Apa
itu dumb money ? Dumb money adalah ketika kamu pertama kali ‘raise funding’
dari pihak luar di luar tim inti, namun pihak investor sama sekali tidak
mengerti tentang ‘how a startup investment works, even how YOUR BUSINESS WORKS’,
mereka tahunya hanya naruh duit, dapet share saham sama dengan founder, alasannya karena “saya keluar duit, sedangkan
kamu tidak keluar apa – apa”, ketika bisnis jeblok atau tidak sesuai ekpektasi,
mereka menghentikan komitmen investasinya, atau bahkan lebih parah, mereka
minta duitnya balik 100%.
Kenapa
founder tidak boleh sembarang menerima uang, kenapa investor (startup) tidak
boleh beralasan demikian dalam berinvestasi (saya punya duit, saham saya
minimal sama dengan kamu), dan kenapa investor tidak boleh meminta duitnya
balik 100% saat perusahaan dalam kondisi struggle, dan kenapa founder tidak
boleh sembarang memilih co-founder, dan kenapa kita tidak boleh split saham fix
dengan co-founder diawal ( 70:30 atau 50:50 ), akan saya jabarkan sebagai
berikut :
Salah
memilih co-founder. Desember 2011, dengan modal split saham 70% : 30% (v) saya
dan seorang teman programmer yang juga seorang pegawai tetap di sebuah
perusahaan BUMN, akhirnya memutuskan mengeksekusi ide tersebut. Pada awalnya
kami terlihat sangat bersemangat dan antusias, daring the world to stop us!,
saat kita akan mulai, terlihat beberapa kompetitor yang sudah bernama besar,
ugh, it’s okay, we’ll do better!, namun kata “we’ll do better” ini
konsekuensinya sangat besar baik dari segi biaya yang harus dikeluarkan, resiko
berurusan dengan hukum, dan permasalahan teknologi yang tampak impossible. Selain
masih sibuk dengan pekerjaan utamanya sebagai pegawai BUMN (v), co-founder juga
mulai menciut nyali dan komitmennya, akhirnya bisasaja dalam 3 bulan startup anda
tidak berbentuk apa – apa kecuali landing page dengan background warna oranye
polos norak dan beberapa text yang posisinya menceng – menceng. Keputusan yang
tepat adalah segera memecat co-founder anda
Mendapatkan
Investor Dumb Money. May 2012, one lesson learnt, another trouble comes. Dari
pelajaran sebelumnya, saya memutuskan bahwa saya harus memiliki full time
programmer yang fokus hanya di startup ini, artinya kita harus membayar gaji
full time penuh selama minimal 1 tahun. Buatlah business plan terperinci untuk
biaya operasional 2 tahun(v), kebutuhan dana pun otomatis membengkak. Di antara
biaya operasional itu, ada gaji founder sebagai CEO, co founder sbg CTO dan
cofounder2 sebagai CMO, ada gaji full time programmer, gaji operasional hosting
server dll, dan biaya marketing, di mana kalau ditotal kurang lebih sekitar 500
juta. Anda boleh mencoba pitch ke beberapa teman kaya, atau pengusaha business
offline yang ingin berinvestasi. Buatlah kesepakatan yang terbaik dengannya
untuk membagi saham dengan split (again), 30%, 20%, 20%, 20%(v). Dan
seterusnya.
Dari
berbagai buku dan suber-sumber lainnya, anda dapat menemukan kesimpulan bahwa :
Founder
tidak perlu membuat business plan terlalu rinci karena hanya akan membuang
waktu.
Jangan
pernah merekrut half-assed-comitted-founder, founder demikian hanya akan
memberikan half-assed-value!. Cari founder yang mau FOKUS, kalau tidak ada
uang, gunakan metode Dynamic Equity Split (nanti dijelaskan dibawah), jangan
Fixed Equity Split, fixed equity split akan menyulitkan kalau co-founder tidak
perform dan ingin dikeluarkan dari tim.
Investor
tidak fair dalam pembagian saham di awal karena dia tidak turut andil dalam
operasional harian, meminta porsi saham cukup besar, dan meminta exit dengan
full liquidity ketika bisnis kacau.
Kenapa
tidak fair, karena seluruh tim telah sepakat dan berkomitmen ( CEO, CTO, CMO,
investor ) untuk menciptakan suatu produk yang belum tentu berhasil, dengan
mengorbankan OPPORTUNITY COST masing – masing, tanpa kompensasi gaji.
