Menyusul krisis ekonomi yang kian memburuk di Argentina,
Pemerintah Argentina secara tak terduga meminta pencairan awal pinjaman senilai
US$ 50 miliar atau setara Rp 733 triliun dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Namun, ada kekhawatiran kalau Argentina tidak dapat bayar kembali pinjamannya
yang berat. Bahkan, rencana utang tersebut masih menyisakan pro dan kontra yang
meluas di tengah masyarakat Negeri Tango itu.
Mata uang peso Argentina dilaporkan telah
kehilangan lebih dari 40 persen nilainya terhadap dolar AS sepanjang 2018. Mata
uang peso di level terendah 34,10 per dolar AS dan turun lebih dari 45,3 persen
terhadap dolar AS. Hal itu didorong krisis ekonomi yang terjadi. Penurunan peso
terparah sejak mata uang tersebut mengambang pada Desember 2015, telah menyebabkan
lonjakan inflasi yang mencapai 31,2 persen pada Juli 2018. Merespons hal itu,
bank sentral telah menaikkan suku bunga hingga 45 persen dan menarik cadangan
devisa sekitar USD 300 juta.
Presiden Mauricio Macri mengatakan langkah itu
dirancang untuk memulihkan kepercayaan terhadap ekonomi Argentina. Dalam pidato
yang disiarkan televisi, Macri menuturkan akses cepat ke dana akan hilangkan
ketidakpastian dan memulihkan kepercayaan pasar. Argentina setuju dengan Dana
Moneter Internasional untuk memajukan semua dana yang diperlukan untuk menjamin
kepatuhan dengan program keuangan tahun depan. Argentina berkomitmen mengatasi
inflasi dua digit dan belanja publik yang merupakan bagian dari kesepakatan. Argentina
ingin dukungan itu dengan upaya fiskal yang diperlukan (radionz, Kamis, 30/8/2018).
Ketika persyaratan pinjaman disepakati pada Mei, Macri mengharapkan ekonomi
pulih dan tidak berencana menggunakan pinjaman itu.
Dalam pidato yang disiarkan televise setempat, Presiden
Macri menuturkan bahwa seminggu terakhir Pemerintah telah melihat ekspresi baru
kurangnya kepercayaan di pasar, khususnya atas kapasitas pembiayaan pada 2019. IMF
telah menyepakati untuk memajukan semua dana yang diperlukan guna menjamin
kepatuhan dengan program keuangan tahun depan. Keputusan ini bertujuan untuk
menghilangkan ketidakpastian pada laju ekonomi Argentina. Langkah-langkah lebih
lanjut untuk mengendalikan pinjaman pemerintah akan segera dibahas menyertai
perubahan kebijakan ekonomi Argentina.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan
(Mei 2018) bahwa IMF dapat berkontribusi untuk upaya itu dengan memberikan
dukungan yang akan meningkatkan kepercayaan pasar. Itu memungkinkan waktu
otoritas sehingga atasi berbagai kerentanan lama. Rencana telah dirancang oleh
pemerintah Argentina dan bertujuan memperkuat ekonomi untuk kepentingan semua
orang Argentina. Sebagai bagian dari kesepakatan, pemerintah Argentina berjanji
untuk mempercepat rencana kurangi defisit fiskal. IMF menyatakan sedang
pelajari permintaan Argentina untuk percepat pencairan pinjaman USD 50 miliar. (Reuters)
Dalam sebuah pernyataan (BBC pada Kamis, 30/8/2018)
Christine Lagarde, menekankan dukungan untuk upaya kebijakan Argentina dan IMF
membantu pemerintah dalam mengembangkan rencana kebijakan yang direvisi. IMF
mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa pihaknya ingin memperkuat pengaturan
ekonomi, dan mengubah tahapan restrukturisasi di Argentina.
Di lain pihak, suku bunga dan dukungan tertinggi
dunia dari IMF telah gagal meyakinkan investor. Peso Argentina masih kehilangan
nilai meskipun semua upaya telah dilakukan untuk meredam kekhawatiran investor.
Pasar negara berkembang lainnya seperti Turki dan Brasil juga menderita
devaluasi mata uang mereka tahun ini, tetapi situasi Argentina dinilai sangat
sulit oleh banyak pengamat.
Pemicu Guncangan Ekonomi Argentina
Para investor khawatir Argentina mungkin tidak
dapat membayar pinjaman pemerintah yang dianggap berat dan sangat berisiko.
