KULIAH PUBLIK: Pemanfaatan Produksi Jagung Dan Perdagangan Dunia, Peringkat Indonesia Naik

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Sunday, July 22, 2018

Pemanfaatan Produksi Jagung Dan Perdagangan Dunia, Peringkat Indonesia Naik

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung atau katela (Bahasa Sanger/ Sangihe) atau binte (bahasa Tolitoli) adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini sejak 10.000 tahun yang lalu, kemudian teknologi itu dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa budidaya jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp.mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. 

Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternative. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. 

 Keterangan    :  - 1 bushels setara dengan 27 kg

Ukraina bersama Rusia dan Kazahkstan, sedang mempersiapkan proyek khusus. Penetapan aturan perdagangan umum dalam tatalaksana ekspor biji-bijian yang terkordinasi. Konsekuensinya adalah Ukraina menanam tanaman rekayasa genetika khususnya tanaman jagung. Cina pun menanamkan investasi yang luar biasa besar untuk kepentingan industri tersebut, disamping pembahasan sistem transportasi hasil produk pertanian tersebut sehingga biayanya bisa lebih kompetitif. Diperkirakan mulai tahun 2022, produksi jagung Ukraina ini bisa mengalahkan produksi jagung dari Brasil dan Argentina.

Pertanian di Argentina diperluas sejak 50 terakhir ini, mengorbankan alam dan rangelands. Secara paralel pertanian (kedelai, gandum dan jagung) ini menghasilkan 20% dari total GDP  Argentina. Sebuah produktivitas yang menakjubkan, apalagi ditopang oleh penerapan teknologi modern dan manajemen yang baik. Argentina menjadi nomor 4 terbanyak penghasil jagung dunia. Sementara untuk pemanfaatannya, disamping sebagai bahan makanan dan pakan ternak, seperti Brasil, Argentina memanfaatkan jagung sebagai bahan etanol.

Brasil adalah negara terbesar di Amerika Selatan dengan jumlah penduduk (2017) mencapai 204 juta jiwa. Sepertiga dari jumlah penduduknya bekerja di industry pertanian termasuk petani jagung.  Petani jagung di Brasil menanam jagung dengan menerapkan skema modern, yakni pemanfaatan teknologi tertentu seperti drone dalam pengairannya. Lahan yang begitu luas pun sudah terpola semua. Bagi Brasil sangat penting mengelola produksi jagung ini, karena disamping sebagai bahan makanan dan pakan, jagung juga dijadikan bahan untuk etanol (bahan bakar - biofuel).

Sekitar abad ke-16, jagung baru dibawa ke Cina (dan daratan Asia lainnya, termasuk Indonesia) oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang melancong ke Asia. Pusat pertanaman jagung di Cina meliputi daerah Hoang Ho, Honan Barat, Kiangsu Utara dan Szeschuan Barat. Produksi jagung Cina menghasilkan 6,6 juta bushels untuk tahun 2016. Tetapi pada tahun lalu, Cina juga mengkonsumsi jagung sebanyak 8,9 juta bushels. Guna menutupi kekurangan pasokan jagung ini, Cina pun mengimpornya dari Amerika.

Amerika disebut sebagai tempat nenek moyang jagung berasal. Kini, petani jagung di Amerika Serikat menanam jagung hasil teknologi. Modifikasi genetik dan teknik penanaman jagung yang diterapkan petani Amerika menghasilkan  tanaman jagung yang dapat mengakses air dengan lebih baik dan lebih tahan hama. Sehingga petani bisa menanam jagng lebih banyak dan lebih rapat daripada sebelumnya dan hasil panennya pun menjadi lebih banyak. Tidak aneh kalau pada akhirnya, Amerika menghasilkan 40% jagung dunia dan menjadi produsen jagung terbesar di dunia.

Berdasarkan data ARAM-II 2018, produksi jagung mencapai 28 juta ton atau 1,1 miliar bushels. Indonesia naik peringkat dari posisi ke-9 menjadi posisi ke-7 dunia sebagai produsen jagung terbesar.

Kepala Bidang Komoditas Pangan Anna Astrid dilansir dari bisnis.com mengatakan, peringkat itu ditetapkan berdasarkan volume produksi jagung di tiap negara yang direkam Badan Pangan Dunia (FAO). Peningkatan produksi awal tahun ini berkat program upaya khusus melalui pengembangan jagung 3 juta hektare, integrasi sawit atau kebun dan Perhutani dengan jagung, kemitraan GPMT (Gabungan Pengusaha Masyarakat Ternak) dengan petani jagung dan kebijakan harga bawah di petani, sehingga mendongkrak menaikkan peringkat Indonesia dan pada 2017 sudah swasembada jagung. Produksi jagung Indonesia pada 2014 hanya 748.320 bushels, namun pada tahun 2017 tidak ada impor jagung untuk pakan ternak. Pada 2018, pemerintah Indonesia mengarahkan untuk pengembangan 4 juta ha lahan jagung.

SUMBER :

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.