KULIAH PUBLIK: Industri

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Showing posts with label Industri. Show all posts
Showing posts with label Industri. Show all posts

Wednesday, November 10, 2021

Percepatan Industri 4.0 untuk Industrialisasi yang Inklusif dan Berkelanjutan


Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama United Nations Industrial Development Organization/ Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) kembali menggelar Konferensi Regional Pembangunan Industri atau Regional Conference on Industrial Development (RCID) yang dilaksanakan untuk kedua kalinya pada 10-11 November 2021 di Hotel Fairmont, Jakarta. RCID ke-2 akan diselenggarakan secara hybrid atau kombinasi antara kehadiran fisik dengan pertemuan secara virtual, dengan mengundang pejabat tinggi di bidang perindustrian dari 26 negara anggota UNIDO dan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo.

Konferensi kedua ini merupakan konferensi kedua yang merupakan tindak lanjut dari suksesnya penyelenggaraan RCID yang pertama yang dilaksanakan pada 8-9 November 2018 di Bali yang menghasilkan "Bali Industry 4.0 Agenda". Konferensi pertama tersebut menghasilkan “Bali Agenda on Industry 4.0” yang disepakati oleh peserta dan merefleksikan keinginan untuk mendorong pemerintah negara-negara Asia Pasifik untuk mempromosikan kerjasama lebih lanjut dalam menghadapi tantangan dan mengambil peluang Industry 4.0, pentingnya menciptakan a level of playing field di kawasan, serta membangun platform knowledge sharing bagi negara berkembang untuk belajar dari kawasan yang lebih maju ekonominya.

Penyelenggaraan konferensi ini mengawali persiapan pertemuan Trade Industry and Investment Working Group (TIIWG) G-20 yang akan berlangsung pada tahun 2022 sebagai rangkaian dari presidensi Indonesia di G20 yang akan mengambil tema “Recover Together, Recover Stronger“. Konferensi yang diikuti oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Kali ini Mengusung tema “Acceleration of Industry 4.0 for Inclusive and Sustainable Industrialization” (Percepatan Industri 4.0 untuk Industrialisasi yang Inklusif dan Berkelanjutan).

Penyelenggaraan RCID ke-2 berfokus pada tantangan dan peluang penerapan Industri 4.0 di kawasan Asia Pasifik pada masa pandemi Covid-19. Tujuannya untuk saling bertukar wawasan dan pengalaman dalam upaya mempercepat pemulihan sektor industri dan ekonomi di kawasan melalui penerapan Industri 4.0.

Ada empat tema besar yang akan diangkat dalam konferensi ini, yaitu peningkatan partisipasi Industri Kecil Menengah (IKM) pada rantai pasok global atau Global Value Chains (GVC), penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), Strategi Transisi Industri Menuju Industri Hijau dan Ekonomi Sirkular, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Selanjutnya, RCID juga akan membahas topik-topik meliputi ekosistem transformasi digital, masalah inklusivitas dan keberlanjutan serta upaya kerja sama regional untuk mempercepat adopsi Industri 4.0.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita kepada para jurnalis dalam kegiatan media briefing jelang pelaksanaan RCID di Jakarta, Senin (8/11), mengatakan : “Penyelenggaraan RCID ke-2 akan menjadi tonggak penting menuju persiapan pertemuan Trade Industry and Investment Working Group (TIIWG) G-20 yang akan berlangsung pada tahun 2022 sebagai rangkaian dari presidensi Indonesia di G20 yang akan mengambil tema "Recover Together, Recover Stronger" di bawah kepresidenan Indonesia. Karenanya, RCID ke-2 dikemas sebagai forum pendahuluan untuk membahas isu prioritas sekitar industri dan mendapatkan masukan dari negara-negara Asia Pasifik anggota UNIDO, yang kemudian akan diangkat pada pertemuan TIIWG dalam Presidensi G-20 Indonesia pada tahun 2022 tersebut. Melalui RCID, Pemerintah Indonesia berupaya membina kerja sama di Asia Pasifik untuk penerapan dan pemanfaatan Industri 4.0 untuk pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan atau Inclusive and Sustainable Industrial Development (ISID) di masa pandemi Covid-19. Konferensi ini sangat penting untuk diikuti, tidak hanya oleh para pelaku usaha, aparatur institusi/lembaga pemerintah, dan akademisi, tetapi juga masyarakat. Hal ini agar berbagai elemen yang ada dapat saling mendukung untuk mempercepat penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0 sekaligus akselerasi pemulihan ekonomi Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Menurut Esam Odeh Saoud Alqararah, UNIDO’s Representative for Indonesia and Timor Leste,  bahwa UNIDO bangga dan merasa terhormat dapat bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk Konferensi Regional kedua tentang pengembangan industri. Pada konferensi kedua ini, UNIDO bertujuan untuk lebih mempromosikan kerja sama global dan regional dalam rangka membantu menuai manfaat dari penerapan industri 4.0. Konferensi ini akan memainkan peran penting untuk mempercepat pemulihan industri pascapandemi yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia dan Pasifik. Kegiatan ini juga merupakan peristiwa yang sangat strategis dan tepat waktu dalam konteks Kepresidenan G20 Indonesia pada tahun 2022. UNIDO menegaskan kembali dukungan penuhnya kepada Pemerintah Indonesia dalam upaya ini, dan siap untuk berkontribusi pada pembahasan G20 sebagai mitra pengetahuan yang terpercaya. Temuan utama dari diskusi mendatang akan mewakili kebijakan dan kontribusi strategis yang berharga terhadap Presidensi G20 Indonesia.

UNIDO berharap konferensi kedua ini dapat berkontribusi pada penguatan kerja sama regional di Asia-Pasifik untuk mempercepat adopsi teknologi Industri 4.0 dalam mendukung pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. UNIDO yakin bahwa platform ini akan berfungsi untuk mengidentifikasi area prioritas yang dapat membantu kawasan memanfaatkan peluang Revolusi Industri Keempat, selain memberikan masukan regional Asia dan Pasifik untuk diskusi G20 pada 2022.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Eko S.A. Cahyanto mengemukakan, di sela gelaran RCID ke-2 ini, akan dilakukan penandatanganan Indonesia-UNIDO Country Programme (IUCP) 2021-2025 antara Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dengan Director General of UNIDO, Li Yong yang akan dilakukan secara virtual. Selain itu, akan diisi dengan diskusi dengan menghadirkan berbagai narasumber, di antaranya dari Kemenperin, UNIDO, KADIN Indonesia, Sekretariat ASEAN, pelaku industri, dan akademisi. Pada puncak acara, disampaikan rekomendasi bersama sebagai upaya kawasan untuk mempercepat adopsi Industri 4.0 untuk ISID serta kegiatan tindak lanjut RCID ke-2

Isu Industri 4.0 jadi fokus utama Presidensi G20. Indonesia Serukan Kerja Sama Internasional di Bidang Industri 4.0 dalam Forum PBB, dalam rangka menghadapi tantangan sekaligus mengoptimalkan manfaat dari revolusi industri keempat yang juga dikenal dengan Industri 4.0. Kerja sama itu antara lain dapat dilakukan melalui organisasi internasional yang telah ada, seperti Organisasi Pembangunan Industri PBB (United Nations Industrial Development Organization/UNIDO). Seruan itu disampaikan delegasi Indonesia dalam Sidang Umum UNIDO di Abu Dhabi, Persaturan Emirat Arab, tanggal 3-7 November 2019, yang dipimpin oleh Dubes/Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, Dr. Darmansjah Djumala.

Indonesia percaya bahwa UNIDO dapat memainkan peran penting dalam membantu pengembangan industri untuk beradaptasi dan mendapatkan manfaat dari era Industri 4.0. Peran UNIDO tidak hanya menyediakan keahlian, tetapi juga memetakan mitra pembangunan dan memobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan kapasitas sektor manufaktur dan usaha kecil dan menengah (UKM). Indonesia menegaskan kesiapan untuk berkontribusi sekaligus mempererat kerja sama dengan UNIDO. Di antara inisiatif kerja sama RI-UNIDO yang telah diwujudkan adalah penyelenggaraan Konferensi Regional tentang Pembangunan Industri (1st Regional Conference on Industrial Development/RCID) di Bali bulan November 2018. Forum ini menjadi wadah bagi negara-negara di Kawasan Asia Pasifik untuk bertukar pandangan, kebijakan, pengetahuan, dan gagasan dalam mengoptimalkan peluang dan manfaat revolusi industri keempat. Forum menghasilkan 'Bali Agenda on Industry 4.0' yang berisi komitmen para peserta konferensi untuk menjalin kolaborasi di bidang Industri 4.0. Indonesai percaya bahwa upaya untuk mencapai pembangunan industri yang bersifat inklusif dan berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara maksimal tanpa adanya kerja sama di level regional dan internasional. RCID merupakan kontribusi Indonesia untuk mendorong kerja sama tersebut.

