KULIAH PUBLIK: Bahan Kuliah

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Showing posts with label Bahan Kuliah. Show all posts
Showing posts with label Bahan Kuliah. Show all posts

Monday, November 30, 2015

Inilah Jenis dan bentuk Khas 'Resesi'

Tidak ada teori akademis tertentu atau sistem klasifikasi untuk bentuk resesi, melainkan istilah yang digunakan sebagai singkatan informal untuk mengkarakterisasi resesi dan pemulihan mereka. Bentuk Resesi yang digunakan oleh ekonom untuk menggambarkan berbagai jenis resesi antara lain adalah berbentuk V, berbentuk U, resesi berbentuk L dan berbentuk- W. Istilah bentuk Resesi mereka namai dari bentuk perkiraan data ekonomi yang terbentuk dalam grafik selama Resesi.

Di AS, kontraksi berbentuk -V, atau pendek-dan-tajam diikuti pemulihan yang cepat dan berkelanjutan, terjadi pada tahun 1954 dan 1990-91. Resesi berbentuk-U (kemerosotan berkepanjangan) pada tahun 1974-75, dan Resesi berbentuk-W, atau double- dip resesi pada tahun 1949 dan 1980-1982.

Resesi Jepang tahun 1993-1994 adalah berbentuk-U dan 8-out-of-9 nya perempat dari kontraksi di 1997-1999 dapat digambarkan sebagai berbentuk- L.

Korea, Hong Kong dan Asia Tenggara mengalami resesi berbentuk-U tahun 1997-98, meskipun Thailand delapan kuartal berturut-turut penurunan harus disebut L-berbentuk

Resesi berbentuk-V

 Dalam resesi berbentuk V, ekonomi menderita periode yang tajam namun singkat penurunan ekonomi dengan palung jelas, diikuti dengan pemulihan yang kuat. V-bentuk adalah bentuk normal untuk resesi: "Ada sejarah yang kuat" snap kembali V "hubungan antara kekuatan pemulihan ekonomi dan tingkat keparahan resesi sebelumnya demikian, resesi dan pemulihan mereka memiliki kecenderungan untuk melacak keluar "bentuk."

Sebuah contoh yang jelas dari resesi v-berbentuk Resesi tahun 1953 di Amerika Serikat. Pada awal 1950-an perekonomian di Amerika Serikat adalah booming, tapi karena inflasi Federal Reserve diharapkan menaikkan suku bunga, tip ekonomi ke dalam resesi. Pada tahun 1953 pertumbuhan mulai melambat, pada kuartal ketiga, perekonomian menyusut 2,4 persen. Pada kuartal keempat ekonomi menyusut sebesar 6,2 persen, dan pada kuartal pertama tahun 1954 itu menyusut 2 persen sebelum kembali ke pertumbuhan. Pada kuartal keempat 1954, ekonomi tumbuh dengan kecepatan 8 persen, jauh di atas tren. Dengan demikian pertumbuhan PDB untuk resesi ini membentuk v-bentuk klasik. Lebih penting lagi,. Grafik PDB itu sendiri memiliki bentuk V.

Resesi berbentuk-U

Sebuah resesi berbentuk U lebih panjang dari resesi berbentuk V, dan memiliki palung yang kurang jelas. PDB dapat menyusut untuk beberapa kuartal, dan hanya perlahan-lahan kembali ke tren pertumbuhan. Simon Johnson, mantan kepala ekonom untuk Dana Moneter Internasional, mengatakan resesi berbentuk-U seperti bak mandi: "Anda pergi masuk Anda tetap masuk Sisi licin Kau tahu, mungkin ada beberapa hal bergelombang di bagian bawah, namun. Anda tidak keluar dari bak mandi untuk waktu yang lama ".

Resesi 1973-1975 di Amerika Serikat dapat dianggap sebagai resesi berbentuk-U. Pada awal 1973 perekonomian mulai menyusut dan terus menurun atau memiliki pertumbuhan yang sangat rendah selama hampir dua tahun. Setelah menabrak sepanjang bagian bawah, ekonomi naik kembali ke pemulihan pada tahun 1975.