(Opportunity cost artinya, tim seharusnya bisa mendapatkan pendapatan ditempat
lain, namun tidak bisa karena harus fokus di startup, opportunity cost saya
15jt perbulan, menjadi 0 perbulan tanpa kompensasi apapun di startup)
Ketika
modal telah disetor, dan komitmen adalah saham, maka investor harus tahu bahwa
modal tidak akan kembali kecuali perusahaan menciptakan value terlebih dahulu.
Seluruh tim saat ini sedang dalam kondisi merugi ( opportunity cost yg belum
kembali ), tapi investor dengan enaknya menarik diri dari komitmen, dan meminta
eksekutif mengembalikan uang secara penuh.
Pengembalian
uang secara penuh hanya memungkinkan jika komitmen di awal adalah hutang
piutang, dan dapat ditagih ketika jatuh tempo.
Opportunity
cost eksekutif yang tidak dikompensasi gaji ( gaji bisa dibuat minimal, tidak
harus sama dengan opportunity cost), seharusnya diperhitungkan sebagai modal
disetor, dan otomatis akan mendilusi saham investor, ini adalah resiko buat
investor yang tidak mau tau dan terlibat dalam operasional sehari – hari.
Metode
tersebut namanya Dynamic Equity Split ( mulai canggih bahasanya )
Pada
dasarnya keseluruhan masalah adalah karena cacat komitmen dari semua pihak,
co-founder dengan sidejob nya, investor stop komitmen funding yang membuat
cashflow berantakan.
Ketika
bisnis sudah menggunakan uang (orang lain), gunakan agreement hitam diatas
putih, dan kukuhkan kepemilikan saham dengan badan hukum berupa PT ( Perseroan
Terbatas ). Badan hukum bukan cuma buat gaya – gaya an, buat dipinjem namanya
ketika ada tender, BUKAN, badan hukum adalah kendaraan investasi yang melindungi
komitmen, hak dan tanggung jawab para pemegang saham! Namun harus diingat bahwa
jangan ulangin kesalahan yang telah dialami orang lain, never choose a
half-commited co-founder, and never take dumb money investor!!
Pilihlah
Co-Founder yang Tidak Sucks
“Find a co founder
that truly rocks at something. Anything.
Knowing each other
for a long time tends to be a good recipe for cofounders. Two old friends and
the smartest person they knew”
– Jessica Livingston
The biggest thing
we all knew was that cofounders tend to do better than single founders”
–
Ron Conway
You cannot hire a
cofounder
- Max Levchin
Memilih
seorang co-founder adalah keputusan paling penting yang Anda ambil. Hal ini
jauh lebih penting dari produk, pasar, dan investor-investor Anda. Di dunia
internet startup, co founder merupakan faktor penentu yang sangat penting, sama
halnya dengan “location, location, location” di dunia bisnis ritel.
Salah
satu pengalaman terburuk saat ingin membuat startup, seperti TechinAsia (blog
teknologi). Ada lima orang tim founder. Dari lima orang ini tidak ada yang
punya pengalaman menulis di bidang tech sebelumnya. Mereka ber lima merupakan programmer
dan semuanya tidak bisa menulis. Tetapi harus dicatat bahwa tipe startup
seperti itu ternyata butuh co founder teknikal yang kuat, dan perlu rajin
ber-networking, membangun jaringan, lebih-lebih lagi, harus ada tempat untuk
bernetworking. Internet startup yang bagus, biasanya memiliki founder tidak
lebih dari tiga founder utama pada awal pendiriannya, seperti : Facebook,
Twitter, Google, Linkedin, YouTube, Techcrunch, Foursquare. Mungkin ada yang
lebih dari tiga founder dan sukses, tetapi mungkin tak sepopuler mereka.
The
power of two, Jangan terlalu banyak.
Dua
adalah angka yang tepat, hindari ‘three-body problem’. Lihatlah Jobs dan
Wozniak, Allen dan Gates, Ellison dan Lane, Hewlett dan Packard, Larry dan
Sergei, Yang dan Filo, Omudyar dan Skoll. Perusahaan dengan satu orang founder
juga bisa saja berjalan (cth: Mark Zuckerberg, Bahkan perusahaan yang memiliki 3 founder juga.
