Sektor
Unggulan
Presiden
Joko Widodo telah meresmikan peluncuran peta jalan atau roadmap industri 4.0. yang
disebut Making Indonesia 4.0. Lewat peta jalan tersebut, pemerintah akan
mendorong pembangunan industri manufaktur untuk bisa berdaya saing global
melalui percepatan implementasi Industri generasi ke-empat atau 4.0. Peta jalan
itu akan menjadi tuntunan strategi pengembangan industri Indonesia dalam
memasuki era digital yang sedang berjalan. Konsep revolusi industri 4.0 pertama
kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab, Ekonom terkenal asal Jerman, dalam
bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah hidup
dan kerja manusia.
Menteri
Perindustrian Airlangga Hartato di JCC Senayan, Jakarta, (Rabu, 4/4/2018)
menjelaskan apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0 serta tujuan dari
adanya industri tersebut. Di balik hadirnya Industri 4.0 tersebut, sejatinya
revolusi industri ini dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Saat
itu, revolusi industri pertama hadir dalam konteks steam engine atau mesin uap.
Kemudian revolusi industri kedua pada saat otomotif general fort mebuat line
production Indonesia masih hinda-Belanda. Revolusi industri ketiga diawali di
tahun 90-an itu dengan mulai otomatisasi dan pada watu itu terjadi globalisasi.
Industri
nasional membutuhkan konektivitas serta interaksi melalui teknologi, informasi
dan komunikasi yang terintegrasi dan dapat dimanfaatkan. Hal itu untuk bisa
mencapai efisiensi dan peningkatan kualitas produk. Roadmap yang dinamakan
Making Indonesia 4.0 itu, bakal memberikan suatu arah yang jelas bagi
pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan
Iima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan. Penyusunan peta jalan ini
telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, muIai dari institusi
pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga
riset dan pendldikan.
Untuk
penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada Iima sektor
manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian,
industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik. Sektor ini dipilih
setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan Implementasi
yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri Iain,
besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar. Dengan adanya komitmen serta
partisipasi aktif dari seluruh pihak tersebut, implementasi Industri 4.0 di
Indonesia bisa berjalan sukses dan sesuai sasaran. Dengan implementasi roadmap
tersebut, kata Airlangga, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) hingga 2% pertahun. Bila demikian, maka industri
manufaktur akan berkontribusi sebesar 21-26% terhadap PDB pada tahun 2030.
Pada
saat itu, globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Dalam
rapat APEC tahun 90-an, disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai
di tahun 2020. Saat ini yang namanya revolusi industri ke 4 dimulai dengan
revolusi internet yang dimulai pada tahun 90-an. Tahun 90-an belum tahu kalau
internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini seluruh negara di dunia baru
melihat apa efek dari Internet of things.
Pemanfaatan
Internet of things ini pertama kali dilakukan oleh Jerman. Jerman pula lah yang
mengglobalkan istilah industri 4.0. Jadi industri 4.0 mengikat kepada industri
di Jerman, Presiden melihat berkali-kali bahwa kita harus punya roadmap ke
sana. Setelah pertemuan G20 di China, Presiden ke Alibaba dan saat itu kita
sering membahas ekonomi digital dan roadmap. Untuk itulah, disusun roadmap
industri 4.0 dengan bantuan sejumlah pihak. Dengan adanya roadmap itu,
diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global,
serta dapat menjadikan Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia di 2030.
Implementasi
Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil
sebesar 1-2% per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari
baseline sebesar 5% menjadi 6-7% pada periode tahun 2018-2030. Sejak saat itu
kemenperin mengundang Fraunhover yang menginiasi di Jerman kemudian bekerjasama
dengan JETRO, JICA, dan secara khusus dengan AT Kearney untuk menyusun seluruh
roadmap dan roadmap itu hari ini sudah kita selesaikan dan kami sampaikan
kepada Bapak Presiden.
