KULIAH PUBLIK: CARA MENGHADAPI JEBAKAN WIRAUSAHA

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Tuesday, September 26, 2017

CARA MENGHADAPI JEBAKAN WIRAUSAHA

JEBAKAN BISNIS

Banyak kisah sukses di balik sepak terjang wirausahawan membuat orang tertarik berkecimpung di dalamnya. Akan tetapi, pada kenyataannya memulai usaha memang tak semudah membalikan telapak tangan. Banyak perusahaan baru - yang pada awalnya berjalan dengan baik - dan perusahaan-perusahaan yang tengah tumbuh, tiba-tiba mengalami masalah berat. Tidak dapt dipungkiri, bahwa wirausaha dituntut untuk pantang menyerah dalam melakukan usaha supaya tidak tenggelam di tengah persaingan. Selain modal, kejelian melihat peluang pun menjadi faktor penting dalam memulai usaha. Oleh karena itu, seorang pemula memang harus memperbanyak referensi agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat memperlambat atau bahkan mematikan laju pertumbuhan bisnis. 
Menurut Laksita Utama Suhud, konsultan bisnis di business wizards consulting, terdapat tiga jebakan wirausaha yang seringkali ditemui para pebisnis, antara lain adalah :

1. Menghindari Pesaing
”Penting diingat bahwa di samping menggapai kesuksesan, bisnis juga bertujuan membantu masyarakat dengan memberikan solusi yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhannya, “ ujar Laksita Utama Suhud, konsultan bisnis di business wizards consulting. Maka, memilih produk untuk bisnis membutuhkan begitu banyak perhitungan. Sebelum Anda memutuskan jenis barang atau jasa yang akan ditekuni, ketahui terlebih dahulu atmosfer bisnis dari masing-masing produk.
Pemula cenderung memilih bidang usaha biasanya dalam lahan yang tidak ada competitor. Mereka mencari aman tapi akhirnya terjebak di penjualan barang atau jasa yang tidak dibutuhkan pasar dalam jumlah besar. Dengan memilih produk yang tidak dibutuhkan pasar dalam jumlah banyak, berarti waktu yang diperlukan untuk mengembangkan usaha semakin panjang. Memilih produk memang cukup rumit. Di satu sisi, berbisnis dalam bidang yang langka membuat hati tenang karena minimnya pesaing. Namun di sisi lain, pebisnis membutuhkan kesabaran karena produk yang dijual bukan barang primer masyarakat. Produk yang memiliki peluang bagus untuk dijual memang pasti ramai akan persaingan, namun permintaan masyarakat pun jelas sudah ada.
Contoh. Anda ingin membuat usaha di wilayah dekat kampus yang ramai mahasiswa. Toko alat tulis serta aneka jenis makanan tentu sudah marak, namun target pemasaran sudah jelas karena Anda menjual barang yang selalu mereka butuhkan. Berbeda jika Anda memutuskan membuka pet shop. Meskipun hanya satu-satunya di wilayah itu. Namun gairah konsumsi terhadap produk tersebut terbatas pada golongan tertentu serta intensitasnya tidak terlalu tinggi.

2. Mudah Merasa Puas
Ketika seorang sudah memilih bidang yang akan ia tekuni, selanjutnya ia mencari cara agar produk yang ia jual mampu mencuri hati konsumen “ingat, pasar selalu mencari yang terbaik. Maka pebisnis harus memiliki keunggulan bersaing, “kata Laksita. Keunggulan kompetif ini, biasanya luput dari pebisnis yang hanya memusatkan perhatian kepada usahanya, tanpa ikut memperhatikan geliat bisnis lain yang ada di sekitarnya. Maka, kesalahan kedua pebisnis adalah mudah merasa puas dengan pencapaiannya sehingga tidak memiliki keunggulan kompetitif yang membuat pelanggan kembali mengonsumsi barang yang ditawarkan. Pasalnya seperti prinsip ekonomi, masyarakat akan memilih mengeluarkan uang sekecil-kecilnya untuk manfaat yang sebesar-besarnya.
Maka untuk mendapatkan konsumen tetap, ada beberapa unsure yang harus diperhatikan dalam berbisnis. Unsur tersebut meliputi product, price, place, promotion, dan people, yang lebih baik dibandingkan tempat lain. “Kita harus memiliki produk yang lebih baik. Dilihat dari penyajian, bahan baku, ataupun keunikannya. Akan lebih baik jika kita mengembangkan apa yang sudah banyak di pasaran. Masalah harga (price) pun harus kompetitif. Dengan produk yang lebih unggul, kita harus mencermati sehingga harga ditetapkan sesuai dengan produk yang ditetapkan sesuai dengan produk yang kita tawarkan. Dari segi tempat (place), yang perlu diperhatikan bukan hanya memilih tempat strategis yang dilewati banyak calon pembeli, tapi juga bagaimana wirausahawan memperhatikan konsep ruang bisnis yang unik dan membuat nyaman konsumen. “Bagaimana melakukan promosi yang lebih baik? Kuncinya adalah membuat calon pembeli menjadi di pembeli dan dia yang sudah membeli menjadi langganan bahkan memberi tahu teman-temannya untuk datang. Ingat, pelanggan yang puas, dapat menjadi asset promosi terbaik untuk usaha Anda. Terakhir adalah better people. Inti dari poin ini adalah bagaimana memperbaiki jasa pelayanan yang dapat membuat konsumen puas dan nyaman. Karena apabila keempat unsur tadi sudah bagus tapi pelayanannya tidak memuaskan, bisa-bisa pembeli tidak ingin kembali lagi. Untyuk hal-hal tersebut, sudah sepatutnya pebisnis tidak merasa cepat puas agar terus ada keinginan untuk mengembangkan dan membuka bisnisnya lebih baik.