Namun, perusahaan yang memiliki 3 founder, ada kemungkinan terjadi “politik,”
voting berkelompok misalnya, perebutan posisi, dan lain-lain, tapi masih
mungkin bisa diatur. Empat adalah konfigurasi yang sangat tidak stabil dan lima
biasanya gagal. Jika ada perusahaan dengan 4-5 founder dan bisa berjalan, hal
itu dimungkinkan oleh “dua orang founder mendominasi”. Perusahaan dengan dua
founder bisa berjalan karena kebulatan suara bisa dicapai, dan politik dalam
perjalanan startup akan minim, keinginan masing-masing bisa diatur dengan
mudah, dan “taruhan” yang diberikan para founder akan cukup tinggi dalam hal
finansial.
Startup
dengan lima founder secara umum akan membagi saham masing-masing 20% dan karena
jumlah founder yang banyak, di masa berjalannya startup, akan muncul uneg-uneg
seperti : Banyakan saham kamu daripada saya, kenapa kok rasanya kerja gw lebih
berat dari pada kamu ? Akan sulit menjaga banyak orang untuk tetap pada level
hard work yang setara. Tapi menariknya, Agate Studio di Bandung, merupakan startup
mahasiswa dengan 18 orang founder masih jalan dan semakin maju sampai saat ini.
Entah bagaimana caranya, akan menarik untuk kita tanya kapan-kapan ke Clawford
dan Shienchou.
Someone
you have history with.
Lebih
baik jika Anda memiliki co founder yang pernah bekerja sama sebelumnya bersama
Anda. Tentu Anda tidak akan menikahi seseorang yang baru kemarin Anda temui.
Anda harus melalui masa-masa kencan bersamanya untuk mengenal dirinya. Lebih
baik jika Anda pernah melalui situasi yang sulit bersamanya, seperti Prisoner’s
Dilemma atau sebuah Zero-Sum Game. Segalanya akan berjalan lancar jika dalam
perjalanan startup, situasi yang dihadapi adalah situasi yang terus
menguntungkan bagi semua founder. Tetapi tidak semudah itu kan ? Bagaimana
situasinya adalah satu untung-satu rugi ?
Ada
cerita tentang 2 founder startup yang baru saling kenal kemudian memutuskan
mengontrak sebuah tempat kos sambil mengatakan “Kita coba dulu 2 bulan sering
bertemu, sharing ide, build something, tanpa komitmen yang terlalu formal, jika
tidak jalan ya sudah kita kembali ke rumah masing-masing, jika kira-kira bisa
jalan, ayo kita membuat komitmen yang lebih serius di akhir bulan ke-2.”. Komitmen
untuk saling me-ngetes tanpa komitmen yang terlalu formal bukanlah hal yang
buruk.
Ada
cerita tentang seorang founder dari Singapura (lebih baik tidak menyebut nama
:p ) yang sedang membuka market game di Indonesia, dia TTM-an dengan seorang
model dari Indonesia. Sewaktu ditanya “Kamu kenapa tidak nembak dia saja?
daripada TTM-an terus ?” Jawabnya : “Girlfriend is like startup, everything can
happen in the first 3 months”. Ada juga sebuah tim startup yang menyewa kamar
di samping Universitas Bina Nusantara sambil mengerjakan project B2B, mereka
juga membangun visi di consumer product. Mereka biasanya kumpul di kamar itu
setiap malam seusai kuliah sampai pagi. Mereka berkomitmen untuk kerja bersama
sampai drop di pagi harinya sekitar jam 02.00 – 03.00 kemudian pulang ke kos
masing-masing atau tidur di kamar itu, kemudian besok paginya berangkat kuliah.
Hal ini mereka lakukan karena untuk bisa mengenal satu sama lain dengan baik,
mereka harus sering ketemu dan kerja bareng.
Para
builder terbaik bisa membuat prototipe dan bahkan membuat keseluruhan produk,
dari awal sampai akhir. Penjual terbaik bisa menjual kepada pelanggan, partner,
investor, dan karyawan. Idealnya co founder adalah seseorang yang memperkuat
kelebihan Anda dan menutupi kekurangan Anda. You need people with complementary skill sets, so you get more done. Pahamilah
juga tipe startup apa yang Anda buat, jika membangun startup tipe konten, maka
co founder yang jago dan kuat menulis akan sangat penting, tetapi jika membuat
startup tipe teknologi – misalnya ecommerce, maka co founder yang kuat di
programming dan design akan sangat penting.