Resesi berbentuk W

Dalam resesi berbentuk -W, (juga dikenal sebagai resesi double-dip), perekonomian jatuh ke dalam resesi, pulih dengan waktu yang singkat pertumbuhan, kemudian jatuh kembali ke resesi sebelum akhirnya pulih, memberikan "turun naik turun naik" Pola menyerupai huruf W.
Resesi awal 1980-an di Amerika Serikat dikutip sebagai contoh dari resesi berbentuk W. Biro Nasional Riset Ekonomi menganggap dua resesi telah terjadi pada awal tahun 1980. Perekonomian mengalami resesi sejak Januari 1980 hingga Juli 1980, menyusut pada tingkat tahunan 8 persen dari bulan April sampai Juni 1980. Ekonomi kemudian memasuki masa pertumbuhan cepat, dan dalam tiga bulan pertama 1981 tumbuh pada tingkat tahunan 8,4 persen. Sebagai Federal Reserve Paul Volcker bawah menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi, ekonomi dicelupkan kembali ke resesi (karenanya, "double dip") dari Juli 1981 sampai November 1982. Ekonomi kemudian memasuki masa pertumbuhan yang kuat untuk sebagian besar sisa dekade.

Resesi berbentuk-L
 resesi berbentuk L terjadi ketika perekonomian memiliki resesi yang parah dan tidak kembali ke pertumbuhan trend line. Selama bertahun-tahun, jika pernah. Penurunan tajam, diikuti oleh garis datar membuat bentuk dari L. Ini adalah yang paling parah dari bentuk yang berbeda dari resesi. Istilah alternatif untuk jangka underperformance termasuk "depresi" dan dekade yang hilang, bandingkan juga "malaise".

Sebuah contoh klasik dari sebuah resesi berbentuk L terjadi di Jepang menyusul pecahnya gelembung harga aset Jepang pada tahun 1990. Dari akhir Perang Dunia II sepanjang tahun 1980, ekonomi Jepang tumbuh kokoh. Pada akhir 1980-an gelembung harga aset besar dikembangkan di Jepang. Setelah gelembung ekonomi meledak menderita deflasi, dan tahun berpengalaman pertumbuhan lamban, tidak pernah kembali ke pertumbuhan tinggi yang dialami Jepang 1950-1990. Karena resesi akhir tahun 2000-an di Amerika Serikat diikuti gelembung ekonomi yang sama (Amerika Serikat gelembung perumahan) beberapa ekonom khawatir ekonomi AS bisa masuk berkepanjangan pertumbuhan rendah bahkan setelah pulih dari resesi.

Bentuk lain

Karena istilah yang informal, komentator akan taburi dalam deskripsi lainnya. Keuangan blogger Mike Shedlock menggambarkan resesi berbentuk WW dengan negara "menyelinap masuk dan keluar dari resesi selama jangka waktu lama, mungkin 3-4 tahun atau lebih."

Pemodal George Soros mengatakan resesi saat ini mungkin merupakan "persegi terbalik akar tanda" berbentuk resesi. Soros menjelaskan kepada Reuters bahwa ini berarti: - 
[ ". Anda mencapai dasar dan Anda secara otomatis pulih beberapa, tapi kemudian Anda tidak keluar dari dalam pemulihan bentuk-V atau sesuatu seperti itu Anda menetap mundur." ]

Selama resesi tahun 2001, seorang pedagang bernama Thierry Martin menulis untuk TheStreet.com Jim Cramer mengusulkan pemulihan berbentuk -J, yang katanya adalah "ketat untuk optimis" dan dapat disebabkan oleh "sebuah kategori baru produk teknologi tinggi, atau bahkan serangkaian laporan peningkatan pendapatan, bisa mengirim kami langit-tinggi tanpa melihat ke belakang Perlu diketahui bahwa pemulihan berbentuk -Jekonomi tidak berhubungan dengan fenomena J-curve.


Wednesday, August 06, 2014

Berhati-hatilah Dengan “Dumb Money” Untuk Modal Usaha

Apa itu dumb money ? Dumb money adalah ketika kamu pertama kali ‘raise funding’ dari pihak luar di luar tim inti, namun pihak investor sama sekali tidak mengerti tentang ‘how a startup investment works, even how YOUR BUSINESS WORKS’, mereka tahunya hanya naruh duit, dapet share saham sama dengan founder,  alasannya karena “saya keluar duit, sedangkan kamu tidak keluar apa – apa”, ketika bisnis jeblok atau tidak sesuai ekpektasi, mereka menghentikan komitmen investasinya, atau bahkan lebih parah, mereka minta duitnya balik 100%.