3.    Tidak Gigih
Laksita mengatakan, ‘Jika hal-hal penting dilakukan dalam bisnis sudah dilaksanakan namun usaha Anda tak kunjung menunjukkan pertumbuhan, bisa jadi kesalahannya ada pada kegigihan Anda’. Jebakan yang ketiga adalah jika kita merasa semua yang kita lakukan cukup dan tidak perlu massive action. Banyak pebisnis yang sekedar ingin memiliki usaha namun tidak memiliki niat untuk mengembangkannya. Indikator sukses adalah ‘high sales’. Jika usaha tidak berkunjung berkembang, penjualan dan permintaan dari konsumen tidak kunjung tinggi, padahal Anda sudah menawarkan produk, harga, tempat dan faktor lain yang bagus, berarti Anda kurang ngotot usaha. Pada dasarnya, pebisnis tidak bisa setengah-setengah. Jiwa bisnis dan keinginan untuk sukses, harus ditanamkan penuh dalam diri sebelum memulai usaha.
Untuk membantu pertumbuhan bisnis terapkan kepada konsumen hal-hal berikut :
  • ·         Menarik seseorang menjadi pembeli baru
  • ·         Jika pembeli sudah datang, usahakan agar dia bisa menjadi pelanggan yang dapat memberikan keunggulan-keunggulan kompetitif yang Anda miliki. Ciptakan juga keakraban dengan pelanggan.
  • ·         Jika pelanggan sudah datang untuk kedua kalinya, buat dia datang lebih sering lagi. Hal in bisa dibuat dengan voucher penawaran. Misalnya jika pembelian mencapai sekian, pembeli mendapat voucher yang dapat digunakan jika ia kembali lagi.
  • ·         Setiap belanja, buat jumlah belanjaan pelanggan bertambah lebih banyak. Salah satu caranya, promosi berupa menggandakan belanjaan pelanggan. Misalnya, beberapa produk Anda bisa dibeli dengan keuntungan membeli dua tapi bisa mendapatkan tiga barang. Bisa juga berupa diskon jika konsumen membeli lebih dari dua buah barang.
  • ·         Terakhir, buat teman yang sudah merasa puas dengan usaha Anda mengajak temannya. Telah terbukti bahwa referral itu jauh lebih berpengaruh daripada iklan atau selebaran di jalan. Karena teman yang memberikan rekomendasi itu dinilai jujur dan objektif, bukan bagian dari promosi pemilik usaha.


KELUAR DARI JEBAKAN

Dalam sebuah wawancara dengan majalah INC yang dimuat di WED bulan Juli lalu, Peter Drucker mengingatkan kepada para wirausaha akan bahaya penyakit puas diri dan khayalan-khayalannya. Drucker selama ini Iehih dikenal sebagai pemikir manajemen yang berkaitan untuk perusahaan-perusahaan besar, namun bukunya: Innovation and Entrepreneurship (Harper & Row) sampai saat ini masih tetap menjadi buku rujukan dalam masalah kewirausahaan.
Apa yang tengah dikhawatirkan Drucker? Tidak lain adalah empat jebakan yang dihadapi oleh wirausaha dan kewirausahaan pada perusahaan besar. Empat jebakan para wirausaha tersebut adalah:
1.    Bersikeras bahwa dialah yang Iebih mengetahui dibanding pasar
2.    Yakin bahwa profit adalah segalanya
3.    Tumbuh melebihi kapabilitas manajemen
4.    Mementingkan dirinya sebelum bisnis