Para wartawan menilai kebijakan mempercepat pencairan dana IMF menandakan
keputusasaan. Ketika persyaratan pinjaman disepakati pada bulan Mei 2018,
Presiden Macri mengharapkan ekonomi pulih dan tidak berencana segera
menggunakan uang itu. Padahal, Argentina belum dapat menurunkan inflasi, yang
tertinggi di antara negara-negara G20. Selain itu, pemerintah juga gagal
memberlakukan reformasi ekonomi yang dijanjikan IMF, yaitu untuk membatasi
belanja publik dan pinjaman.
Menurut beberapa pengamat, sebelumnya Presiden
Macri terpilih atas janji menghidupkan kembali ekonomi, tetapi sejauh ini hanya
sedikit kemajuan yang telah dibuat. Biaya kehidupan sehari-hari semakin mahal
bagi penduduk Argentina, karena harga barang dan jasa yang masih berhubungan
erat dengan dolar AS. Dan kombinasi antara inflasi spiral dan pemotongan
belanja publik berarti upah tidak sejalan dengan harga, membuat kebanyakan
orang menjadi lebih miskin.
Ekonomi Argentina dibayangi krisis karena
pergerakan mata uang peso yang bergejolak, yang terjadi setelah ekonomi
Argentina melonjak pada tahun 2017 dan proyeksi ekonom yang membaik dalam
kepemimpinan Presiden Mauricio Macri. Faktanya, krisis Argentina saat ini,
mulai dari nilai tukar peso Argentina, inflasi, ekonomi yang memburuk, dan
kondisi lapangan kerja.
Berikut rangkaian deretan krisis Argentina yang dikutip
dari Reuters, (Kamis, 30/8/2018). Selama beberapa tahun terakhir, para ekonom
telah mengkaji bahwa mata uang peso Argentina dinilai terlalu tinggi. Disisi
lain, Pemerintah mengakui bahwa kondisi itu akan terdepresiasi secara bertahap.
Namun tidak ada yang memperkirakan peso akan terdepresiasi begitu cepat terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) pada April 2018. Hal itu terjadi, dikarenakan
kekhawatiran investor tentang kemampuan pemerintah untuk mengendalikan inflasi
dan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS yang memperkuat dolar AS di
seluruh dunia. Depresiasi membuat utang Argentina berdenominasi dolar AS makin
tinggi bagi pemerintah.
Selain itu, selama bertahun-tahun, Pemerintah
Argentina begitu populis mencetak uang untuk membiayai defisit anggaran yang melebar,
yang menyebabkan harga melonjak. Akibatnya, Tingkat inflasi Argentina yang
tinggi menjadi salah satu faktor yang membuatnya lebih rentan dibanding negara
berkembang lainnya. Pemerintah Macri memang
telah mengurangi praktik itu, tetapi kenaikan harga barang sebagai bagian dari
upaya mengurangi subsidi dan menutup defisit fiskal membuat inflasi tetap
tinggi.
Penurunan tajam dalam nilai tukar peso membuat
inflasi naik dalam beberapa bulan terakhir. Bank Sentral Argentina merespons
depresiasi peso yang cepat dan lonjakan inflasi dengan menaikkan suku bunga
menjadi 45% dan menggelontorkan miliaran dolar AS cadangan devisanya untuk
melindungi nilai tukar peso. Hal itu mengakibatkan pertumbuh cadangan devisa secara
bertahap sejak Desember 2015, menurun drastis. Pinjaman IMF memang memberikan
tambahan cadangan devisa, namun tekanan terus menerus terhadap peso telah mulai
mendorong intervensi bank sentral yang diperbarui dalam beberapa pekan
terakhir.
Disisi lain, badai keuangan berupa lonjakan inflasi dan kenaikan
suku bunga yang telah membebani ekonomi Argentina, beberapa nasib buruk juga telah
melanda Argentina diluar kendali Macri. Kekeringan terburuk dalam beberapa
dekade memangkas panen kedelai dan jagung yang menjadi tulang punggung ekonomi
Argentina. Perekonomian Argentina kini telah mengalami kontraksi selama tiga
bulan berturut-turut, sektor pertanian terdampak paling dalam. Ekonomi
Argentina anjlok 6,7% pada bulan Juni, penurunan bulanan terburuk sejak krisis
keuangan global tahun 2009. Pada pembukaan perdagangan Kamis (30/8/2018), mata
uang Argentina jatuh lebih dari 15% ke rekor rendah 39 peso per dollar AS
karena para investor cemas tentang kemampuan Argentina dalam membayar utangnya.