Upaya-upaya telah yang dilakukan Indonesia dalam rangka menghadapi era Industri 4.0, seperti peluncuran "Making Indonesia 4.0" tahun 2018 dengan fokus pada 5 industri andalan (makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan produk kimia) dan penyusunan "Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) untuk mengukur kesiapan sektor industri dalam menerapkan Industri 4.0. Upaya lain adalah dengan mengembangkan Program Revitalisasi Vokasi Industri 2020-2024 dengan fokus pada penguatan kurikulum dan modul belajar untuk 175 politeknik, 2.612 sekolah vokasi, dan kurang lebih 1,5 juta pekerja. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses dan kesempatan yang setara dalam mengoptimalkan manfaat Industri 4.0.

Sidang Umum merupakan forum tertinggi di UNIDO yang dilaksanakan secara rutin setiap dua tahun dan diikuti oleh seluruh negara anggota yang saat ini berjumlah 170. Biasanya pertemuan tersebut dilangsungkan di markas UNIDO di Wina. Namun kali ini pertemuan dilangsungkan di Abu Dhabi atas permintaan Persatuan Emirat Arab selaku tuan rumah. Ini adalah kali keempat Sidang Umum UNIDO dilangsungkan di luar Wina setelah Bangkok, Thailand (1987), Yaoundé, Kamerun (1993), Lima, Peru (2013).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan tiga kunci arah pembangunan industri, yakni memperkuat sektor Kesehatan demi akses global terhadap vaksin dan obat-obatan, transformasi digital demi industri 4.0, dan transisi energi demi penerapan green energy. Ketiga hal tersebut yang akan menjadi pembahasan utama dalam Konferensi Regional Pengembangan Industri (RCID) ke-2. Forum ini juga menjadi permulaan untuk merumuskan sejumlah langkah terkait industri di kawasan Asia Pasifik. Pasalnya, pandemi Covid-19 memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat termasuk pada industri.

RCID akan menjadi tempat aspirasi negara-negara yang tidak masuk dalam G20. Negara-negara ini menurutnya juga harus melakukan pemulihan ekonomi dan mendapatkan perhatian dari masyarakat global. Sudah 2 tahun bergulat dengan Covid-19 ada rupa kisah cerita. Pandemi menciptakan krisis multidimensi hingga ekonomi dan sosial. Meski demikian setiap negara perlahan membangun resiliensi hingga beradaptasi untuk pulih. Momentum ini bisa menjadi cara untuk melihat dan mempelajari kekuatan yang dimiliki, untuk mempersiapkan ancaman atau pandemi yang lain di masa mendatang. Sehingga diharapkan konferensi RCID berlangsung produktif dan menghasilkan rekomendasi bagi upaya kawasan untuk mempercepat adopsi Industri 4.0 untuk Inclusive Sustainable Industrial Development (ISID), meningkatkan kesiapan UKM di kawasan untuk penyerapan Industri 4.0 di masa Covid-19, serta menyusun kerangka ekosistem Industri 4.0 sebagai acuan global untuk mempercepat Industri 4.0 bagi ISID.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kalau Industri 4.0 telah membuat disrupsi ekonomi sehingga ke depan isu berkelanjutan di sirkulasi ekonomi sangat penting dan menjadi isu awal. Di sisi lain, kalau saat ini banyak industri juga mulai memikirkan isu berkelanjutan, buktinya banyak industri pengemasan dan plastik mulai berubah. Sehingga ke depan industri hanya tinggal memiliki energi yang mana yang akan digunakan. Apalagi Indonesia ini sumber energi yang punya banyak dan bisa digabungkan, misal gas, biotermal, dan hydro meski tidak dipungkiri yang terbanyak masih PLTU. Airlangga sudah membahas hal ini dengan ADB sehingga seharusnya ada beberapa isu akan bisa segera selesai. Untuk konferensi ini, diharapkan akan ada terobosan dalam komitmen percepatan implementasi Industri 4.0, untuk industri yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca juga :

https://kemlu.go.id         

https://id.berita.yahoo.com

https://pelakubisnis.com

www.industry.co.id

Thursday, May 27, 2021

Kebijakan Pemerintah Mengembangkan Industri Furnitur Dan Woodworking


 Instrumen-instrumen kebijakan pemerintah.

 

Dalam rangka mengembangkan industri furnitur dan woodworking antara lain, fasilitasi pusat logistik bahan baku, program revitalisasi mesin atau peralatan, fasilitasi politeknik furnitur, program pengembangan desain furnitur.

Lalu, insentif tax holiday, tax allowance, super deduction tax untuk reseach and development (R&D) dan vokasi, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

"Selanjutnya, ketersediaan bahan baku yang melimpah sebagai comparative advantage, serta didukung dengan kemudahan iklim berusaha Pemerintah melalui UU 11/2020 tentang Cipta Kerja diharapkan juga dapat mewujudkan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi, berdaya saing global, dan berwawasan lingkungan," tukasnya.

 

 

Perluasan Investasi Pabrik Pintu Kayu dengan Tingkatkan Produksi

 

Selasa (25/5/2021) Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meresmikan perluasan investasi PT. Woodone Integra Indonesia senilai Rp255,8 miliar di Sidoarjo, Jawa Timur. Investasi ini dilakukan untuk pengembangan produk pintu dari kayu.

Secara keseluruhan, perusahaan memproduksi barang bangunan dari kayu dan komponen bahan bangunan dari kayu yang meliputi wooden step, pintu kayu, stair riser, kusen kayu, list kayu/architrave, dan plinth kayu/skirting. Produk utama saat ini adalah pintu kayu dengan kapasitas produksi 35.000 set per bulan.

Selama ini, perkembangan permintaan global produk industri furnitur dan woodworking secara keseluruhan sangat menjanjikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya pendapatan industri baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun ekspor, ujar Menperin Agus dalam pernyataannya, Rabu (26/5).

"Ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) di tahun 2020 mengalami peningkatan dengan nilai USD1,91 miliar atau meningkat 7.6 persen dari tahun 2019 yaitu senilai USD1.77 miliar," ungkapnya.

Pola belanja furnitur dan renovasi rumah, termasuk pintu melalui gawai atau belanja online juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Dalam hal belanja rumah tangga, pandemi mengakibatkan adanya fenomena reorganisasi signifikan belanja rumah tangga akibat pandemi. Yaitu peralihan dari hiburan, pariwisata dan transportasi, ke sektor lain seperti produk teknologi dan kebutuhan menata atau renovasi rumah, kata Menperin.

"PT. Woodone Integra Indonesia tentu telah memahami besarnya pasar konsumen dalam negeri Indonesia maupun pasar ekspor. Dukungan bahan baku dan permesinan yang canggih, efisien dan ramah lingkungan diharapkan dapat menunjang kelancaran produksi kedepannya. Perusahaan tersebut pada hari ini juga melakukan ekspor ke-1000 untuk pintu kayu sejumlah tiga container dengan nilai mencapai USD120.000. Pada bulan Maret 2021, perusahaan telah mengirimkan sejumlah 35.450 set pintu serta 3.570 set tangga/BC.

Perusahaan tersebut masih berpeluang untuk meningkatkan produksinya. Guna mendorong terus tumbuhnya investasi pada industri furnitur di tanah air, Kementerian Perindsutrian juga terus memberikan fasilitas kemudahan iklim berusaha terutama antisipasi penyediaan faktor-faktor produksi utama yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja. Pemerintah mendorong agar Woodone bisa memproduksi hingga 100.000 set pintu per bulan.

Thursday, September 20, 2018

Viral! Inilah Fakta Bisnis Bakso Tusuk Yang Menguntungkan Itu


Ketika mendengar kata bakso, mungkin kita akan terbayang pada makanan berkuah yang disajikan dalam mangkuk, dan memakai mi beserta sayur sebagai pelengkap. Namun, berbeda dengan yang disajikan oleh Sainah (51), warga Padukuhan Miri, Sriharjo, Imogiri, Bantul. Bakso buatannya tidak memakai kuah, namun hanya ditusuk dalam sebatang lidi yang telah dihaluskan. Varian yang dikembangkannya pun beraneka macam, dari mulai bakso tusuk bakar, goreng hingga rebus. Ada juga yang dibalut tahu, menjadi tahu bakso.

Bisnis jajanan yang dijual Sainah memang tampak sepele. Namun, siapa sangka, di warung miliknya yang terletak di jalan Siluk Imogiri, Rt 04, Sriharjo, Bantul, dari bisnis bakso tusuk itu ia mampu meraup omzet Rp8 juta hingga Rp10 juta setiap harinya. Dari bisnis jajanan ini pula, perempuan sederhana ini mampu mempekerjakan 24 karyawan.

Dikutip dari situs Antara, Sainah merupakan salah satu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah mandiri. Sainah yang merupakan warga Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta kemudian menceritakan kisah jatuh bangun membesarkan usaha bakso tusuk hingga sukses seperti sekarang. Semua berawal ketika bergabung menjadi peserta PKH pada 2009.

Sebelumnya Sainah menjadi korban bencana gempa bumi yang terjadi di daerah tersebut sehingga suami yang bekerja sebagai buruh harian kehilangan pekerjaan. Sebagai ibu rumah tangga, Sainah mulai berpikir untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan tempura kecil-kecilan dengan juragan. Ia mulai mencari informasi dan akhirnya mengajukan diri untuk menjadi peserta PKH. Setelah menjadi peserta, tidak lama ia mendapatkan bantuan modal usaha melalui program Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Kementerian Sosial sebesar Rp1 juta. Modal usaha tersebut ia manfaatkan untuk berinovasi membuat bakso tusuk. "Saya bikin bakso tusuk yang belum ada sama sekali di daerah saya dan ini ide saya sendiri," kata ibu tiga anak tersebut.