Jebakan petama datang, ketika wirausaha harus menghadapi kenyataan bahwa produk atau jasa barunya tidak menuai sukses. Di mana ia pikir akan berhasil di pasar tersebut, namun pasar ternyata benar-benar berbeda. Banyak bisnis yang tidak muncul dikarenakan wirausaha pendiri bersikeras bahwa ia mengetahui lebih baik dibanding pasar. Mengapa wirausaha menolak keberhasilan yang tidak diharapkan? Karena hal itu bukanlah seperti apa yang telah ia rencanakan. Wirausaha yakin bahwa keberhasilan ada dalam kendalinya. lnilah yang mendorongnya terjerumus dalam jebakan kedua.
Wirausaha yakin bahwa profit adalah suatu hal yang paling penting pada perusahaan baru. Padahal profit adalah masalah sekunder, yang utama adalah cash flow (yang diperoleh dan volume penjualan). Ibarat badan yang tengah tumbuh, tentu membutuhkan banyak makanan, dan suatu bisnis yang tumbuh cepat menelan dana cash. Hal ini dapat diprediksi, sehingga meraup dana hanya untuk dikunyah saja tidaklah diperlukan.
Jebakan ketiga adalah, ketika bisnis makin tumbuh, para pendirinya sangat luar biasa sibuknya. Pertumbuhan yang begitu cepat membawa tekanan-tekanan besar pada bisnis. Anda tumbuh melebihi fasilitas produksi yang anda punya. Anda tumbuh melebihi kapabilitas manajemen anda.
Menurut Drucker, yang mengaku pernah bekerja dengan wirausaha selama 50 tahun, bahwa masalah ini mengikuti kurva normal, di mana 80% mereka mengalami kegagalan. Bahkan, meski bisnis anda tengah tumbuh pada tingkat normal berkembang baik, solid, berkelanjutan kegentingan manajemen bakal menghinggapi Anda pada akhir tahun keempat.

Suatu saat sebagai wirausaha, eksekutif atau manajer suatu perusahaan Anda mungkin akan (atau pernah) mengalami paradoks seperti ini: kami sudah merasa dan seratus persen yakin bahwa strategi/ kebijakan yang kami lakukan rasanya sudah benar, tetapi mengapa kali ini gagal? Adakah yang salah dengan manajemen kami? Seandainya Anda menjawab Ya terhadap pertanyaan ini, barangkali inilah saatnya Anda memikir ulang teori bisnis perusahaan Anda.

Anda mungkin tidak sendirian, perusahaan-perusahaan hebat dunia, yang pada awalnya dirintis para wirausaha, seperti IBM dan General Motor pun pernah mengalaminya. IBM misalnya, sebelum tahun 1950-an dikenal dengan kehebatan komputer besar mainframenya. Namun sebagaimana tipikal perusahaan besar, ia tidak luput dari penyakit lamban, puas diri dan semakin birokratis. IBM lamban merespons dan mengabaikan kemunculan Personal Computer (PC) yang diluncurkan oleh Apple dan Mac. Nyatanya, PC tidak hanya disukai, tetapi juga dibeli oleh banyak konsumen! IBM terlambat memahami PC sebagai pesaing dan realitas baru. Demikian juga ketika Univac PC menyerbu pasar dengan desain multipurpose-nya. Tahun 1970-an, 20 tahun kemudian, IBM baru menyadari hal ini dengan mendongkrak fleksibilitas dan responsitasnya.
Paradoks semacam ini tidak hanya menimpa perusahaan bisnis tetapi juga organisasi nirlaba. Tidak saja perusahaan-perusahaan kecil tetapi juga perusahaan yang telah meraih sukses dan mapan di bidangnya. Situasi unmanagable crisis seperti ini menimbulkan pertanyaan untuk mencari tahu apakah penyebabnya. Menarik sekali petuah yang disampaikan oleh Peter Drucker pada jurnal Harvard Business Review (1994). Drucker menegaskan bahwa akar penyebab gejala ini sebenarnya bukanlah buruknya manajemen. Tetapi yang tengah terjadi adalah karena asumsi-asumsi yang telah lama dibangun dan dijalankan oleh perusahaan tidak lagi sesuai dengan realitas yang ada, “...reality has changed, but the theory of the business has not changed with it” kata Drucker.

Tentu saja wirausaha perlu memiliki kepedulian akan preventivitas (preventive care) untuk mencegah keusangan teori, kedua melakukan diagnosis awal dengan mencermati tanda-tanda akan keusangan teori bisnisnya, serta mempersiapkan tindakan-tindakan efektif untuk mencegah runtuhnya validitas teori bisnis. Kepedulian akan preventivitas ini ditunjukkan dengan adanya kemauan membangun pengawasan sistematis dalam organisasi dan terus melakukan pengujian-pengujian.