Kenapa founder tidak boleh sembarang menerima uang, kenapa investor (startup) tidak boleh beralasan demikian dalam berinvestasi (saya punya duit, saham saya minimal sama dengan kamu), dan kenapa investor tidak boleh meminta duitnya balik 100% saat perusahaan dalam kondisi struggle, dan kenapa founder tidak boleh sembarang memilih co-founder, dan kenapa kita tidak boleh split saham fix dengan co-founder diawal ( 70:30 atau 50:50 ), akan saya jabarkan sebagai berikut :

Salah memilih co-founder. Desember 2011, dengan modal split saham 70% : 30% (v) saya dan seorang teman programmer yang juga seorang pegawai tetap di sebuah perusahaan BUMN, akhirnya memutuskan mengeksekusi ide tersebut. Pada awalnya kami terlihat sangat bersemangat dan antusias, daring the world to stop us!, saat kita akan mulai, terlihat beberapa kompetitor yang sudah bernama besar, ugh, it’s okay, we’ll do better!, namun kata “we’ll do better” ini konsekuensinya sangat besar baik dari segi biaya yang harus dikeluarkan, resiko berurusan dengan hukum, dan permasalahan teknologi yang tampak impossible. Selain masih sibuk dengan pekerjaan utamanya sebagai pegawai BUMN (v), co-founder juga mulai menciut nyali dan komitmennya, akhirnya bisasaja dalam 3 bulan startup anda tidak berbentuk apa – apa kecuali landing page dengan background warna oranye polos norak dan beberapa text yang posisinya menceng – menceng. Keputusan yang tepat adalah segera memecat co-founder anda

Mendapatkan Investor Dumb Money. May 2012, one lesson learnt, another trouble comes. Dari pelajaran sebelumnya, saya memutuskan bahwa saya harus memiliki full time programmer yang fokus hanya di startup ini, artinya kita harus membayar gaji full time penuh selama minimal 1 tahun. Buatlah business plan terperinci untuk biaya operasional 2 tahun(v), kebutuhan dana pun otomatis membengkak. Di antara biaya operasional itu, ada gaji founder sebagai CEO, co founder sbg CTO dan cofounder2 sebagai CMO, ada gaji full time programmer, gaji operasional hosting server dll, dan biaya marketing, di mana kalau ditotal kurang lebih sekitar 500 juta. Anda boleh mencoba pitch ke beberapa teman kaya, atau pengusaha business offline yang ingin berinvestasi. Buatlah kesepakatan yang terbaik dengannya untuk membagi saham dengan split (again), 30%, 20%, 20%, 20%(v). Dan seterusnya.

Dari berbagai buku dan suber-sumber lainnya, anda dapat menemukan kesimpulan bahwa : 
Founder tidak perlu membuat business plan terlalu rinci karena hanya akan membuang waktu.
Jangan pernah merekrut half-assed-comitted-founder, founder demikian hanya akan memberikan half-assed-value!. Cari founder yang mau FOKUS, kalau tidak ada uang, gunakan metode Dynamic Equity Split (nanti dijelaskan dibawah), jangan Fixed Equity Split, fixed equity split akan menyulitkan kalau co-founder tidak perform dan ingin dikeluarkan dari tim.
Investor tidak fair dalam pembagian saham di awal karena dia tidak turut andil dalam operasional harian, meminta porsi saham cukup besar, dan meminta exit dengan full liquidity ketika bisnis kacau.
Kenapa tidak fair, karena seluruh tim telah sepakat dan berkomitmen ( CEO, CTO, CMO, investor ) untuk menciptakan suatu produk yang belum tentu berhasil, dengan mengorbankan OPPORTUNITY COST masing – masing, tanpa kompensasi gaji. (Opportunity cost artinya, tim seharusnya bisa mendapatkan pendapatan ditempat lain, namun tidak bisa karena harus fokus di startup, opportunity cost saya 15jt perbulan, menjadi 0 perbulan tanpa kompensasi apapun di startup)
Ketika modal telah disetor, dan komitmen adalah saham, maka investor harus tahu bahwa modal tidak akan kembali kecuali perusahaan menciptakan value terlebih dahulu. Seluruh tim saat ini sedang dalam kondisi merugi ( opportunity cost yg belum kembali ), tapi investor dengan enaknya menarik diri dari komitmen, dan meminta eksekutif mengembalikan uang secara penuh.
Pengembalian uang secara penuh hanya memungkinkan jika komitmen di awal adalah hutang piutang, dan dapat ditagih ketika jatuh tempo.
Opportunity cost eksekutif yang tidak dikompensasi gaji ( gaji bisa dibuat minimal, tidak harus sama dengan opportunity cost), seharusnya diperhitungkan sebagai modal disetor, dan otomatis akan mendilusi saham investor, ini adalah resiko buat investor yang tidak mau tau dan terlibat dalam operasional sehari – hari.
Metode tersebut namanya Dynamic Equity Split ( mulai canggih bahasanya )
Pada dasarnya keseluruhan masalah adalah karena cacat komitmen dari semua pihak, co-founder dengan sidejob nya, investor stop komitmen funding yang membuat cashflow berantakan.
Ketika bisnis sudah menggunakan uang (orang lain), gunakan agreement hitam diatas putih, dan kukuhkan kepemilikan saham dengan badan hukum berupa PT ( Perseroan Terbatas ). Badan hukum bukan cuma buat gaya – gaya an, buat dipinjem namanya ketika ada tender, BUKAN, badan hukum adalah kendaraan investasi yang melindungi komitmen, hak dan tanggung jawab para pemegang saham! Namun harus diingat bahwa jangan ulangin kesalahan yang telah dialami orang lain, never choose a half-commited co-founder, and never take dumb money investor!!