Jatuhnya peso itu membuat Bank Sentral Argentina mengerek suku bunga acuan dari
45% menjadi 60% pada Kamis (30/8/2018).
Janji utama kampanye Macri untuk menekan kemiskinan
hingga nol dan menciptakan pekerjaan berkualitas untuk Argentina menjadi
sorotan. Macri mengakui awal bulan ini bahwa kemiskinan kemungkinan meningkat
karena inflasi dan kemerosotan ekonomi, sementara jumlah pekerja yang terdaftar
telah mulai menurun dari puncaknya pada bulan Desember 2017. Sebagai bagian
dari ikrar untuk memangkas defisit anggaran di bawah kesepakatan IMF, Pemerintah
berencana untuk mengurangi belanja infrastruktur. Defisit anggaran yang
berdampak banyaknya lapangan pekerjaan yang hilang, kini menjadi masalah ketika
Macri bersiap untuk maju lagi pada 2019.
Kini, setelah tujuh hari berturut-turut peso
Argentina turun jatuh, Presiden Argentina Mauricio Macri (Rabu, 29/8/2018),
memutuskan membuat pidato istimewa untuk meyakinkan pasar bahwa Argentina tidak
kesulitan membayar utangnya. Dalam pidato selama dua menit di televisi, Macri
juga mengumumkan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk
mempercepat pencairan pinjaman sebesar U$ 50 miliar. Sayangnya, pengumuman itu
malah menguatkan sinyal tentang kemampuan Argentina untuk membiayai dirinya
sendiri dan semakin mendorong penurunan kurs peso. Walau, IMF tak segera
merespon pengumuman Macri itu, pada akhirnya IMF menyatakan sedang
mempertimbangkan mempercepat pembayaran karena kondisi pasar yang buruk.
Seorang pejabat senior Kementerian Keuangan
Argentina mengatakan (Reuters), Macri telah berbicara dengan para pemimpin
negara-negara pemegang saham utama IMF pada Selasa lalu (28/8/2018), sebelum ia
berpidato di televisi. Argentina bergegas mengumumkan pengumuman itu setelah
beberapa hari menghabiskan banyak cadangan devisa namun tetap gagal
menstabilkan peso. Apa yang Presiden inginkan adalah untuk memberikan pesan
yang meyakinkan di pasar terbuka bahwa perjanjian itu dilakukan.
Analis dan investor menilai, pengumuman ceroboh itu
merupakan serangkaian kegagalan komunikasi dan janji-janji yang telah merusak
kredibilitas pembuat kebijakan Argentina, menghancurkan kepercayaan pasar pada
kemampuan pemerintah untuk membalikkan ekonomi yang dilanda inflasi.
Pada bulan Juni 2018, IMF telah mencairkan pinjaman
senilai US$ 15 miliar, dengan rencana untuk mencairkan sisanya jika Argentina
memenuhi target untuk mengurangi defisit fiskal. Namun, kesepakatan itu tidak
mencakup semua kebutuhan keuangan Argentina. Negara ini masih perlu
mengumpulkan dana US$ 8 miliar dari pasar pada 2019.
Pesan yang membingungkan dari Pemerintah Argentina
dalam segala hal, mulai dari kenaikan pajak, kenaikan suku bunga, dan
independensi bank sentral telah merusak kepercayaan investor pada Macri.
Bagi beberapa orang, pidato Macri yang disiarkan
Rabu lalu adalah langkah yang terlalu jauh.
Jorge Mariscal, Kepala Investasi Pasar Negara
Berkembang UBS Wealth Management mengatakan pesan itu ditujukan kepada
orang-orang yang salah. Pada pidato yang disiarkan secara nasional itu, tampaknya
telah muncul situasi darurat sehingga Argentina harus kembali meminta bantuan
lebih banyak.
Bagaimana krisis Kehancuran Ekonomi Argentina Dimulai?
Argentina memiliki sejarah panjang krisis keuangan
dan telah gagal bayar dua kali, termasuk selama krisis ekonomi 2001-2002. Gagal
bayar utang menjerumuskan jutaan warga Argentina ke dalam kemiskinan.