Indonesia
telah menyiapkan lima sektor industri yang akan menjadi percontohan dalam
implementasi Industri 4.0. Ini sesuai yang akan dijalankan pada roadmap Making
Indonesia 4.0, yaitu industri otomotif, makanan dan minuman, tekstil,
elektronik, serta kimia. Jadi ada unggulannya atau champion, sehingga industri
lain bisa melihat dan mencontoh. Misalnya, di industri otomotif, sebagian
pabrik sudah melakukan otomatisasi. Langkah selanjutnya, yang terpenting adalah
melihat prospek pasar saat ini, terutama untuk ekspor. Memperluas pasar ekspor
itu tergantung dari jenis kendaraan. Kendaraan di seluruh dunia, permintaan
besarnya adalah jenis sedan. Sedangkan di Indonesia lebih mengembangkan yang
tujuh bangku, sehingga perlu ada penyesuaian.
Presiden
Joko Widodo (Rabu, 4/4/2018) saat membuka Indonesia Industrial Summit 2018 di
Jakarta Convention Center (JCC), mengungkapkan Revolusi Industri 4.0 atau
industri generasi ke empat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang
dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi serta internet. Guna
mewujudkan industri generasi ke empat, pemerintah merancang Making Indonesia
4.0 yang memuat sejumlah inisiatif untuk diterapkan. Salah satu garis besar
dari inisiatif dimaksud adalah mempersiapkan tenaga kerja yang andal serta
keterampilan khusus untuk penguasaan teknologi terkini.
Pemerintah
telah mengelompokkan lima industri utama yang disiapkan untuk Revolusi Industri
4.0. Lima industri yang jadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia yaitu
industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. Lima
industri tersebut diharapkan membawa efek yang besar terhadap daya saing dan
kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia pada
2030. Lima sektor tersebut juga dinilai akan menyumbang penciptaan lapangan
kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi. Kelima jenis
industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung dalam rangka meningkatkan
daya saing yang sejalan dengan perkembangan industri generasi ke empat.
Menteri
Perindustrian (KEMENPERIN) Airlangga Hartanto pada acara Diklatda HIPMI JAYA di
Jakarta, (Kamis, 12/4/2018) menyebut gelaran Indonesia Industrial Summit 2018
akan jadi ajang Kementerian Perindustrian bersama pemangku kepentingan untuk
mendiskusikan kesiapan Indonesia menuju Revolusi Industri 4.0. Indonesia
berpeluang besar menjadi pemain kunci di kawasan Asia dalam upaya
mengimplementasikan Industri 4.0. Faktor utama yang dapat mempengaruhi
pengembangan di era digital tersebut antara lain adalah pasar dan talent. Saat
ini pengguna internet di Indonesia jumlahnya mencapai 143 juta orang. Ini
merupakan sebuah potensi pasar yang besar. Kemudian, talent itu kita miliki
dari seluruh universitas yang ada, di mana di Indonesia jumlahnya terbanyak di
ASEAN.
Kemudian
modal yang telah dimiliki Indonesia menjadi kesiapan memasuki era perubahan di
Industri 4.0. Terlebih lagi, generasi millenial akan memiliki peranan penting
karena merekalah pengguna dominan dari teknologi yang menjadi ciri khas
revolusi industri keempat, yaitu internet. Komposisi pengguna internet yang
usianya 19-34 tahun, merupakan yang terbanyak dengan mencapai 49,5 persen.
Mereka berinteraksi atau melek teknologi melalui smartphone.
Kompetensi
Sumber Daya Manusia
Dalam
pelaksanaan Industri 4.0, dipastikan manusia tidak akan tergantikan oleh robot.
Karena sejak revolusi industri ketiga sudah otomatisasi. Sedangkan pada
industri 4.0, industri yang sudah terotomatisasi tersebut terhubung dengan
internet of things, sehingga pengontrolan data lebih efisien, efisiensi mesin
lebih baik, dan efisiensi ini bisa dipacu hingga 99 persen. KEMENPERIN tengah
gencar mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia Indonesia agar
menguasai teknologi digital. Salah satu langkahnya adalah melalui program
vokasi SMK dan industri serta untuk memacu politeknik melalui program skill for
competitiveness.
Kepada
para pengusaha muda untuk dapat mengambil kesempatan di era digital saat ini. Peluang
masih terbuka luas, karena industri membutuhkan peluang yang namanya economies
of scale. Seperti industri rumahan saat ini, sudah bisa menjangkau pasar, tidak
harus mampu sewa tempat di mall terlebih dulu. Maka itu, para pelaku industri
kecil dan menengah (IKM) diminta bisa memanfaatkan beberapa fasilitas taman
teknologi yang dibangun oleh KEMENPERIN.
