Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan
arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung atau katela (Bahasa Sanger/ Sangihe)
atau binte (bahasa Tolitoli) adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian
selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini sejak 10.000 tahun yang
lalu, kemudian teknologi itu dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000
tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik
menunjukkan bahwa budidaya jagung (Zea mays ssp. mays)
merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea
mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak
7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain,
terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp.mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang
tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar
jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan
tanaman.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman
pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat
tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan
bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung
kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung
yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan,
saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternative. Lebih dari
itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran
pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur
polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap
dipasarkan.
Ukraina bersama Rusia dan Kazahkstan, sedang
mempersiapkan proyek khusus. Penetapan aturan perdagangan umum dalam
tatalaksana ekspor biji-bijian yang terkordinasi. Konsekuensinya adalah Ukraina
menanam tanaman rekayasa genetika khususnya tanaman jagung. Cina pun menanamkan
investasi yang luar biasa besar untuk kepentingan industri tersebut, disamping
pembahasan sistem transportasi hasil produk pertanian tersebut sehingga
biayanya bisa lebih kompetitif. Diperkirakan mulai tahun 2022, produksi jagung
Ukraina ini bisa mengalahkan produksi jagung dari Brasil dan Argentina.
Pertanian di Argentina diperluas sejak 50 terakhir
ini, mengorbankan alam dan rangelands. Secara paralel pertanian (kedelai,
gandum dan jagung) ini menghasilkan 20% dari total GDP Argentina. Sebuah produktivitas yang
menakjubkan, apalagi ditopang oleh penerapan teknologi modern dan manajemen
yang baik. Argentina menjadi nomor 4 terbanyak penghasil jagung dunia.
Sementara untuk pemanfaatannya, disamping sebagai bahan makanan dan pakan
ternak, seperti Brasil, Argentina memanfaatkan jagung sebagai bahan etanol.
Brasil adalah negara terbesar di Amerika Selatan
dengan jumlah penduduk (2017) mencapai 204 juta jiwa. Sepertiga dari jumlah
penduduknya bekerja di industry pertanian termasuk petani jagung. Petani jagung di Brasil menanam jagung dengan
menerapkan skema modern, yakni pemanfaatan teknologi tertentu seperti drone
dalam pengairannya. Lahan yang begitu luas pun sudah terpola semua. Bagi Brasil
sangat penting mengelola produksi jagung ini, karena disamping sebagai bahan
makanan dan pakan, jagung juga dijadikan bahan untuk etanol (bahan bakar - biofuel).
Sekitar abad ke-16, jagung baru dibawa ke Cina (dan
daratan Asia lainnya, termasuk Indonesia) oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang
melancong ke Asia. Pusat pertanaman jagung di Cina meliputi daerah Hoang Ho,
Honan Barat, Kiangsu Utara dan Szeschuan Barat. Produksi jagung Cina
menghasilkan 6,6 juta bushels untuk tahun 2016. Tetapi pada tahun lalu, Cina
juga mengkonsumsi jagung sebanyak 8,9 juta bushels. Guna menutupi kekurangan
pasokan jagung ini, Cina pun mengimpornya dari Amerika.
Amerika disebut sebagai tempat nenek moyang jagung
berasal. Kini, petani jagung di Amerika Serikat menanam jagung hasil teknologi.
Modifikasi genetik dan teknik penanaman jagung yang diterapkan petani Amerika
menghasilkan tanaman jagung yang dapat
mengakses air dengan lebih baik dan lebih tahan hama. Sehingga petani bisa
menanam jagng lebih banyak dan lebih rapat daripada sebelumnya dan hasil
panennya pun menjadi lebih banyak. Tidak aneh kalau pada akhirnya, Amerika
menghasilkan 40% jagung dunia dan menjadi produsen jagung terbesar di dunia.
Berdasarkan data ARAM-II 2018, produksi jagung
mencapai 28 juta ton atau 1,1 miliar bushels. Indonesia naik peringkat dari
posisi ke-9 menjadi posisi ke-7 dunia sebagai produsen jagung terbesar.
Kepala Bidang Komoditas Pangan Anna Astrid dilansir
dari bisnis.com mengatakan, peringkat itu ditetapkan berdasarkan volume
produksi jagung di tiap negara yang direkam Badan Pangan Dunia (FAO). Peningkatan
produksi awal tahun ini berkat program upaya khusus melalui pengembangan jagung
3 juta hektare, integrasi sawit atau kebun dan Perhutani dengan jagung,
kemitraan GPMT (Gabungan Pengusaha Masyarakat Ternak) dengan petani jagung dan
kebijakan harga bawah di petani, sehingga mendongkrak menaikkan peringkat
Indonesia dan pada 2017 sudah swasembada jagung. Produksi jagung Indonesia pada
2014 hanya 748.320 bushels, namun pada tahun 2017 tidak ada impor jagung untuk
pakan ternak. Pada 2018, pemerintah Indonesia mengarahkan untuk pengembangan 4
juta ha lahan jagung.
SUMBER :
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.