Saat ini ia sudah keluar dari kepesertaan PKH secara mandiri. Berkat kesuksesannya, ia menjadi narasumber kegiatan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan usaha yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menginspirasi para peserta PKH lainnya. Bu Sainah adalah salah satu peserta PKH yang sabar dan tidak ingin segera menggunakan bantuannya, tapi digunakan untuk pengembangan.

Warung Sainah memang tidak terlalu besar. Bercat hijau dan ruangannya bersekat dan ada dapur tempat pengolahan adonan bakso, tempat pengorengan dan pembakaran bakso dan ada pula ruangan cukup lebar berisi meja kecil tertata yang beralaskan tikar, tempat para pengunjung.

Sainah menceritakan, awal mula dirinya terjun dalam dunia usaha yang ia mulai sejak tahun 2007 silam. Awalnya, ia mengaku hanya berjualan tempura keliling menggunakan sepeda ontel. Pada tahun 2007 Sainah jualan tempura pakai sepeda, keliling kampung-kampung, sekolahan. Tempura itu diambil dari orang, setiap hari sistemnya setoran. Setiap hari kadang dapat Rp. 100 ribu sampai Rp. 150 ribu, itu uangnya buat setoran. Paling sisa bersih Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu. Hal itu ia lakoni selama hampir dua tahun.

Hingga suatu ketika, nalurinya untuk bangkit muncul. Ia mulai sharing kepada temannya sesama penjual keliling. Dari obrolan santai itu, Sainah mengaku mendapat masukan banyak dari teman-temannya, bahkan ada yang dengan senang hati bersedia mengajari cara membuat bakso. Padahal waktu itu Sainah belum tahu sama sekali cara membuat bakso.

Pertama kali Sainah mulai mencoba membuat bakso sendiri, dimulai pada tahun 2009. Waktu itu kebetulan ia bertemu dengan seorang teman yang menyarankan untuk masuk dalam anggota Program Keluarga Harapan (PKH). Dari program ini Sainah mendapat bantuan modal Rp1 juta. Uang Rp1 juta itu, bukan untuk belanja namun digunakan untuk kredit freezer sebesar Rp 500 ribu dan sisa Rp 500 ribu ia simpan. Dari uang simpanan Rp500 ribu itu, Sainah ambil untuk membeli tepung dan daging sebagai bahan pembuatan bakso sebesar Rp 40 Ribu. Belanja dengan uang Rp 40 Ribu, Sainah mampu memproduksi bakso sebanyak satu kilo. Bakso satu kilo itu dijajakan keliling dan baru habis selama 3 hari. Uangnya dapat Rp 80 ribu.

Sainah tampak haru ketika harus mengenang pedihnya pertama mulai merintis usaha. Kendati perputarannya sangat lamban, sampai tiga hari, ia mengaku tetap bersyukur lantaran bakso miliknya masih bisa laku terjual. Uang hasil penjualan itu dibelanjakan semuanya, biar muter makin besar makin besar. Lambat laun, perputaran hasil penjual bakso itu makin cepat dan terus membesar.

Meski bisnisnya kian hari terus membesar, bukan berarti ia tak memiliki rintangan. Sainah mengaku sering dicemooh banyak orang karena bakso yang ia jual dianggap aneh karena ditusuk dan tak berkuah. Kata orang orang, “masa bakso kok ditusuk, dicocol sambal?"  Namun, cemooh yang ia dapatkan selalu ia balas dengan senyuman.
“Kalau mau nyicip bakso tusuk saya boleh, nggak usah bayar nggak apa-apa," tutur Sainah waktu itu kepada orang-orang yang mencemoohnya.

Strategi ini ternyata membuahkan hasil. Usai mencoba bakso tusuk miliknya, orang-orang yang sempat mencemooh semakin ketagihan untuk membeli. Hasil dari kerja keras dan kegigihan yang dilakukan, bakso tusuk Sainah kini laku pesat. Bahkan ia sudah membuka cabang di beberapa tempat. Cabangnya ada di kampus institut Seni Indonesia (ISI), di Ganjuran, di Sewon, di Mrican SMK 2 Depok, dan depan kampus UII Kaliurang.

Untuk menjalankan usahanya, Sainah dibantu oleh 24 karyawan untuk membantu proses pembuatan dan penjualan bakso tusuk. Tingginya permintaan pasar, setiap hari Sainah mengaku mampu menghabiskan tepung sebanyak 80 kilogram, daging ayam 80 kilogram, dan daging sapi 12 kilogram. Omzetnya kalau hari biasa Senin sampai Kamis Rp 7 juta sampai Rp 8 juta. Kalau hari Jumat, Sabtu dan Minggu bisa Rp 10 Juta setiap harinya.


Usaha Bakso Tusuk Yang Menguntungkan

Ali pengusaha Bakso Tusuk memulai usaha pada tahun 2000 dengan modal awal Rp 90 ribu. “Alhamdulillah usaha ini saya jalani dengan tekun dan makin hari jualan bakso tusuk saya bertambah maju dengan tambahan armada gerobak hingga kini sekarang sudah ada 11 gerobak ,”ujar Ali.

Awal mula usaha Kamaludin sebelum membuka Wirausaha Bakso Tusuk dari Bekasi, Jawa Barat adalah dengan berjualan roti keliling. Ia kemudian beralih ke Bakso Tusuk karena usaha rotinya sepi. Ali, panggilan Kamaludin memulai usaha bakso tusuk berkat pemberian saudaranya untuk melanjutkan usaha bakso. Usaha itu dinamai Bakso Tusuk Kuah karena sesuai dengan bentuk dan kemasannya yaitu bakso yang ditusuk lalu diberi kuah dan ditambahkan bumbu lainnya seperti kecap dan sambal sesuai selera. Usaha Bakso Tusuk Ali dipasarkan pagi hari disekolah-sekolah lalu setelah menjelang siang  keliling hingga malam atau sampai dagangan habis.
Untuk pengolahan dan peracikan bumbu, Ali hanya dibantu Istrinya, Dian Rahmawati dan saudaranya, sedangkan untuk pemasaran dibantu oleh karyawan sebanyak sebelas orang. Dalam sehari Bakso Tusuk produksi Ali bisa menghasilkan puluhan bakso yang bahan dasarnya dari bahan asli tanpa pengawet seperti Ikan Tuna dan bahan lainnya. Rata-rata setiap hari Ali sanggup membuat bakso enam ember dengan masing-masing ember berisi bakso kira-kira 1000- 2000 butir. Bahan ikan tuna untuk baksonya dipilih karena harganya yang lebih miring sehingga terjangkau dan ia bisa mendapatkan untung lebih. Sementara jika menggunakan bahan selain ikan Tuna, ia mengaku tidak sanggup karena mahal dan harga produksinya melambung. Namun yang terpenting, bakso tusuk Ali tidak menggunakan bahan pengawet sehingga sangat sehat. Ali pun meyakini usaha Bakso Tusuk produksinya lebih unggul dan enak dibandingkan usaha makanan lainnya terbukti konsumennya setiap hari bertambah dan orderan untuk pesanan bertambah.
Harga Bakso Tusuk Ali dibandrol Rp 2000 per porsi dengan isi enam butir bakso. Persaingan usaha oleh sesama pengusaha bakso tusuk diakui oleh Ali tidak ada, sebab ia mengakui karena masing-masing sudah memiliki pasarnya. ”Karena secara tidak langsung pedagang Bakso Tusuk sudah memilik lahan atau tempat masing untuk memasarkan dagangannya dan kami menyadari itu semua tanpa harus ada peraturan atau perjanjian macam itulah dengan kata lain kita sudah saling kompromi antar pedagang. Soal kendala menjalankan usaha Bakso Tusuk diakui Ali memang ada, dalam usaha kadang sepi pembeli kadang ramai.

Untuk menunjang dan meningkatkan produksinya Ali membeli sebuah Mesin Cetak Bakso tipe FM R280 dari Toko Mesin Maksindo Pulo Gadung Jakarta. Sebelumnya dalam memproduksi Bakso ia lakukan secara manual dengan mengandalkan tenaga tangan. Sebelum ada mesin, produksi Bakso butuh waktu yang lama dan terlalu menguras tenaga, hasilnya pun tidak memuaskan dan banyak pesanan dibatalkan. Tapi setelah adanya mesin itu sangat membantu produksi dengan hasil yang sangat signifikan, waktunya cepat, tidak menguras tenaga serta hasilnya pun lebih baik dan cetakan baksonya bagus dan sama. Dengan mesin itu semua pesanan yang datang  dapat teratasi dengan baik dan tidak lagi menolak rezeki yang datang keuntungannya pun berlipat ganda.

Untuk Usaha Bakso Tusuk Ali bisa meraup keuntungan mencapai puluhan juta dalam sebulan. Keuntungan kotornya bisa mencapai Rp 10 juta sedangkan sehari bisa dapat Rp 400 ribu -Rp 500 ribu dari sebelas gerobak yang dimiliki kalau semua jalan atau jualan.

Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018, tingkat kemiskinan di Tanah Air turun dan menjadi satu digit, yakni 9,82 persen dari populasi. Angka kemiskinan ini terendah dalam sejarah sejak krisis 1998. Menurut BPS, salah satu faktor yang berperan dalam penurunan angka kemiskinan tersebut adalah program Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang disalurkan dengan tepat waktu dan tepat sasaran.

SUMBER :

Tuesday, July 24, 2018

Inilah Making Indonesia 4.0.Menghadapi Revolusi Industri Generasi Ke-4


Sektor Unggulan

Presiden Joko Widodo telah meresmikan peluncuran peta jalan atau roadmap industri 4.0. yang disebut Making Indonesia 4.0. Lewat peta jalan tersebut, pemerintah akan mendorong pembangunan industri manufaktur untuk bisa berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri generasi ke-empat atau 4.0. Peta jalan itu akan menjadi tuntunan strategi pengembangan industri Indonesia dalam memasuki era digital yang sedang berjalan. Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab, Ekonom terkenal asal Jerman, dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartato di JCC Senayan, Jakarta, (Rabu, 4/4/2018) menjelaskan apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0 serta tujuan dari adanya industri tersebut. Di balik hadirnya Industri 4.0 tersebut, sejatinya revolusi industri ini dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu, revolusi industri pertama hadir dalam konteks steam engine atau mesin uap. Kemudian revolusi industri kedua pada saat otomotif general fort mebuat line production Indonesia masih hinda-Belanda. Revolusi industri ketiga diawali di tahun 90-an itu dengan mulai otomatisasi dan pada watu itu terjadi globalisasi.

Industri nasional membutuhkan konektivitas serta interaksi melalui teknologi, informasi dan komunikasi yang terintegrasi dan dapat dimanfaatkan. Hal itu untuk bisa mencapai efisiensi dan peningkatan kualitas produk. Roadmap yang dinamakan Making Indonesia 4.0 itu, bakal memberikan suatu arah yang jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan Iima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan. Penyusunan peta jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, muIai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendldikan.

Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada Iima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik. Sektor ini dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan Implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri Iain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar. Dengan adanya komitmen serta partisipasi aktif dari seluruh pihak tersebut, implementasi Industri 4.0 di Indonesia bisa berjalan sukses dan sesuai sasaran. Dengan implementasi roadmap tersebut, kata Airlangga, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 2% pertahun. Bila demikian, maka industri manufaktur akan berkontribusi sebesar 21-26% terhadap PDB pada tahun 2030.

Pada saat itu, globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Dalam rapat APEC tahun 90-an, disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai di tahun 2020. Saat ini yang namanya revolusi industri ke 4 dimulai dengan revolusi internet yang dimulai pada tahun 90-an. Tahun 90-an belum tahu kalau internet efeknya akan seperti hari ini. Hari ini seluruh negara di dunia baru melihat apa efek dari Internet of things.

Pemanfaatan Internet of things ini pertama kali dilakukan oleh Jerman. Jerman pula lah yang mengglobalkan istilah industri 4.0. Jadi industri 4.0 mengikat kepada industri di Jerman, Presiden melihat berkali-kali bahwa kita harus punya roadmap ke sana. Setelah pertemuan G20 di China, Presiden ke Alibaba dan saat itu kita sering membahas ekonomi digital dan roadmap. Untuk itulah, disusun roadmap industri 4.0 dengan bantuan sejumlah pihak. Dengan adanya roadmap itu, diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global, serta dapat menjadikan Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia di 2030.

Implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2% per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5% menjadi 6-7% pada periode tahun 2018-2030. Sejak saat itu kemenperin mengundang Fraunhover yang menginiasi di Jerman kemudian bekerjasama dengan JETRO, JICA, dan secara khusus dengan AT Kearney untuk menyusun seluruh roadmap dan roadmap itu hari ini sudah kita selesaikan dan kami sampaikan kepada Bapak Presiden.

Indonesia telah menyiapkan lima sektor industri yang akan menjadi percontohan dalam implementasi Industri 4.0. Ini sesuai yang akan dijalankan pada roadmap Making Indonesia 4.0, yaitu industri otomotif, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, serta kimia. Jadi ada unggulannya atau champion, sehingga industri lain bisa melihat dan mencontoh. Misalnya, di industri otomotif, sebagian pabrik sudah melakukan otomatisasi. Langkah selanjutnya, yang terpenting adalah melihat prospek pasar saat ini, terutama untuk ekspor. Memperluas pasar ekspor itu tergantung dari jenis kendaraan. Kendaraan di seluruh dunia, permintaan besarnya adalah jenis sedan. Sedangkan di Indonesia lebih mengembangkan yang tujuh bangku, sehingga perlu ada penyesuaian.

Presiden Joko Widodo (Rabu, 4/4/2018) saat membuka Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), mengungkapkan Revolusi Industri 4.0 atau industri generasi ke empat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi serta internet. Guna mewujudkan industri generasi ke empat, pemerintah merancang Making Indonesia 4.0 yang memuat sejumlah inisiatif untuk diterapkan. Salah satu garis besar dari inisiatif dimaksud adalah mempersiapkan tenaga kerja yang andal serta keterampilan khusus untuk penguasaan teknologi terkini.

Pemerintah telah mengelompokkan lima industri utama yang disiapkan untuk Revolusi Industri 4.0. Lima industri yang jadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. Lima industri tersebut diharapkan membawa efek yang besar terhadap daya saing dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia pada 2030. Lima sektor tersebut juga dinilai akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi. Kelima jenis industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung dalam rangka meningkatkan daya saing yang sejalan dengan perkembangan industri generasi ke empat.

Menteri Perindustrian (KEMENPERIN) Airlangga Hartanto pada acara Diklatda HIPMI JAYA di Jakarta, (Kamis, 12/4/2018) menyebut gelaran Indonesia Industrial Summit 2018 akan jadi ajang Kementerian Perindustrian bersama pemangku kepentingan untuk mendiskusikan kesiapan Indonesia menuju Revolusi Industri 4.0. Indonesia berpeluang besar menjadi pemain kunci di kawasan Asia dalam upaya mengimplementasikan Industri 4.0. Faktor utama yang dapat mempengaruhi pengembangan di era digital tersebut antara lain adalah pasar dan talent. Saat ini pengguna internet di Indonesia jumlahnya mencapai 143 juta orang. Ini merupakan sebuah potensi pasar yang besar. Kemudian, talent itu kita miliki dari seluruh universitas yang ada, di mana di Indonesia jumlahnya terbanyak di ASEAN.

Kemudian modal yang telah dimiliki Indonesia menjadi kesiapan memasuki era perubahan di Industri 4.0. Terlebih lagi, generasi millenial akan memiliki peranan penting karena merekalah pengguna dominan dari teknologi yang menjadi ciri khas revolusi industri keempat, yaitu internet. Komposisi pengguna internet yang usianya 19-34 tahun, merupakan yang terbanyak dengan mencapai 49,5 persen. Mereka berinteraksi atau melek teknologi melalui smartphone.

Kompetensi Sumber Daya Manusia

Dalam pelaksanaan Industri 4.0, dipastikan manusia tidak akan tergantikan oleh robot. Karena sejak revolusi industri ketiga sudah otomatisasi. Sedangkan pada industri 4.0, industri yang sudah terotomatisasi tersebut terhubung dengan internet of things, sehingga pengontrolan data lebih efisien, efisiensi mesin lebih baik, dan efisiensi ini bisa dipacu hingga 99 persen. KEMENPERIN tengah gencar mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia Indonesia agar menguasai teknologi digital. Salah satu langkahnya adalah melalui program vokasi SMK dan industri serta untuk memacu politeknik melalui program skill for competitiveness.

Kepada para pengusaha muda untuk dapat mengambil kesempatan di era digital saat ini. Peluang masih terbuka luas, karena industri membutuhkan peluang yang namanya economies of scale. Seperti industri rumahan saat ini, sudah bisa menjangkau pasar, tidak harus mampu sewa tempat di mall terlebih dulu. Maka itu, para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) diminta bisa memanfaatkan beberapa fasilitas taman teknologi yang dibangun oleh KEMENPERIN.

Misalnya di Bandung Techno Park, mereka bakal memperoleh program pembinaan dan pelatihan guna pengembangan inovasi dan daya saing produknya. Mereka bisa memakai gedung tersebut sampai mempunyai revenue. Setelah mempunyai revenue, mereka bisa sewa di tempat yang lain.

Selain itu, KEMENPERIN juga memiliki Bali Creative Industry Center (BCIC), di mana produk-produk yang dihasilkan mereka telah dipasarkan. Melalui techno park itu Kemenperin ingin terus mendorong inovasi, termasuk didukung adanya Apple Center di Bumi Serpong Damai, dan janjinya akan dibangun lagi di daerah lain.