Sejauh mana wirausaha melakukan preventivitas ini? Anda harus sering melihat dan memperhatikan hal-hal di luar bisnis/ konsumen yang selama ini menjadi pelanggan kita. Wirausaha boleh mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis atau menantang atas produk, pelayanan, kebijakan, atau saluran distribusinya. Pertanyaan seperti, “seandainya kita tidak melakukan strategi/ kebijakan tersebut, akankah kita seperti sekarang ini?” Pertanyaan-pertanyaan lain yang sederhana seperti ini, sangat bermanfaat untuk mendorong kita berpikir kembali tentang banyak hal. Baik mengenai teori bisnis yang tengah berjalan, menguji kembali asumsi-asumsi lama, mempertanyakan alasan-alasan mengapa kita melakukan sesuatu, maupun mempertanyakan mengapa kita melakukan kesalahan: apakah karena sesuatu yang benar (yang telah kita tempuh) tidak bekerja dengan baik?

Selain itu wira usaha juga harus mengkaji hal-hal di luar bisnis, terutama adalah konsumen di luar pelanggan kita. Memang benar bahwa mempertahankan pelanggan itu lebih sulit daripada mencari pelanggan baru. Dan tentu saja kita khawatir pelanggan kita yang hanya 5% dari pangsa pasar yang ada akan meninggalkan kita. Namun pertanyaannya adalah apakah itu kemudian melupakan kita kepada 95% calon konsumen (pangsa pasar) di luar itu? Itulah mengapa banyak pakar yang mengatakan bahwa Customer driven saja tidaklah cukup meskipun ia sesuatu yang vital. Perusahaan/ organisasi harus didukung pula oleh market driven!

Langkah berikutnya yang perlu kita lakukan adalah melakukan diagnosis awal. Langkah ini akan memberikan jawaban apakah yang menjadi tanda akan segera datangnya keusangan teori bisnis. Untuk mendiagnosis permasalahan sedini mungkin, seorang manajer harus memberikan perhatian kepada tanda-tanda peringatan. Namun jangan kaget, karena boleh jadi sinyal tersebut justru yang selama ini adalah sesuatu yang kita nantikan karena menunjukkan keberhasilan kita dan perusahaan, padahal keusangan teori bisnis bisa dimulai ketika perusahaan / organisasi meraih sasaran atau tujuan-tujuannya. Sering kali, para wirausaha merayakan setiap kali mampu mencapai satu atau dua sasaran, padahal ia mengharuskan kita untuk membuat pemikiran baru. Suatu kesadaran seperti yang dilakukan oleh AT&T saat misinya untuk memberikan akses telepon kepada setiap perusahaan dan keluarga di AS telah tercapai pada pertengahan 1950-an. Keberhasilan inilah yang melahirkan tantangan baru bagi AT&T untuk memisahkan pelayanan lokal (dalam negeri) dengan merambah pelayanan jarak jauh dalam bisnis telekomunikasi global. Sinyal lainnya adalah pertumbuhan bisnis yang cepat. Sinyal ini adalah peringatan serius akan terjadinya krisis dalam teori bisnis. Banyak perusahaan yang berkembang 2-3 kali lipat dalam periode yang singkat telah memerlukan tumbuh di luar teori bisnisnya. Kedua sinyal tersebut barangkali masih kita yakinia sebagai tanda peringatan yang ‘kabur’.

Masih ada dua atau lebih sinyal lain yang cukup jelas yang menunjukkan bahwa teori bisnis tidak lama lagi bakal usang. Misalnya adalah keberhasilan yang tidak diduga sebelumnya, baik yang kita alami maupun oleh pesaing, kegagalan yang tidak diduga — sekali lagi baik yang menimpa kita atau pesaing kita. Keduanya sama-sama seriusnya untuk dicermati. Bagi perusahaan-perusahaan yang menghadapi situasi seperti itu, tentu harus mempertanyakan pada dirinya kembali pertanyaan - pertanyaan tentang lingkungan, misi dan core competence-nya.

Langkah yang terakhir, setelah melakukan diagnosis dini adalah melakukan upaya penyembuhan. Langkah ini hanya memungkinkan dilakukan oleh eksekutif yang tidak sekadar cakap tetapi juga pekerja keras. Mereka bisa menerima bahwa pencapaian sasaran dan pertumbuhan yang cepat meminta suatu pemikiran ulang yang serius atas teori bisnis. Mereka tidak membiarkan kegagalan/ kesalahan yang tidak terduga sebagai akibat dari ketidak kompotenan bawahan atau sebagai suatu kecelakaan tetapi menantangnya sebagai suatu gejala kegagalan sistem dan tantangan atas asumsi-asumsi mereka.

SUMBER :

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.