  
Pilihlah Co-Founder yang Tidak Sucks

“Find a co founder that truly rocks at something.  Anything.
Knowing each other for a long time tends to be a good recipe for cofounders. Two old friends and the smartest person they knew”
 – Jessica Livingston

The biggest thing we all knew was that cofounders tend to do better than single founders”
– Ron Conway

You cannot hire a cofounder
 - Max Levchin

Memilih seorang co-founder adalah keputusan paling penting yang Anda ambil. Hal ini jauh lebih penting dari produk, pasar, dan investor-investor Anda. Di dunia internet startup, co founder merupakan faktor penentu yang sangat penting, sama halnya dengan “location, location, location” di dunia bisnis ritel.

Salah satu pengalaman terburuk saat ingin membuat startup, seperti TechinAsia (blog teknologi). Ada lima orang tim founder. Dari lima orang ini tidak ada yang punya pengalaman menulis di bidang tech sebelumnya. Mereka ber lima merupakan programmer dan semuanya tidak bisa menulis. Tetapi harus dicatat bahwa tipe startup seperti itu ternyata butuh co founder teknikal yang kuat, dan perlu rajin ber-networking, membangun jaringan, lebih-lebih lagi, harus ada tempat untuk bernetworking. Internet startup yang bagus, biasanya memiliki founder tidak lebih dari tiga founder utama pada awal pendiriannya, seperti : Facebook, Twitter, Google, Linkedin, YouTube, Techcrunch, Foursquare. Mungkin ada yang lebih dari tiga founder dan sukses, tetapi mungkin tak sepopuler mereka.


The power of two, Jangan terlalu banyak.
Dua adalah angka yang tepat, hindari ‘three-body problem’. Lihatlah Jobs dan Wozniak, Allen dan Gates, Ellison dan Lane, Hewlett dan Packard, Larry dan Sergei, Yang dan Filo, Omudyar dan Skoll. Perusahaan dengan satu orang founder juga bisa saja berjalan (cth: Mark Zuckerberg,  Bahkan perusahaan yang memiliki 3 founder juga. Namun, perusahaan yang memiliki 3 founder, ada kemungkinan terjadi “politik,” voting berkelompok misalnya, perebutan posisi, dan lain-lain, tapi masih mungkin bisa diatur. Empat adalah konfigurasi yang sangat tidak stabil dan lima biasanya gagal. Jika ada perusahaan dengan 4-5 founder dan bisa berjalan, hal itu dimungkinkan oleh “dua orang founder mendominasi”. Perusahaan dengan dua founder bisa berjalan karena kebulatan suara bisa dicapai, dan politik dalam perjalanan startup akan minim, keinginan masing-masing bisa diatur dengan mudah, dan “taruhan” yang diberikan para founder akan cukup tinggi dalam hal finansial.

Startup dengan lima founder secara umum akan membagi saham masing-masing 20% dan karena jumlah founder yang banyak, di masa berjalannya startup, akan muncul uneg-uneg seperti : Banyakan saham kamu daripada saya, kenapa kok rasanya kerja gw lebih berat dari pada kamu ? Akan sulit menjaga banyak orang untuk tetap pada level hard work yang setara. Tapi menariknya, Agate Studio di Bandung, merupakan startup mahasiswa dengan 18 orang founder masih jalan dan semakin maju sampai saat ini. Entah bagaimana caranya, akan menarik untuk kita tanya kapan-kapan ke Clawford dan Shienchou.