Motivasi
yang sama. Jika founder pertama ingin membuat “cool product”, yang kedua ingin
“makes money”, dan yang satu lagi ingin terkenal. Pasti berantakan. Perhatikan
dengan baik dan seksama, motivasi yang sebenarnya akan tampak dengan
sendirinya, bukan di-declare.
Kriteria:
Kecerdasan, energi, dan integritas.
Orang
yang Anda cari bukanlah seseorang yang tumbuh bersama Anda. Juga bukan orang
yang paling Anda sukai, dan bukan seorang hacker yang ingin bekerja tanpa
dibayar. Yang Anda cari adalah seseorang yang memiliki kecerdasan, energi, dan
integritas yang tinggi. Anda harus memiliki ketiga criteria itu, dan sejarah
bersama orang tersebut untuk mengevaluasi co-founder Anda. Build value dari
diri Anda sendiri.
Don’t get a suck co
founder. You must not suck too. “life
is too short to hang out with people that aren’t resourceful” - Jeff Bezos
Jangan
cari co founder yang sucks. Peraturan ini juga berlaku untuk orang lain yang
sedang meng-evaluasi diri Anda. Jika kamu sendiri sucks, maka kamu akan
mendapatkan co founder yang sama-sama sucks.
Jika
Anda merasa ada yang salah dengan calon co founder Anda, teruslah mencari. Jika
Anda curiga, teruslah mencari. DNA dari sebuah perusahaan ditentukan oleh para foundernya,
dan kultur perusahaannya adalah perpanjangan dari kepribadian foundernya.
Kriteria
yang “not well informed”.
Para
founder bisnis yang tidak bisa menulis program menggunakan cara yang salah
untuk memilih co-founder teknikal (“memiliki 10 tahun pengalaman coding dengan
Java!”), tetapi sebaliknya, founder teknikal yang tidak bisa menjual juga
menggunakan cara yang salah (“Harvard MBA!”). Pelajari dengan baik sisi yang
satu lagi (co-founder Anda) untuk mendapat informasi yang cukup. Jika Anda tidak
benar-benar terkesan dengan profil seseorang, teruslah mencari.
Can
you build this company without him ?. Ini adalah pertanyaan yang beberapa kali
muncul dalam pitching antara founder dan investor, biasanya wajah founder akan
berubah menjadi membingungkan untuk menjawabnya. Umumnya pertanyaan ini akan
muncul apabila ada satu cofounder yang memiliki kontribusi sedikit (atau ke
depannya : kontribusi potential yang sedang-sedang saja) di dalam startupnya.
Bagaimana
jika orang yang tepat sudah memiliki startupnya sendiri? Yakinkan dia agar
bekerja part-time di tempat Anda – dia akan meninggalkan idenya segera setelah
melihat bahwa milik Anda lebih menarik. Jika Anda akan berpisah dengan
co-founder Anda, lakukan se-awal mungkin, kejar kembali saham dalam startup
Anda agar perusahaan bisa tetap berjalan, dan rekrut orang lain yang luar biasa
untuk mengisi kekosongan itu. Membangun perusahaan yang hebat tanpa partner
adalah seperti membesarkan seorang Anak tanpa…
Bagaimana
caranya ?
Jika
masih kuliah, pergi kuliah, tunjukkan kamu tidak sucks. Aktif di kegiatan
mahasiswa, build value diri kamu, ceritakan visi kamu ke teman-teman. Networking.
Networking. Networking. Datang ke acara yang memungkinkan untuk bertemu dengan
partner bisnis. Datang ke acara meetup Startupbisnis, meetup Sparxup, meetup
Tangan di Atas, meetup Startuplokal, Festival WirausahaKreatif dan banyak lagi.
Co founder tidak akan bisa ditemukan hanya di kamarmu.
Bagaimana
Warren Buffet Mengubah Uang U$40 Menjadi U$10 Juta?