Misalnya
di Bandung Techno Park, mereka bakal memperoleh program pembinaan dan pelatihan
guna pengembangan inovasi dan daya saing produknya. Mereka bisa memakai gedung
tersebut sampai mempunyai revenue. Setelah mempunyai revenue, mereka bisa sewa
di tempat yang lain.
Selain
itu, KEMENPERIN juga memiliki Bali Creative Industry Center (BCIC), di mana
produk-produk yang dihasilkan mereka telah dipasarkan. Melalui techno park itu
Kemenperin ingin terus mendorong inovasi, termasuk didukung adanya Apple Center
di Bumi Serpong Damai, dan janjinya akan dibangun lagi di daerah lain.
Apple
menganggap Indonesia merupakan negara ketiga sesudah Brasil dan Italia atau
menjadi negara pertama di Asia, sebagai lokasi mereka membangun pusat inovasi.
Dengan ditopang oleh fasilitas tersebut, Indonesia bisa meng-create the new
Silicon Valley. Ini merupakan potensi kita yang ada di tangan seluruh para
pengusaha kita, terutama generasi muda, termasuk HIPMI yang akan menjadi tulang
punggung the new economy Indonesia.
Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto di Kantor Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo), Jakarta, (Senin, 16/4/2018) mendorong kompetensi sumber
daya manusia (SDM) untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Salah satunya adalah
dengan menggenjot vokasi atau pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan
keahlian terapan tertentu. Kemudian politeknik. Saat revolusi industri 4.0,
kebutuhan skill baru sangat berperan. Sehingga, nantinya dibutuhkan berbagai
pelatihan dan kursus di bidang Internet of Things (IoT). Karena itu, pemerintah
akan mendorong agar IoT ini bisa lebih terbuka lagi. Jadi nanti, perguruan
tinggi akan didorong mata kuliah wajib berikutnya.
Ada
banyak profesi yang dibutuhkan pada era digitalisasi atau revolusi industri 4.0
ini. Misalnya untuk e-commerce dibutuhkan seperti call center, customer
service, dan lainnya. Salah satu skill atau kemampuan paling banyak dibutuhkan
adalah coding atau pengkodean di bidang informasi teknologi (IT). Jadi kalau
untuk Internet of Things atau digitalisasi itu, masalah koding ini menjadi
penting. Bidang lain yang paling banyak dibutuhkan adalah analisa data atau
artificial intelligence. Dan yang menjadi kunci adalah statistik.
Pemerintah
juga akan mengembangkan industri-industri yang memiliki nilai tambah tinggi,
salah satunya adalah industri elektronik untuk smartphone seperti di Batam,
Kepulauan Riau (Kepri). Karena itu, tantangan pemerintah Indonesia selanjutnya
adalah kesempatan re-skilling pada digitalisasi.
Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Innofest ID 2018 di Kementrian
Perindustrian, (Selasa, 24/7/2018) megatakan dalam inisiatif Making Indonesia
4.0, telah ditetapkan 5 sektor industri prioritas untuk implementasi sistem
Industri 4.0. Kelima sektor ini adalah sektor industri yang telah memiliki
kesiapan dan berpotensi memberikan daya ungkit besar dalam capaian aspirasi
yang ditetapkan. Sektor-sektor industri yang dimaksud adalah industri makanan
dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia serta
industri tekstil dan produk tekstil. Sektor-sektor tersebut menyumbang 60
persen PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur dan 60 persen pekerja
manufaktur.
Selain
penetapan sektor prioritas beserta strateginya, ditentukan pula strategi
persiapan dan penerapan Industry 4.0 yang bersifat lintas sektoral. Inisiatif
strategis persiapan dan penerapan Indusry 4.0 yang bersifat lintas sektoral
yakni reoptimalisasi supply chain, membangun infrastruktur digital secara
nasional, meningkatkan SDM industri khususnya di bidang kompetensi digital dan
kewirausahaan, memicu peningkatan inovasi melalui insentif dan mengoptimalkan
kebijakan dan regulasi di sektor industri.
Sehingga
nantinya Indonesia bisa menjadi champions atau pemenang, dalam era digitalisasi
ini.
SUMBER
:
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.