Someone you have history with.
Lebih baik jika Anda memiliki co founder yang pernah bekerja sama sebelumnya bersama Anda. Tentu Anda tidak akan menikahi seseorang yang baru kemarin Anda temui. Anda harus melalui masa-masa kencan bersamanya untuk mengenal dirinya. Lebih baik jika Anda pernah melalui situasi yang sulit bersamanya, seperti Prisoner’s Dilemma atau sebuah Zero-Sum Game. Segalanya akan berjalan lancar jika dalam perjalanan startup, situasi yang dihadapi adalah situasi yang terus menguntungkan bagi semua founder. Tetapi tidak semudah itu kan ? Bagaimana situasinya adalah satu untung-satu rugi ?

Ada cerita tentang 2 founder startup yang baru saling kenal kemudian memutuskan mengontrak sebuah tempat kos sambil mengatakan “Kita coba dulu 2 bulan sering bertemu, sharing ide, build something, tanpa komitmen yang terlalu formal, jika tidak jalan ya sudah kita kembali ke rumah masing-masing, jika kira-kira bisa jalan, ayo kita membuat komitmen yang lebih serius di akhir bulan ke-2.”. Komitmen untuk saling me-ngetes tanpa komitmen yang terlalu formal bukanlah hal yang buruk.

Ada cerita tentang seorang founder dari Singapura (lebih baik tidak menyebut nama :p ) yang sedang membuka market game di Indonesia, dia TTM-an dengan seorang model dari Indonesia. Sewaktu ditanya “Kamu kenapa tidak nembak dia saja? daripada TTM-an terus ?” Jawabnya : “Girlfriend is like startup, everything can happen in the first 3 months”. Ada juga sebuah tim startup yang menyewa kamar di samping Universitas Bina Nusantara sambil mengerjakan project B2B, mereka juga membangun visi di consumer product. Mereka biasanya kumpul di kamar itu setiap malam seusai kuliah sampai pagi. Mereka berkomitmen untuk kerja bersama sampai drop di pagi harinya sekitar jam 02.00 – 03.00 kemudian pulang ke kos masing-masing atau tidur di kamar itu, kemudian besok paginya berangkat kuliah. Hal ini mereka lakukan karena untuk bisa mengenal satu sama lain dengan baik, mereka harus sering ketemu dan kerja bareng.

Para builder terbaik bisa membuat prototipe dan bahkan membuat keseluruhan produk, dari awal sampai akhir. Penjual terbaik bisa menjual kepada pelanggan, partner, investor, dan karyawan. Idealnya co founder adalah seseorang yang memperkuat kelebihan Anda dan menutupi kekurangan Anda. You need people with complementary skill sets, so you get more done. Pahamilah juga tipe startup apa yang Anda buat, jika membangun startup tipe konten, maka co founder yang jago dan kuat menulis akan sangat penting, tetapi jika membuat startup tipe teknologi – misalnya ecommerce, maka co founder yang kuat di programming dan design akan sangat penting.

Motivasi yang sama. Jika founder pertama ingin membuat “cool product”, yang kedua ingin “makes money”, dan yang satu lagi ingin terkenal. Pasti berantakan. Perhatikan dengan baik dan seksama, motivasi yang sebenarnya akan tampak dengan sendirinya, bukan di-declare.

Kriteria: Kecerdasan, energi, dan integritas.

Orang yang Anda cari bukanlah seseorang yang tumbuh bersama Anda. Juga bukan orang yang paling Anda sukai, dan bukan seorang hacker yang ingin bekerja tanpa dibayar. Yang Anda cari adalah seseorang yang memiliki kecerdasan, energi, dan integritas yang tinggi. Anda harus memiliki ketiga criteria itu, dan sejarah bersama orang tersebut untuk mengevaluasi co-founder Anda. Build value dari diri Anda sendiri.

Don’t get a suck co founder. You must not suck too. life is too short to hang out with people that aren’t resourceful”  - Jeff Bezos

Jangan cari co founder yang sucks. Peraturan ini juga berlaku untuk orang lain yang sedang meng-evaluasi diri Anda. Jika kamu sendiri sucks, maka kamu akan mendapatkan co founder yang sama-sama sucks.
Jika Anda merasa ada yang salah dengan calon co founder Anda, teruslah mencari. Jika Anda curiga, teruslah mencari. DNA dari sebuah perusahaan ditentukan oleh para foundernya, dan kultur perusahaannya adalah perpanjangan dari kepribadian foundernya.

Kriteria yang “not well informed”.