Ketika seorang konservatif yang ramah bisnis, Mauricio Macri terpilih sebagai presiden
Argentina pada Oktober 2015, ia berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi
Argentina dan akan mencapai "nol kemiskinan". Pengharapannya tinggi untuk menempatkan ekonomi negara Amerika
Selatan itu pada jalur yang stabil. Tetapi kurang dari tiga tahun kemudian, ia
secara tak terduga mulai meminta pembebasan awal pinjaman dari Dana Moneter
Internasional (IMF). Apa yang salah?
Nyatanya, Pemerintah Presiden Macri belum mampu
menurunkan inflasi, yang merupakan yang tertinggi di antara negara-negara G20. Peso
Argentina telah kehilangan lebih dari 40% nilainya terhadap dolar AS tahun ini
dan inflasi semakin liar. Kehidupan sehari-hari semakin mahal untuk orang
Argentina, karena harga barang dan jasa yang masih berhubungan erat dengan
dolar AS. Dia gagal untuk memberlakukan reformasi ekonomi yang dijanjikan IMF, yaitu
untuk membatasi belanja publik dan pinjaman. Dan kombinasi antara inflasi
spiral dan pemotongan belanja publik berarti upah tidak sejalan dengan harga,
membuat kebanyakan orang lebih miskin.
Sebelumnya, Argentina telah dilanda masalah ekonomi
selama bertahun-tahun tetapi ledakan komoditas dalam beberapa dekade terakhir
membantu negara itu membayar kembali uang yang dipinjamkan IMF. Itu menghapus
seluruh utangnya ke organisasi multilateral pada tahun 2007.
Ekonomi Argentina mulai stabil di bawah Presiden
Néstor Kirchner, yang memerintah dari 2003 hingga 2007, tetapi kembali
terguncang lagi di bawah pemerintahan istri dan penerusnya, Cristina Fernández
de Kirchner. Pemerintahannya, yang berkuasa mulai 2007 hingga 2015,
meningkatkan belanja publik, perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi dan
mensubsidi banyak barang-barang kehidupan sehari-hari mulai dari utilitas
hingga transmisi sepak bola di televisi. Yang lebih krusial adalah pengendalian
pemerintah atas nilai tukar, yang menciptakan segala macam masalah praktis,
seperti menimbulkan pasar gelap untuk dolar dan harga yang sangat terdistorsi.
Apa yang dijanjikan Presiden Macri?
Dengan janji akan mengakhiri semua distorsi dan
mengembalikan Argentina ke ekonomi yang berorientasi pasar di mana pasokan dan
permintaan, bukan negara, akan menentukan harga, Mr Macri terpilih menjadi
nahkoda. Pada awal pemerintahannya, ia mengakhiri kontrol modal dan memulai
kampanye global untuk memperbaiki reputasi Argentina dengan investor asing. Dia
juga berjanji untuk menurunkan inflasi, yang melayang sekitar 40% per tahun,
dengan membatasi belanja publik.
Hari-hari selanjutnya, Pemerintah Argentina
bersikeras bahwa masalahnya terletak pada likuiditas (kurangnya uang tunai) dan
bukan dengan solvabilitas (kemampuannya untuk memenuhi kewajiban keuangannya). Pada
bulan Mei 2018, Presiden Macri meminta bantuan Christine Lagarde pimpinan IMF,
dengan alasan bahwa dana yang berbasis di Washington itu, merupakan sumber
pembiayaan termurah yang tersedia. Argumennya mengatakan bahwa dengan pinjaman
dari IMF, Argentina akan dapat melakukan intervensi di pasar mata uang lebih
lama dan juga melunasi obligasi yang datang untuk pembayaran.
Pada saat itu, Presiden Macri mengatakan dia tidak
berencana untuk menggunakan pinjaman $ 50bn (£ 37.2bn) dari IMF kecuali untuk
meningkatkan cadangan negara. Tetapi dengan kemerosotan peso yang jatuh lebih
jauh dan terpaan hasil panen kedelai dan jagung yang buruk, ekonomi terus terpuruk.
Pada Juni 2018, ekonomi turun 6,7%, kemerosotan terburuknya sejak 2009.
Sehingga, dengan keyakinan bahwa pemulihan Argentina terkikis, Presiden Macri
pada 29 Agustus secara tak terduga meminta pembebasan awal pinjaman IMF.
Ketua IMF Christine Lagarde mengatakan, dana itu
siap untuk membantu Argentina tetapi berita tentang permintaan bantuan awal
menyebabkan peso turun lebih dari 7%, suatu penurunan terbesar sejak mata uang
itu mengambang.