Warren
Buffet mungkin adalah investor yang paling hebat yang pernah ada dan ia
mempunyai resep sukses yang bisa membantu anda mengubah uang sebesar U$40
menjadi U$10 juta. Beberapa tahun yang lalu, CEO Berkshire Hathaway ini
berbicara tentang salah satu perusahaan favoritnya, yaitu Coca Cola, dan
bagaimana setelah pembagian dividen, saham, dan reinvestment, seseorang yang
membeli saham Coca Cola sebesar U$40 ketika perusahaan ini go public di tahun
1919, sekarang nilai saham itu menjadi lebih dari U$5 juta.
Warren
Buffet dan cocacola
Namun
di bulan April 2012, ketika jajaran direksi meminta pembagian saham dari
perusahaan ini, angka itu ternyata diperbarui dan berbuah manis menjadi U$9.8
juta. Sekarang, angka ini menjadi U$10.8 juta.
Kekuatan
dari kesabaran. Memang uang sebesar U$40 itu berbeda dengan U$40 yang sekarang.
Akan tetapi, setelah dihitung dengan memasukkan faktor inflasi, ternyata U$40
yang dulu sama dengan U$540 saat ini. Jadi, apakah anda ingin satu buah Xbox
One atau uang hampir U$11 juta? Tapi, yang kita bahas sekarang bukanlah masalah
besarnya uang yang dihasilkan oleh Coca-Cola, melainkan apa yang dihasilkan
Coca Cola sekarang ini sama sekali tidak terlihat pada saat tahun 1919, bahkan
berpuluh-puluh tahun setelahnya. Tidak ada yang mengira bahwa harga gula bisa
naik. Padahal, ada banyak hal yang terjadi selama 100 tahun terakhir yang
mempertanyakan keberlangsungan Coca Cola dalam menjalankan bisnisnya, seperti
Perang Dunia I dan II. Ternyata, kesabaran membuahkan hasil yang indah.
Bahaya
dari timing. Seperti yang diterangkan oleh Buffet berkali-kali, menentukan
waktu kapan akan membeli saham dan kapan akan menjualnya itu adalah tindakan
yang berbahaya:
“Pada
suatu bisnis/perusahaan yang hebat, anda bisa mencari tahu apa yang akan
terjadi, tapi anda tidak bisa tahu kapan itu akan terjadi. Anda tidak ingin
fokus pada kapan, anda hanya ingin fokus pada apa. Jika anda benar dengan apa,
anda tidak perlu khawatir dengan kapan.”. Jadi seringkali investor diajarkan
agar mereka bisa menentukan waktu yang tepat pada pasar, dan mulai berinvestasi
ketika pasar sedang naik-naiknya dan menjual saham ketika pasar sedang turun.
Analysis
teknikal seperti ini; melihat pergerakan saham dan membeli saham berdasarkan
bagaimana harga berfluktuasi selama 200 hari bergerak atau fluktuasi lainnya
seringkali mendapatkan banyak perhatian dari media, tapi telah dibuktikan bahwa
ini tidak lebih baik daripada peluang yang random yang anda ambil untuk
berinvestasi.
Berinvestasi
pada jangka panjang. Seseorang harus memahami bahwa investasi bukanlah taruhan
dan berharap bahwa secara ajaib anda akan mendapatkan hasil berkali-kali lipat
dari apa yang anda investasikan. Investasi adalah membeli aset nyata pada suatu
bisnis. Penting bagi anda untuk memahami harga relatif yang anda bayar pada
suatu bisnis, tapi yang tidak penting untuk dipahami adalah apakah anda membeli
di “waktu yang tepat,” karena orang seringkali berinvestasi semaunya saja.
Seperti
apa yang dikatakan oleh Buffet?
“jika anda benar berinvestasi pada suatu
bisnis, anda akan menghasilkan banyak uang,”
jadi
jangan repot-repot memikirkan untuk membeli saham berdasarkan bagaimana grafik
mereka selama 200 hari belakangan. Lebih baik ingat kalimat ini,
“jauh
lebih baik membeli saham pada suatu perusahaan yang hebat pada harga yang masuk
akal.”
Sumber:
Slicing
Pie – Funding your company without fund
Venture
Deals – Smarter Than Your Lawyer & Venture Capitalist
The
Lean Startup
Rework
The
Millionaire Fastlane
Startupbisnis.com
http://startupbisnis.com
fool.com
fool.com
https://id.berita.yahoo.com
No comments:
Post a Comment
Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.