Para founder bisnis yang tidak bisa menulis program menggunakan cara yang salah untuk memilih co-founder teknikal (“memiliki 10 tahun pengalaman coding dengan Java!”), tetapi sebaliknya, founder teknikal yang tidak bisa menjual juga menggunakan cara yang salah (“Harvard MBA!”). Pelajari dengan baik sisi yang satu lagi (co-founder Anda) untuk mendapat informasi yang cukup. Jika Anda tidak benar-benar terkesan dengan profil seseorang, teruslah mencari.

Can you build this company without him ?. Ini adalah pertanyaan yang beberapa kali muncul dalam pitching antara founder dan investor, biasanya wajah founder akan berubah menjadi membingungkan untuk menjawabnya. Umumnya pertanyaan ini akan muncul apabila ada satu cofounder yang memiliki kontribusi sedikit (atau ke depannya : kontribusi potential yang sedang-sedang saja) di dalam startupnya.

Bagaimana jika orang yang tepat sudah memiliki startupnya sendiri? Yakinkan dia agar bekerja part-time di tempat Anda – dia akan meninggalkan idenya segera setelah melihat bahwa milik Anda lebih menarik. Jika Anda akan berpisah dengan co-founder Anda, lakukan se-awal mungkin, kejar kembali saham dalam startup Anda agar perusahaan bisa tetap berjalan, dan rekrut orang lain yang luar biasa untuk mengisi kekosongan itu. Membangun perusahaan yang hebat tanpa partner adalah seperti membesarkan seorang Anak tanpa…


Bagaimana caranya ?

Jika masih kuliah, pergi kuliah, tunjukkan kamu tidak sucks. Aktif di kegiatan mahasiswa, build value diri kamu, ceritakan visi kamu ke teman-teman. Networking. Networking. Networking. Datang ke acara yang memungkinkan untuk bertemu dengan partner bisnis. Datang ke acara meetup Startupbisnis, meetup Sparxup, meetup Tangan di Atas, meetup Startuplokal, Festival WirausahaKreatif dan banyak lagi. Co founder tidak akan bisa ditemukan hanya di kamarmu.


Bagaimana Warren Buffet Mengubah Uang U$40 Menjadi U$10 Juta?
Warren Buffet mungkin adalah investor yang paling hebat yang pernah ada dan ia mempunyai resep sukses yang bisa membantu anda mengubah uang sebesar U$40 menjadi U$10 juta. Beberapa tahun yang lalu, CEO Berkshire Hathaway ini berbicara tentang salah satu perusahaan favoritnya, yaitu Coca Cola, dan bagaimana setelah pembagian dividen, saham, dan reinvestment, seseorang yang membeli saham Coca Cola sebesar U$40 ketika perusahaan ini go public di tahun 1919, sekarang nilai saham itu menjadi lebih dari U$5 juta.

Warren Buffet dan cocacola
Namun di bulan April 2012, ketika jajaran direksi meminta pembagian saham dari perusahaan ini, angka itu ternyata diperbarui dan berbuah manis menjadi U$9.8 juta. Sekarang, angka ini menjadi U$10.8 juta.

Kekuatan dari kesabaran. Memang uang sebesar U$40 itu berbeda dengan U$40 yang sekarang. Akan tetapi, setelah dihitung dengan memasukkan faktor inflasi, ternyata U$40 yang dulu sama dengan U$540 saat ini. Jadi, apakah anda ingin satu buah Xbox One atau uang hampir U$11 juta? Tapi, yang kita bahas sekarang bukanlah masalah besarnya uang yang dihasilkan oleh Coca-Cola, melainkan apa yang dihasilkan Coca Cola sekarang ini sama sekali tidak terlihat pada saat tahun 1919, bahkan berpuluh-puluh tahun setelahnya. Tidak ada yang mengira bahwa harga gula bisa naik. Padahal, ada banyak hal yang terjadi selama 100 tahun terakhir yang mempertanyakan keberlangsungan Coca Cola dalam menjalankan bisnisnya, seperti Perang Dunia I dan II. Ternyata, kesabaran membuahkan hasil yang indah.