Apple menganggap Indonesia merupakan negara ketiga sesudah Brasil dan Italia atau menjadi negara pertama di Asia, sebagai lokasi mereka membangun pusat inovasi. Dengan ditopang oleh fasilitas tersebut, Indonesia bisa meng-create the new Silicon Valley. Ini merupakan potensi kita yang ada di tangan seluruh para pengusaha kita, terutama generasi muda, termasuk HIPMI yang akan menjadi tulang punggung the new economy Indonesia.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Jakarta, (Senin, 16/4/2018) mendorong kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Salah satunya adalah dengan menggenjot vokasi atau pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Kemudian politeknik. Saat revolusi industri 4.0, kebutuhan skill baru sangat berperan. Sehingga, nantinya dibutuhkan berbagai pelatihan dan kursus di bidang Internet of Things (IoT). Karena itu, pemerintah akan mendorong agar IoT ini bisa lebih terbuka lagi. Jadi nanti, perguruan tinggi akan didorong mata kuliah wajib berikutnya. 

Ada banyak profesi yang dibutuhkan pada era digitalisasi atau revolusi industri 4.0 ini. Misalnya untuk e-commerce dibutuhkan seperti call center, customer service, dan lainnya. Salah satu skill atau kemampuan paling banyak dibutuhkan adalah coding atau pengkodean di bidang informasi teknologi (IT). Jadi kalau untuk Internet of Things atau digitalisasi itu, masalah koding ini menjadi penting. Bidang lain yang paling banyak dibutuhkan adalah analisa data atau artificial intelligence. Dan yang menjadi kunci adalah statistik.

Pemerintah juga akan mengembangkan industri-industri yang memiliki nilai tambah tinggi, salah satunya adalah industri elektronik untuk smartphone seperti di Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Karena itu, tantangan pemerintah Indonesia selanjutnya adalah kesempatan re-skilling pada digitalisasi.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Innofest ID 2018 di Kementrian Perindustrian, (Selasa, 24/7/2018) megatakan dalam inisiatif Making Indonesia 4.0, telah ditetapkan 5 sektor industri prioritas untuk implementasi sistem Industri 4.0. Kelima sektor ini adalah sektor industri yang telah memiliki kesiapan dan berpotensi memberikan daya ungkit besar dalam capaian aspirasi yang ditetapkan. Sektor-sektor industri yang dimaksud adalah industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia serta industri tekstil dan produk tekstil. Sektor-sektor tersebut menyumbang 60 persen PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur dan 60 persen pekerja manufaktur.

Selain penetapan sektor prioritas beserta strateginya, ditentukan pula strategi persiapan dan penerapan Industry 4.0 yang bersifat lintas sektoral. Inisiatif strategis persiapan dan penerapan Indusry 4.0 yang bersifat lintas sektoral yakni reoptimalisasi supply chain, membangun infrastruktur digital secara nasional, meningkatkan SDM industri khususnya di bidang kompetensi digital dan kewirausahaan, memicu peningkatan inovasi melalui insentif dan mengoptimalkan kebijakan dan regulasi di sektor industri.

Sehingga nantinya Indonesia bisa menjadi champions atau pemenang, dalam era digitalisasi ini.

SUMBER :

Thursday, July 05, 2018

Selamat, Akhirnya Indonesia Menjadi Pemilik Saham Mayoritas PT Freeport


Salah satu kesepakatan divestasi yang dilakukan antara Pemerintah Indonesia dan Freeport-McMoran adalah saham mayoritas yakni 51% akan dipegang PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan sisanya Freeport-McMoran. Meski demikina, PT Freeport Indonesia tetap menjadi operator di Tambang Grasberg, Papua.

Dalam perjanjian yang dilaksanakan pada 27 Agustus 2017 silam, PT Freeport Indonesia bersama pemerintah menyepakati sejumlah poin. Pertama, PT Freeport Indonesia sepakat sahamnya sebesar 51 persen dikuasai Indonesia. Kemudian PT Freeport Indonesia sepakat membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter selama lima tahun hingga Oktober 2022, lalu landasan hukum PT Freeport Indonesia akan menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK), bukan lagi berstatus kontrak karya (KK). Disepakati juga penerimaan negara secara agregat nanti akan lebih besar dibanding penerimaan melalui KK selama ini. Jika PT Freeport Indonesia menjalankan perjanjian tersebut, mereka akan menerima perpanjangan izin operasional hingga tahun 2041 mendatang. Tahapan pencaplokan saham PT Freeport Indonesia tetap berlangsung sesuai rencana. Prosesnya juga masih berlangsung sampai saat ini, dan masih didasarkan dari perjanjian awal.

Setelah proses divestasinya rampung, Indonesia yang saat ini hanya memiliki kurang dari 10 persen saham Freeport Indonesia, akan bertambah menjadi 51 persen. Sementara, Freeport-McMoRan hanya memegang 49 persen. Saham Indonesia diwakili oleh Inalum. Induk usaha (holding) BUMN pertambangan dan juga menggandeng pemerintah daerah, tempat tambang Freeport Indonesia beroperasi yaitu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Papua yang akan mendapat jatah saham sebesar 20 persen dari bagian saham Inalum di Freeport Indonesia.

Menteri ESDM Ignasius Jonan di Gedung DPR RI, Jakarta, (Selasa 5/12/2017) mengatakan sudah dibuat dasar hukum untuk mengakuisisi saham Freeport Indonesia. Sudah legal drafting, perjanjian akuisisi untuk capai 51%. Pemerintah akan beli participating interest Rio Tinto dalam PT Freeport Indoneska sebanyak 40%. Pengambilalihan 40% participating interest (PI) Rio Tinto selanjutnya dikonversi menjadi saham. Konversi ini membuat persentase saham pemerintah di Freeport Indonesia sebesar 9,36% terdelusi menjadi sekitar 5%. Selanjutnya, 9,36% saham Indocopper Investama di Freeport Indonesia juga akan diakuisisi pemerintah. Persentase saham Indocopper Investama juga akan mengalami delusi menjadi 5% akibat dikonversinya PI Rio Tinto 40% menjadi saham.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan sambutan dalam acara tersebut, (Jumat, 12/1/2018) mengatakan Presiden Joko Widodo telah memberikan target divestasi saham PT Freeport Indonesia harus rampung bulan Juli 2018. Pemerintah pusat melaksanakan tanda tangan perjanjian dengan Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Mimika untuk kepemilikan 10 persen setelah divestasi saham PT Freeport Indonesia dilaksanakan. Porsi 10 persen itu disepakati untuk menyejahterakan kawasan dan warga Papua yang selama ini terdampak kegiatan Freeport. Kesepakatan antara pemerintah dan PT Freeport Indonesia tercapai pada pada 27 Agustus 2017.

Gubernur Papua Lukas Enembe di KEMENKEU Jakarta, (Jumat 12/1/2018) mengatakan, hal ini sangat membanggakan. Terlebih, sejak PTFI di Papua, baru kali ini pemerintah pusat memberikan kepercayaan pada pemerintah daerah. Intinya bahwa kita pemerintah provinsi, kabupaten, sejak Freeport ada di Papua, baru pemerintahan Jokowi yang memberikan kepercayaan pada rakyat Papua. Hal itu merupakan perhatian pemerintah pusat ke Papua. Terlebih, Papua mendapat imbas langsung dari kegiatan usaha PTFI. Intinya rakyat di daerah tambang, penduduk asli wilayah itu kena dampak yang harus diperhatikan.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menuturkan, penyerahan 10 persen saham PTFI ke Papua merupakan bentuk perhatian pemerintah ke daerah. Papua bagian daripada otonomi daerah, bagian daripada otonomi khusus tidak mempermasalahkan, dan jelas pemerintahan Pak Jokowi-lah memperhatikan Papua. 10 persen itu dari 51% total milik Indonesia.

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin di Kementerian Keuangan, Jakarta, (Jumat 12/1/2018) mengatakan Pemerintah menargetkan pengambilalihan saham PT Freeport Indonesia (PTFI) sebesar 51% rampung pada Juni 2018. Tahun 1996 ada tandatangan antara Freeport Indonesia dan Rio Tinto di mana ada pembagian revenue sharing. Langkah ini dilakukan sebagai salah satu upaya memuluskan jalan pemerintah dalam mengakuisisi saham Freeport Indonesia hingga 51%. Proses pengambilalihan 51% saham Freeport Indonesia dilakukan pemerintah dengan mengakuisisi hak participating interest (PI) Rio Tinto perusahaan tambang multinasional asal Australia, yang sebesar 40% dalam pengolahan tambang Grasberg. Pengambilalihan 51% saham Freeport ini juga dilakukan dengan mekanisme korporasi tanpa membebani APBN dan APBD. Koprorasi Holding BUMN Pertambangan yang dipimpin Inalum dan bekerjasama dengan BUMD bentukan Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Mimika yakni PT Papua Divestasi Mandiri. Supaya tidak dipecah-pecah kepemilikannya. Supaya total kepemilikan Indonesia tetap merupakan mayoritas. Kalau masuk sendiri-sendiri akibatnya kepemilikan masing-masing bisa lebih kecil dari kepemilikan dari Freeport McMoran.