Masyarakat Argentina menyadari nilai mata uang
mereka merosot. Mendatangi IMF adalah langkah yang paling tidak disukai yang
dapat dilakukan seorang presiden di Argentina, di mana organisasi itu secara
luas dibenci dan dipersalahkan atas keruntuhan ekonomi tahun 2001. Namun, secara
umum, masyarakat Argentina tidak cepat panik, karena mereka telah melalui
begitu banyak gejolak ekonomi di masa lalu.
Sebagian ada orang-orang yang menyatakan
keprihatinan serius, terutama mereka yang berasal dari generasi yang lebih tua
yang hidup melalui krisis ekonomi Argentina tahun 2001 ketika pemerintah gagal
membayar utang dan sistem perbankan sebagian besar lumpuh. Ketika itu, pengaruhnya
terhadap orang-orang Argentina adalah menghancurkan kemakmuran banyak orang
yang susah payah diraih dengan cepat menghilang.
Mereka yang mengalami, takut akan kembalinya ‘corralito’
(pagar cincin), istilah Spanyol yang disebutkan atas pembatasan pemerintah untuk
mencegah bank berjalan, yang diberlakukan pada tahun 2001. Di bawah batasan
corralito, yang berlangsung selama satu tahun, orang tidak dapat dengan bebas
menarik uang dari rekening mereka, membuat hidup sangat sulit bagi orang
Argentina biasa.
KETIKA secara tak terduga terpilih sebagai presiden
Argentina pada tahun 2015, Mauricio Macri menghadapi tugas yang sesederhana
berjalan di atas ombak Iguazu saat memanggang steak. Pendahulunya, Cristina
Fernández de Kirchner, telah mewariskan ekonomi make-believe. Inflasi 30-40%
setahun secara resmi ditutup-tutupi. Peso dinilai terlalu tinggi, ekspor
dikenai pajak dan banyak impor dilarang. Pemerintah menyediakan energi dan
transportasi hampir gratis. Defisit fiskal yang dihasilkan dibiayai oleh bank
sentral, dengan mencetak uang hingga 5% dari PDB. Di negara yang mengalami
trauma akibat guncangan ekonomi di masa lalu, kala itu Macri berjanji untuk
meluruskan semua itu secara bertahap.
Memang, Dia telah melakukan pekerjaan yang cukup
bagus. Ekonomi tumbuh pada tingkat tahunan sekitar 3% selama 18 bulan terakhir,
bahkan ketika pemerintah telah mengakhiri sebagian besar distorsi Fernández.
Secara bertahap telah memangkas defisit fiskal, sebagian dengan menaikkan harga
energi dan transportasi. Bank sentral hanya mengedarkan uang senilai 1% dari
PDB. Pemerintah telah membeli waktunya sendiri dengan menerbitkan utang.
Masalahnya adalah bahwa menstabilkan ekonomi
memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan pemerintah dan para investor
menjadi lebih enggan untuk memberikan pinjaman kepada Argentina. Ini pertama
kali menjadi jelas pada bulan Desember 2017, ketika pemerintah mengubah target
inflasi untuk tahun dari 12% menjadi 15%. Menunda dari 2019 hingga 2020
tujuannya mengurangi inflasi hingga 5%. Target awal ditetapkan pada 2016 di
tengah banyak ketidakpastian. Yang baru seharusnya lebih realistis. Meski
begitu, target tahun 2018 ini tidak mungkin dipenuhi. Inflasi telah berjalan
pada tingkat 25% selama 12 bulan terakhir, dan konsensus pasar adalah bahwa itu
akan mengakhiri tahun pada 20%.
Adil atau tidak, perubahan target itu merugikan
kredibilitas bank sentral. Itu datang ketika kenaikan suku bunga di Amerika
Serikat mendorong investor untuk menarik uang dari aset berisiko. Penyebaran
pada obligasi Argentina (premium atas hasil tagihan Treasury Amerika Serikat)
telah meningkat dari 3,4% menjadi 4,2% tahun 2018, dan peso telah terdepresiasi
dengan pasti. Pemerintah menanggapi dengan mengatakan bahwa akan meningkatkan $
8 miliar di dalam negeri yang masih perlu menutupi defisit tahun ini.