Bahaya dari timing. Seperti yang diterangkan oleh Buffet berkali-kali, menentukan waktu kapan akan membeli saham dan kapan akan menjualnya itu adalah tindakan yang berbahaya:
“Pada suatu bisnis/perusahaan yang hebat, anda bisa mencari tahu apa yang akan terjadi, tapi anda tidak bisa tahu kapan itu akan terjadi. Anda tidak ingin fokus pada kapan, anda hanya ingin fokus pada apa. Jika anda benar dengan apa, anda tidak perlu khawatir dengan kapan.”. Jadi seringkali investor diajarkan agar mereka bisa menentukan waktu yang tepat pada pasar, dan mulai berinvestasi ketika pasar sedang naik-naiknya dan menjual saham ketika pasar sedang turun.
Analysis teknikal seperti ini; melihat pergerakan saham dan membeli saham berdasarkan bagaimana harga berfluktuasi selama 200 hari bergerak atau fluktuasi lainnya seringkali mendapatkan banyak perhatian dari media, tapi telah dibuktikan bahwa ini tidak lebih baik daripada peluang yang random yang anda ambil untuk berinvestasi.

Berinvestasi pada jangka panjang. Seseorang harus memahami bahwa investasi bukanlah taruhan dan berharap bahwa secara ajaib anda akan mendapatkan hasil berkali-kali lipat dari apa yang anda investasikan. Investasi adalah membeli aset nyata pada suatu bisnis. Penting bagi anda untuk memahami harga relatif yang anda bayar pada suatu bisnis, tapi yang tidak penting untuk dipahami adalah apakah anda membeli di “waktu yang tepat,” karena orang seringkali berinvestasi semaunya saja.

Seperti apa yang dikatakan oleh Buffet?
 “jika anda benar berinvestasi pada suatu bisnis, anda akan menghasilkan banyak uang,”
jadi jangan repot-repot memikirkan untuk membeli saham berdasarkan bagaimana grafik mereka selama 200 hari belakangan. Lebih baik ingat kalimat ini,
“jauh lebih baik membeli saham pada suatu perusahaan yang hebat pada harga yang masuk akal.”


Sumber:
Slicing Pie – Funding your company without fund
Venture Deals – Smarter Than Your Lawyer & Venture Capitalist
The Lean Startup
Rework
The Millionaire Fastlane
Startupbisnis.com
http://startupbisnis.com
fool.com
https://id.berita.yahoo.com

Tuesday, November 13, 2012

BISNIS SUKSES TANPA KORUPSI

Hampir semua media Indonesia saat ini focus pada pemberitaan ‘Korupsi’ yang memuakkan dan tak mendidik. Bahkan membosankan dengan adegan-adegan ‘bohong’ dan ‘saling tuding’ sesama koruptor. Padahal di tengah pesta korupsi yang memuakkan di negeri ini, masih banyak kaum muda yang kreatif dan produktif berwirausaha. Mereka inovatif, mandiri, dan menghidupi orang lain dengan berbagai usaha. Mereka inilah yang seharusnya lebih pantas mengisi headline media massa sepanjang hari untuk memberikan pembelajaran yang paling berharga bagi bangsa ini.


Dari kuli panggul sayur-mayur di Pasar Senen, Sumarna banyak belajar tentang berbisnis sayur. Dari sana pula dia mencoba peruntungan dengan berani membuka lapak sayur sendiri. Dari cabai, omzet Sumarna kini Rp 3 miliar per bulan. Tidak pernah ada yang menyangka jika lelaki paruh baya bernama Sumarna, pemilik kios di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, itu seorang pebisnis ulung beromzet miliaran rupiah. Bisnisnya sih hanya dari berdagang cabai dan sayuran di Pasar Induk. Namun, jangan salah, dari bisnis ini ratusan juta rupiah saban hari mengalir ke kantong Sumarna.

Dari kios kecilnya yang ia beri nama Murah Rezeki, Sumarna mampu menjual 1,5 ton cabai merah, 2,5 ton cabai rawit, dan 6 ton bawang per hari. Saat ini harga cabai merah sekitar Rp 25.000 per kilogram (kg), cabai rawit Rp 12.000 per kg, dan tomat Rp 4.500 per kg.  Dari penjualan itu, kini omzet yang dikantongi Sumarna setiap hari mencapai Rp 107 juta atau sekitar Rp 3 miliar per bulan. Dari situ, ia mengaku mendapatkan laba bersih 5 persen-10 persen. "Saya ambil untung bersih dari tomat bisa Rp 500 per kg, dan cabai sekitar Rp 1.000 per kg hingga Rp 2.000 per kg," ujarnya.