Pemerintah telah menyelesaikan tahap demi tahap proses negosiasi pengambilalihan 51% saham PT Freeport Indonesia, setelah tahapan penting untuk sepakat memberikan 10% saham untuk Pemerintah Daerah Papua. Terlaksananya pemberian 10% saham kepada Papua menjadi tanda bahwa Inalum segera membentuk perusahaan konsorsium bersama BUMD yang dibentuk oleh Pemrov Papua dan Pemkab Mimika, salah satu tahapan penting, di mana isu mengenai kepemilikan daerah dan nasional bisa di-solved. Tahapan selanjutnya, yaitu mengenai struktur transaksi, juga sudah diselesaikan negosiasinya oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM. Dengan segenap tahapan yang sudah diselesaikan, maka babak baru yang diperjuangkan mengenai hak dan tanggung jawab (right and responsibility). Di mana pada tahap ini biasanya menentukan siapa yang bakal menjabat sebagai apa. Setelah itu, baru masuk pada tahapan perhitungan valuasi divestasi saham Freeport Indonesia. Jadi, tahapan pertama ini major milestone, sudah berhasil.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, proses pengambilalihan saham melalui Rio Tinto masih berjalan dan tidak bisa sembarang diinformasikan kepada publik, mengingat perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan terbuka di level global. Namun, 51% saham akan dimiliki Indonesia. Proses untuk mendapatkan 51% termasuk apakah melalui PI yang nanti dikonversi jadi saham itu adalah proses yang sedang kami diskusikan dan di dalam proses negosiasi dengan pihak-pihak terkait. Yang jelas, 51% sesuai instruksi bapak presiden adalah non negotiable, menuju ke situnya dan timeline-nya akan segera kita umumkan dalam satu paket begitu sudah selesai.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Bambang Gatot Aryono, di Hotel Dharmawangsa, (Rabu, 16/3/2018) mengatakan Pemerintah belum bisa memutuskan nilai valuasi saham divestasi yang ditawarkan PT Freeport Indonesia. Valuasi saham dilakukan oleh Tim Penyelesaian Divestasi yang terdiri dari lintas instansi. Tim tersebut terdiri dari Kementerian Koordinasi bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Sekretariat Kabinet. Tim Divestasi sudah terbentuk sekal 4 Maret 2016. Tim lintas kementerian itu masih membahas parameter perhitungan valuasi saham Freeport. Belum ada kesepakatan parameternya. Parameter yang belum disepakati terkait perhitungan masa tambang Freeport apakah hingga 2041 atau cukup tahun 2021 saja. Pasalnya, kontrak karya Freeport berakhir pada tahun 2021 dan masih berhak diperpanjang dua kali yang masing-masing selama 10 tahun. Namun, nilai saham US$ 1,7 miliar yang ditawarkan Freeport menggunakan umur tambang hingga 2041. Selain itu, yang belum disepakati Tim Divestasi mengenai mekanisme perhitungan saham apakah menggunakan nilai pasar atau tidak. Saat ini Pemerintah Indonesia telah menguasai 9,36% saham Freeport. Tahun ini Freeport wajib melepaskan 10,64% lagi sahamnya. Sementara, sisa saham sebesar 10% lagi wajib dilepas hingga 2019.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno saat halalbihalal, (Sabtu, 30/6/ 2018) mengatakan dalam negosiasi itu, kedua belah pihak sepakat akan membentuk perusahaan patungan (joint venture). Sementara penandantanganan perjanjian pembentukan perusahaan patungan selesai dua pekan lagi, beberapa hal harus diselesaikan, seperti perpajakan dan lingkungan hidup yang selama ini dilakukan Freeport Indonesia. Perusahaan patungan yang diharapkan bisa dikelola secara transparan dan profesional tersebut dapat memberikan manfaat kepada pemegang saham dan masyarakat setempat. Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) juga harus ditingkatkan. Proses divestasi sudah memasuki tahap final dan sudah ada kesepakatan mengenai nilai transaksinya. Angka tawaran ini juga dikatannya. Nilai final negosisasi yang sudah diajukan ke Presiden Joko Widodo terakhir hampir US$ 4 miliar lah, antara US$ 3,5 miliar ke US$ 4 miliar.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno di Jakarta (Rabu, 4/7) mengatakan Freeport Indonesia akan menjadi perusahaan patungan (joint venture) Indonesia dan Freeport-McMoRan. Kesepakatan usaha bersama (Joint Venture Agreement) itu untuk me-manage PT Freeport Indonesia. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media, Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, pendanaan dari akuisisi ini berasal dari Konsorsium Inalum.

Awal Peluang Divestasi

Berdasarkan PP Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Kegiatan Usaha Penambangan Mineral dan Tambang (Minerba), Freeport harus menawarkan sahamnya kepada pemerintah, setahun setelah PP diterbitkan pada 14 Oktober 2014. Jadi, Freeport harus melakukan divestasi saham mulai 14 Oktober 2015. Namun, pemerintah memberikan tenggat waktu 90 hari bagi Freeport untuk mengajukan penawaran saham atau berakhir pada 14 Januari 2016. Beleid tersebut menitahkan, hingga tahun 2019 Freeport harus melakukan divestasi saham sebesar 30%.

Pada 14 Januari 2016, PT Freeport Indonesia telah mengajukan penawaran resmi divestasi saham kepada pemerintah Indonesia. Tanggal tersebut merupakan deadline atau batas akhir bagi Freeport Indonesia untuk mengajukan penawaran divestasi saham. Hal itu sesuai


Pada PP Nomor 77 Tahun 2014, pemerintah Indonesia harus memberikan jawaban atas penawaran saham yang diajukan Freeport Indonesia dalam waktu 60 hari. Artinya, pada 14 Maret 2016 atau terhitung sejak 14 Januari 2016, pemerintah harus memberikan keputusan terkait penawaran divestasi saham yang disodorkan Freeport. Namun, menilik pada pernyataan Bambang Gatot, pemerintah sepertinya tidak bisa memberikan jawaban sesuai ketentuan PP 77/2014 atas penawaran saham 10,64% yang diajukan Freeport Indonesia. Persoalannya, nilai penawaran yang dilayangkan produsen tambang emas asal Amerika Serikat (AS) itu cukup fantastis. Di dalam surat penawaran tersebut, Freeport menyampaikan, saham 100% FI seharga US$ 16,2 miliar atau sekitar Rp 225,18 triliun dengan hitungan kurs Rp 13.900 per dollar AS. Dengan demikian, nilai saham divestasi sebesar 10,64% kira-kira US$ 1,72 miliar atau Rp 23,91 triliun.

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Aloysius Kiik Ro (KONTAN, Rabu, 16/3/2018) mengatakan, Kementerian BUMN sudah memiliki hitungan sendiri mengenai harga wajar Freeport terhitung sampai kontraknya berakhir. Sudah ada hitungannya. Yang pasti pembeli harus nawar murah dan penjual bisa nawar mahal. Maka jika kajian hasil divestasi sudah ditentukan, akan diberikan kesempatan kepada BUMN pertambangan untuk mengelola divestasi saham Freeport tersebut seperti PT Indonsia Asahan Alumilunium (Inalum), PT Aneka Tambang (Antam), PT Bukit Asam (PTBA), dan PT Timah (Tbk) yang tergabung dalam konsorsium pertambangan. Siapa-siapa saja yang akan mengelola sesuai dengan bidangnya, memang urutannya Pemerintah dulu lalu BUMN. Penawaran itu biasanya 60 hari setelah tim dibentuk.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil, (KONTAN, Jumat, 15/1/2018) mengatakan pemerintah kemungkinan tidak akan membeli saham yang ditawarkan Freeport Indonesia. Alasannya, pemerintah saat ini merasa tidak punya dana untuk membeli saham anak usaha Freeport McMoran tersebut. Kalaupun punya uang, pemerintah juga tidak akan membeli. Uang akan digunakan untuk membangun infrastruktur. Karena itu, pemerintah menyerahkan pembelian saham Freeport pada BUMN. Tentu sebelum melakukan itu, harga juga harus dievaluasi kembali. Namun, jika memutuskan membeli 10,64% saham Freeport, maka kepemilikan saham pemerintah Indonesia di Freeport bakal mencapai 20%.

Saham pemerintah Indonesia sebanyak 9,36% di Freeport sebelumnya diperoleh sejak Kontrak Karya (KK) generasi pertama Freeport ditandatangani di masa rezim Soeharto pada tahun 1967. Demi menguasai ladang emas Grasberg di tanah Papua, Freeport “rela” mengabulkan sejumlah tuntutan Pemerintah Soeharto di dalam kontrak, seperti kenaikan pajak, pembangunan smelter, dan divestasi saham secara bertahap hingga 51% kepada perusahaan nasional. Jadi, sebelum Kontrak Karya perpanjangan itu ditandatangani, sebanyak 90,64% saham PT Freeport Indonesia dimiliki oleh Freeport McMoran Copper & Golden Inc. Sisanya sebesar 9,36% dimiliki oleh pemerintah Indonesia.

Peluang pemerintah untuk upaya memperbesar porsi kepemilikan saham Freeport terbuka ketika pemerintah meneken kontrak karya baru Freeport pada 30 Desember 1991. Sejak perpanjangan KK Freeport pada 1991, saham perusahaan tambang itu menjadi incaran investor.