Namun demikian, pada minggu terakhir bulan April
2018, uang membanjiri Argentina. Setelah bank sentral menghabiskan $ 4.3bn
dalam lima hari untuk menopang peso, pada tanggal 26 April secara tak terduga mendongkrak
tingkat bunga minimumnya sebesar tiga poin persentase, menjadi 30,25%. Minggu
ini peso terus jatuh; kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan. Itulah
fakta kehidupan politik : Argentina lebih khawatir atas harga dolar daripada lonjakan
inflasi. Itulah mengapa dalam beberapa dekade terakhir, peso sering dinilai
terlalu tinggi, sehingga membunuh daya saing banyak bisnis dan menghambat
ekspor negara. Bahkan hal itu, tidak membantu dampak kekeringan yang parah
tahun ini, yang telah memangkas ekspor kedelai dan jagung. Peso yang lebih
lemah akan mengekang defisit akun saat ini, yang telah melebar menjadi 5% dari
PDB. Tetapi itu akan menambah biaya pembayaran utang luar negeri pemerintah,
dan dalam jangka pendek akan meningkatkan inflasi.
Pemerintah sedang mencoba untuk mengendalikan
inflasi sementara juga memangkas defisit fiskal dan menjaga pertumbuhan
ekonomi. Melakukan ketiga hal sekaligus itu sulit. Misalnya, penghapusan
subsidi energi dan transportasi sangat penting untuk mengurangi defisit fiskal.
Tetapi pengendalian kenaikan harga akan menambahkan delapan poin ke inflasi
tahun lalu. Dan kenaikan suku bunga dapat mengurangi pertumbuhan serta inflasi.
Kenaikan harga energi dan transportasi telah menekan kelas menengah dengan
keras (kaum miskin sebagian besar dilindungi). Itu telah memengaruhi peringkat
pengesahan Mr Macri, yang berada di sekitar 40%, terendah sejak dia terpilih.
Keributan ketidakpuasan mulai mengkhawatirkan mitra
koalisinya. Kekhawatiran terbesar adalah bahwa ekspektasi inflasi yang sangat
tinggi akan membuat inflasi tidak jatuh, dan hanya resesi yang dapat
menurunkannya ke tingkat target. Kenaikan harga yang diatur di bulan April
diharapkan menjadi salah satu yang terakhir. Pejabat yakin bahwa inflasi
sekarang akan mulai surut. Mereka juga cenderung mencoba menenangkan investor
dengan memangkas belanja non-esensial untuk menurunkan defisit fiskal primer
(yaitu, sebelum pembayaran bunga) di bawah target tahun ini sebesar 3,2% dari
PDB. Bahkan jika ekonomi melambat, perhitungan mereka adalah pertumbuhan
ekonomi dan nilai riil upah akan naik lagi tahun depan menjelang pemilihan
presiden pada bulan Oktober.
Mereka mungkin benar, dan Mr Macri masih memiliki
peluang bagus untuk memenangkan masa jabatan kedua. Tapi ini adalah hal yang
lebih dekat daripada yang terlihat beberapa bulan yang lalu. Belum lama ini,
Presiden Argentina Mauricio Macri tidak dapat meninggalkan halaman depan negara
- untuk semua alasan yang salah. Dari bulan April hingga Juni, dia menghadapi
kritik pedas ketika mata uang Argentina jatuh, pertumbuhan tertekan dan inflasi
melonjak. Cakupan semakin memburuk ketika Macri pada akhirnya mencari bantuan
dari Dana Moneter Internasional, sebuah lembaga yang dituduh oleh Argentina dalang
krisis ekonomi 2001 di negara itu. Dibalik semua itu, koalisi politik Macri,
Cambiemos, berada di bawah pengawasan atas dugaan pembiayaan kampanye ilegal.
Derasnya berita buruk seputar Macri tidak ada lagi
dari surat kabar lokal, karena malah berfokus pada penyelidikan korupsi yang
meluas seputar musuh politik utama Macri dan perdebatan sengit tentang
legalisasi aborsi. Rating dukungan atas Macri telah stabil untuk saat ini. Musuh
lama Macri dan pendahulunya Mantan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner menjadi
pusat dugaan korupsi.
"Semua subyek yang memaksa orang untuk
berpikir tentang hal-hal lain di luar perekonomian, bekerja untuk kepentingan
pemerintah. Tetapi semua masalah ekonomi jauh lebih menentukan pandangan
Argentina tentang pemerintah," kata Federico Aurelio, direktur perusahaan
konsultan Aresco.
SUMBER BACAAN :