara dengan negara Eropa barat, Belgia atau Netherland. Mereka sempat miskin dan sekarang mulai bangkit. Atau Korsel yang juga diperhitungkan. Apakah mereka bebas korupsi?. Tidak. Tapi Korsel terus memperbaiki kebijakannya.

Sri Mulyani menegaskan jika keempat hal tersebut berjalan baik dan mendapat dukungan, maka perekonomian Indonesia akan diperhitungkan di dunia.

Semoga bangsa ini arif dan bijak dalam memahami dan melakoni pilihan hidup dalam bertindak.

Jayalah Indonesia.

SUMBER :

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.