Pemilik usaha Bakrie Group, Aburizal Bakrie, lewat entitas bisnis Bakrie Brothers, berhasil meneken kesepakatan “pembelian” 10% saham Freeport. Kesepakatan itu dilakukan hanya selang sehari setelah KK Freeport diperpanjang Pemerintahan Soeharto pada Desember 1991. Berdasarkan riset KONTAN, Bakrie Brothers menguasai saham Freeport senilai US$ 213 juta. Namun, mantan Menteri Koordinator Perekonomian di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu hanya membayar US$ 40 juta. Sisanya sebesar US$ 173 juta berasal dari pinjaman Freeport. Setahun kemudian, Ical justru melego kembali 4,9% sahamnya kepada Freeport melalui PT Indocopper Investasma. Saat itu, Freeport membeli 49% saham Indocopper senilai US$ 211,9 juta di pasar modal. Pada 2002, Freeport membeli 51% saham yang tersisa di Indocopper dan menarik perusahaan itu dari lantai bursa. Alhasil, Freeport McMoRan kembali menguasai 90,64% saham Freeport Indonesia meski mengklaim telah melepas 18,72% sahamnya kepada pemerintah (9,36%) dan Indocopper (9,36%).

Sebelum dikuasai 100% oleh Freeport, Indocopper sempat dibeli oleh PT Nusamba, perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh yayasan-yayasan Soeharto (80%), putra sulung Soeharto, Sigit Harjojudanto (10%), dan Mohamad “Bob” Hasan (10%). Bakrie melepas 5,1% sahamnya di Indocopper kepada Nusamba seharga US$ 315 juta. Tetapi, Freeport menanggung US$ 254 juta, sedangkan Nusamba hanya menyetor US$ 61 juta.

Ketika KK Freeport diperpanjang pada tahun 1991, pada Pasal 24 KK tersebut mewajibkan Freeport melakukan divestasi dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah melepas saham ke pihak nasional sebesar 9,36% dalam 10 tahun pertama sejak 1991. Kemudian kewajiban divestasi tahap kedua dimulai tahun 2001, ketika Freeport harus menjual sahamnya sebesar 2% per tahun sampai kepemilikan nasional menjadi 51%. Jadi, untuk kewajiban divestasi tahap pertama sudah dilaksanakan. Sebanyak 9,36% saham Freeport telah dijual kepada PT Indocopper milik Grup Bakrie. Kendati, saham Indocopper itu dibeli kembali oleh Freeport Mc Moran.
Tahap kedua kewajiban divestasi urung dilaksanakan karena pada tahun 1994 pemerintahan Soeharto menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20/1994 yang mentebutkan bahwa saham anak usaha dari perusahaan asing boleh dimiliki oleh pihak asing hingga 100%. Maka dengan berlakunya peraturan itu menjadi ‘angin segar’ bagi Freeport untuk mangkir dari kewajiban divestasi.

Berdasarkan studi dari Deutsche Bank, valuasi 40% PI Rio Tinto sekitar US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp. 45 triliun dengan kurs Rp 13.700. Angka tersebut di bawah harga pasar yang seharusnya dibayarkan Indonesia nantinya melalui PT Inalum (Persero).

Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.24/2012 tentang Kewajiban Divestasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 51 persen. Kemudian, pemerintah memperkuatnya dengan Peraturan Menteri (Permen) . ESDM No. 27/2013 tentang Tata Cara dan Penetapan Harga Divestasi Saham serta Perubahan Penanaman Modal di Bidang Usaha Pertambangan Minerba. Freeport kerap berlindung dibalik alasan KK yang bersifat lex specialis untuk menghindar dari kewajiban divestasi minimum 51% saham seperti yang diamanatkan PP No.24/2012.

Menko Perkonomian Hatta Rajasa di kantornya, Jakarta, mengatakan, Freeport sudah mengirimkan surat tanggapannya terkait poin-poin yang terdapat dalam renegosiasi kontrak karya. Perusahaan tambang asal Negeri Paman Sam itu mengaku tidak siap melepaskan 51 persen sahamnya ke dalam negeri. Dari 51 persen divestasi yang diminta pemerintah, mereka siap 20 persen. Freeport akan segera melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Dalam suratnya, Freeport menyepakati poin renegosiasi, yakni pengembalian lahan, demikian pula dengan local content. Untuk royalti, mereka juga sudah oke sesuai Peraturan Pemerintah yang ada.

Dirjen Mineral Dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukyar menegaskan, Freeport belum menyepakati besaran divestasi. Belum ada pembicaraan. Yang jelas kalau dia nambang, harus 51 persen (divestasi). Kalau dia terintegrasi, menambang, mengolah, memurnikan, divestasinya 40 persen. Itu saja tawaran pemerintah. Freeport masih tidak mau melakukan divestasi saham. Alasannya, aturan tersebut hanya berlaku untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Karena itu, pemerintah mengejar divestasi saham Freeport dari renegosiasi.

Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ansari Bukhari mengatakan, industri strategis harus dikuasai negara sesuai amanat Undang-Undang (UU) Perindustrian. Dalam Pasal 84 UU Perindustrian dijelaskan, industri strategis adalah industri yang memenuhi kebutuhan penting bagi kesejahteraan dan menguasai hajat hidup orang banyak. Karena itu, seharusnya industri tambang dan migas dikuasai negara karena memberikan kesejahteraan dan menguasai hajat hidup orang banyak. Apalagi, migas dan tambang tidak bisa diperbaharui dan cadangannya akan habis. Karena itu sebaiknya sumber daya alam strategis itu dikuasai negara.

Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), Budi Gunadi Sadikin di Gedung DPR, Jakarta, (Senin, 29/1/2018) menyatakan, untuk menguasai 51 persen saham PT Freeport Indonesia harus menghadapi proses rumit. Alasannya tidak hanya melibatkan anak usaha Freeport McMoran itu. Freeport Indonesia menjalin komitmen dengan beberapa pihak terkait kepemilikan saham. Di antaranya hak partisipasi dengan Rio Tinto sebesar 40 persen dalam pengelolaan tambang Grasberg di Papua. Realisasi kondisi kepemilikan PT Freeport Indonesia sekarang cukup kompleks, karena ada keterkaitan pihak yang lain, enggak hanya Freeport Indonesia.

Head of Corporate Communication Inalum Rendi A Witular kepada detikFinance, Jakarta, (Senin, 19/3/2018) mengatakan pada 27 Agustus 2017 lalu, pemerintah dan Freeport McMoran (FCX) mencapai kesepahaman untuk melepas saham Freeport Indonesia hingga 51% kepada Indonesia. Selain itu, Freeport Indonesia juga berkomitmen membangun fasilitas pemurnian mineral alias smelter dalam lima tahun ke depan. Freeport Indonesia juga bersedia mengubah dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan mendapatkan jaminan operasi, serta pemerintah akan memberikan jaminan fiskal dan regulasi untuk Freeport Indonesia. Inalum tidak berdiam diri dan berkhayal dalam ikhtiar untuk menguasai 51% saham Freeport Indonesia. Sudah banyak melakukan perundingan dengan pihak FCX maupun Rio Tinto.

Setelah kesepakatan itu terjadi, pada 24 September 2017 pemerintah, Inalum, dan FCX melakukan pertemuan di mana FCX menawarkan struktur divestasi ke pemerintah. Pembahasan terkait struktur divestasi pun berlanjut pada 27 Oktober 2017. Pada 30 Oktober 2017, Kementerian BUMN, Inalum, dan Rio Tinto membahas 40% hak partisipasi Rio Tinto. Pembahasan serupa pun berlanjut pada 7 November 2017 terkait rencana konversi 40% hak partisipasi menjadi saham. Perundingan tersebut pun cukup rutin dilakukan di minggu-minggu berikutnya hingga pada 15-17 Desember 2017 disetujui struktur transaksi divestasi saham Freeport Indonesia.

Kemudian, pada 12 Januari 2018 pemerintah pusat mengalokasikan 10% dari rencana 51% saham Freeport Indonesia untuk Pemda Papua dan Mimika. Perundingan terkait seluruh aspek operasional Freeport Indonesia pun dibahas pada akhir Januari 2018 lalu dengan melibatkan pemerintah, Inalum, Rio Tinto, dan FCX.

Pada 18 Februari 2018 dilakukan rapat koordinasi antara Inalum dan tim penasihat keuangan untuk membahas hasil due diligence dan valuasi Freeport Indonesia. Kemudian pada 28 Februari Inalum melakukan penawaran kepada Rio Tinto terkait rencana akuisisi hak partisipasi. Pembahasan mengenai divestasi Freeport Indonesia juga dibahas dalam ratas kabinet di Istana terkait divestasi Freeport Indonesia.

Freepot Polemik Warisan Orde Baru.

PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.(AS). Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Pemegang saham PT. Freeport Indonesia adalah ; * Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (AS) – 81,28%; * Pemerintah Indonesia – 9,36%; * PT. Indocopper Investama – 9,36%. Bahan Tambang yang dihasilkan adalah –Tembaga; -Emas; -Silver; -Molybdenum; dan –Rhenium. Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.

Jauh sebelum kedatangan para penjelajah dari Eropa, penduduk asli Papua hanya mengambil serba sedikit dari alam,” tulis buku Ekspedisi Tanah Papua: Laporan Jurnalistik Kompas (2008). Bahkan ketika orang Eropa pertama yang melihat salju di tengah daratan Papua Kapten Johan Carstensz berlayar ke Papua pada 1623, orang Papua masih sedikit mengambil dari alam Papua. Hanya babi, sagu dan umbi yang paling banyak diambil. Ratusan tahun setelah Carstensz dianggap hanya mengigau, sebuah tim yang dipimpin orang Belanda bernama Hendrikus Albertus Lorentz pun mencoba mendaki pegunungan bersalju di tengan Papua itu. Tim yang dipimpin Lorentz itu mengerahkan orang-orang Dayak Kenyah yang dijadikan juru angkut barang dalam ekspedisi tahun 1909. Orang-orang Dayak yang dari Kalimantan ini direkrut di Apo Kayan. Dalam ekspedisi orang-orang Belanda setelahnya, yang dipimpin Kapten Franssen Herderschee dari KNIL, orang-orang Dayak Kenyah, dan juga Kayan dikerahkan lagi. Orang-orang itu sangat kegirangan saat mereka melihat salju. Bahkan mereka kepingin membawanya pulang.

Namun bukan Carstensz atau Lorentz yang akan mengubah lanskap di Papua, melainkan Antonie Hendrikus Colijn, Jean Jacques Dozy dan Frits Julius Wissel yang melakukan perjalanan pada 1936. Ekspedisi itu tak hanya mendaki puncak tertinggi di pegunungan tengah Papua yang dinamai Carstenz Pyramid. Yang paling penting adalah penemuan gunungan tembaga oleh Dozy, seorang ahli geologi. Apa yang ditemukan Dozy itu tak langsung dilirik banyak pihak. Tiga tahun setelah ekspedisi ini terjadi Perang Dunia II. Fokus banyak negara hanya tertuju pada perang. Barulah setelah Perang Dunia II selesai, apa yang ditemukan Dozy menarik minat sebuah perusahaan tambang dari Amerika bernama Freeport.

Pada 1959, laporan Dozy itu sampai ke telinga Forbes Wilson, geolog Freeport. Wilson lantas menindaklanjutinya dengan berangkat ke Papua. Ia tiba pada 1960 dan terpukau oleh “gundukan harta karun” pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut itu. Dia begitu terpesona oleh hamparan bijih tembaga yang terhampar luas di permukaan tanah. Dalam laporan perjalanannya yang berjudul The Conquest of Cooper Mountain (1989), Wilson menyebut terdapat bijih besi, tembaga, perak serta emas. Pulang ke Amerika Serikat, sejumlah batu dari Ertsberg yang dibawa Wilson, oleh para analis Freeport menyatakan bahwa penambangan gunung itu bakal amat menguntungkan. Modal awal akan kembali hanya dalam tiga tahun.

Namun, Freeport menghadapi jalan buntu: Presiden Republik Indonesia, Sukarno, sedang pasang sikap keras terhadap kaum kapitalis Barat—menurutnya, merekalah agen-agen “penjajahan gaya baru.” Belum lagi soal perebutan wilayah di kepulauan Nusantara antara Indonesia dan Belanda. Saat itu, Sukarno getol menyerukan Trikora alias Tiga Komando Rakyat: 1) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda, 2) Kibarkan Sang Merah-Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia, dan 3) Bersiaplah dimobilisasi guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Sampai akhirnya kekuatan politik Sukarno digembosi tentara nasional lewat peristiwa berdarah 1 Oktober 1965. Kekuasaan, secara berangsur tetapi seksama, pindah ke tangan Jenderal Soeharto, jenderal Angkatan Darat yang menorehkan tinta emas bagi sejarah Freeport di Papua. Freeport bersukacita dengan penguasa baru Indonesia yang pro modal asing ini.

Soeharto mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 (UU No.1/1967) tentang Penanaman Modal. UU itu rupanya telah disahkan sejak 10 Januari 1967, disaat mana Sukarno sebenarnya masih menjadi Presiden, namun kekuasaannya sudah tergerogoti sejak awal 1966. Sejak 25 Juli 1966 hingga 17 Oktober 1967, Soeharto adalah Ketua Presidium Kabinet yang menguasai pemerintahan menyusul keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966. Soeharto baru ditetapkan sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno (Nawaksara) ditolak MPRS.

Pada 7 April 1967, hanya sekitar tiga pekan setelah Soeharto dilantik sebagai pejabat presiden, kontrak karya diberikan kepada Freeport selama 30 tahun.

"Freeport adalah perusahaan asing pertama yang menandatangani kontrak dengan rezim baru di Jakarta dan menjadi aktor ekonomi dan politik utama di Indonesia," tulis Denise Leith dalam Politics of Power: Freeport in Suharto's Indonesia (2003).

Dalam Jalan Baru Untuk Tambang (2009), Simon Felix Sembiring menyebut setelah Freeport, penikmat dari UU PMA tahun 1967 itu adalah Inco yang menambang nikel di Saroako, Sulawesi Selatan sejak 1968. Menurut Leith, pada 1970an, saat Freeport membangun infrastruktur pertambangannya, rezim Soeharto mengemis pembagian saham. Pejabat-pejabat Indonesia dikabarkan bolak-balik Jakarta-New York demi urusan itu.

Koran Indonesia Raya yang dipimpin sastrawan Mochtar Lubis merekam kejadian itu. “Beritanya kecil saja, tentang Menteri Pertambangan Prof. Soemantri Brodjonegoro yang berkunjung ke Amerika Serikat atas udangan maskapai Freeport Sulphur,” tulis Mochtar dalam Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di harian Indonesia Raya (1997). Ia mengatakan bahwa tindakan Soemantri itu (seorang pejabat negara, atas nama negara, memenuhi undangan perusahaan swasta asing) tidak patut.

Upaya untuk mendapatkan saham itu terus berlanjut. Pada 1973, Menteri Pertambangan pengganti Prof. Soemantri, Mohamad Sadli, diberi tugas “meninjau ulang” kontrak-kontrak antara pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan swasta, termasuk Freeport.

Dalam Pelaku Berkisah (peny. Thee Kian Wie, 2005), Sadli menyatakan bahwa pemerintah kadung terikat kontrak “generasi pertama” dengan Freeport. Menurut persyaratan kontrak itu, Freeport memperoleh masa bebas pajak selama tiga tahun, konsesi pajak (sebesar 35 persen untuk tujuh tahun berikutnya, dan pembebasan segala macam pajak atau royalti selain lima persen pajak penjualan. “Segera sesudah kontrak ditandatangani, pemerintah menyadari bahwa kontrak itu perlu direvisi, agar memberikan hasil lebih banyak keuntungan ekonomi bagi Indonesia,” tulis Sadli.

Menurut Denise Leith, rezim Soeharto menginginkan saham sebesar 8,9 persen. Namun, Freeport tak langsung memenuhi permintaan Soeharto. Alasannya, perusahaan itu belum untung dan para pembeli mereka di Jepang meminta potongan harga bijih tembaga. Tanggapan Soeharto bukan main: Ia ikut melindungi Freeport dengan mengeluarkan kebijakan pembatasan minyak ke Jepang. Karena itulah, kata Leith, tercipta simbiosis mutualisme antara Freeport dan Indonesia. Dua tahun kemudian, Freeport memberikan jatah saham sebesar 8,5 persen dan royalti sebesar 1 persen kepada pemerintah Indonesia.

Merasa perlu menaruh wakilnya di Jakarta, kantor pusat Freeport di Amerika Serikat menunjuk Ali Budiardjo sebagai Kepala Perwakilan Freeport Indonesia. Ali adalah pemilik firma hukum Ali Budiardjo & Associates sekaligus kawan lama mantan Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sebelumnya, sewaktu Forbes Wilson melobi Soeharto untuk menambang Ertsberg, Ali jadi penyambung lidahnya. Pada 1974, ia menggantikan Wilson sebagai Presiden Direktur Freeport.

Hingga 1989, bijih-bijih tambang dari Ertsberg mengalir melalui pipa sepanjang 115 km ke Amamapare Freeport, tempat kapal-kapal pengakut menunggu. Menurut catatan International Bussines Promotion, gunung itu menghasilkan 32 juta ton bijih sebelum rata dengan tanah. Awalnya, Freeport hanya memiliki konsesi buat menambang wilayah seluas 10 ribu hektare. Namun, rezim Soeharto memberi izin perluasan hingga 2,5 juta hektare pada 1989, lewat kontrak anyar. Belakangan diketahui bahwa Freeport menemukan cadangan emas tak jauh dari Ertsberg. Tetapi kontrak Karya I yang seharusnya habis pada 1997 telanjur digantikan dengan Kontrak Karya II yang bakal jalan terus sampai 2021.

Kontrak karya inilah yang coba diubah oleh Jokowi tahun ini. Pemerintahan Jokowi ingin mengubah status dari kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Tentu saja Freeport tidak tinggal diam. Mereka mengancam akan membawa Indonesia ke Arbitrase Internasional.

Namun, perlu diingat bahwa yang kerap terabaikan dalam kontrak kerjasama investasi asing adalah pemangku kepentingan terbesar di Negeri ini yaitu rakyat Indonesia. Semoga Pemerintah kuat dan tetap bijak dalam mengambil keputusan dalam melayani bangsa Indonesia.

SUMBER :