Tak mudah bagi Sumarna membesarkan usahanya itu. Sudah puluhan tahun, ia merintis bisnis ini hingga sebesar sekarang. Semua ini bermula pada awal tahun 1960-an, saat Sumarna merantau dari kampungnya di Serang, Banten, ke Jakarta. Tanpa bekal, ia merantau ke Jakarta. Pilihannya, bekerja serabutan.  Selain menjadi pelayan, ia juga sekaligus menjadi kuli panggul sayuran di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Lima tahun pekerjaan ini ia lakoni. Meski penghasilan mepet, Sumarna pandai menabung. Maklum, ia bertekad tidak mau seterusnya menggantungkan hidup sebagai kuli panggul. Merasa tabungannya cukup, Sumarna pun berani membuka lapak sendiri dengan memilih berdagang cabai.

Sumarna mengatakan, pekerjaan sebagai pelayan dan kuli panggul sangat membantunya ketika merintis bisnis ini. Dari sana, ia belajar memperoleh pasokan, dan menjalin relasi dengan pembeli dan pengepul sayur-mayur. Perlahan, usaha berdagang cabai Sumarna mulai berkembang. Setelah lima tahun berdagang di Pasar Senen, sekitar tahun 1970, Sumarna memutuskan pindah lapak ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

Di tempat baru, Sumarna merintis usaha dari nol lagi. "Waktu saya buka di sana, modal saya hanya keberanian, kejujuran, serta kepercayaan dari pelanggan maupun pemasok barang," kata pria yang telah dikaruniai empat anak dan enam cucu ini. Namun, berkat pergaulannya yang luwes, terutama dengan para pemasok dan pembeli, bisnis Sumarna terus membesar. Saat ini pasokan cabai, tomat, dan bawang ia peroleh dari Garut, Sukabumi, Padang, serta Bengkulu. Ia pun kini menjadi langganan tetap para pedagang berbagai pasar tradisional di Jakarta dan sekitarnya.

Dari berdagang cabai, Sumarna memiliki empat kios di Blok H Pasar Induk Kramat Jati. Satu kios ia gunakan sendiri untuk berdagang, sisanya disewakan ke pedagang lain. "Satu kios saya sewakan Rp 2 juta per bulan," imbuhnya. Hasil keuntungan berjualan cabai ia putar untuk membeli tanah dan membeli angkutan kota. "Hasil dagang mesti pandai menyimpan. Dagang harus jujur dan jangan ijo kalau lihat duit," ujarnya.

Bak roda yang selalu berputar, bisnis Sumarna kerap mengalami pasang surut. Ia sukses membesarkan usahanya saat memutuskan pindah lokasi berjualan ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, pada tahun 1970. Pemilik kios Murah Rezeki ini terbantu berkat hubungan baiknya dengan relasi, seperti pelanggan maupun para pemasok dari Pasar Senen, Jakarta Pusat, lokasi kiosnya dahulu. Dalam waktu singkat, usahanya dari berjualan cabai merah, cabai rawit, serta tomat di pasar induk makin berkibar. Ia pun berhasil melunasi cicilan kiosnya hanya dalam jangka waktu tujuh tahun. Selama sepuluh tahun berjualan, langganan tetap Sumarna adalah para pedagang pasar tradisional di Jakarta. Pada tahun 1980-an, komoditas dagangannya mulai merambah pusat perbelanjaan modern, seperti supermarket. 

Pada awalnya, ekspansi ke pasar swalayan itu berjalan lancar. Bahkan, dapat memperbesar pemasukannya. Namun, setelah sepuluh tahun berjalan, penjualannya di pasar modern merosot.  Bahkan, Sumarna sempat merugi ratusan juta lantaran barang yang rusak tidak diganti pihak swalayan. "Lama-kelamaan saya merugi karena mereka ambil barang dulu baru bayar," ujarnya. Akhirnya, pada tahun 1990, Sumarna memutuskan berhenti memasok pasar modern. Untungnya, penjualan Sumarna di pasar induk tetap berjalan normal. Di pasar induk ini, ia tetap menjadi langganan para pedagang pasar tradisional di Jakarta dan sekitarnya, seperti Pasar Cengkareng, Pasar Jembatan Dua, dan Pasar Pesing. Dari situ keuntungan tetap mengalir ke kantong Sumarna. Sebagian besar laba jualan itu ditabungnya di bank. Dari hasil jerih payahnya, jumlah tabungannya mencapai miliaran rupiah. Namun, cobaan kembali menghampirinya. "Duit saya dikorupsi lima karyawan saya yang tidak jujur," ungkap dia penuh sesal.

Sumarna bercerita, penggembosan tabungan dilakukan secara bertahap sejak pada akhir tahun 2010. Pertengahan tahun 2011 ia baru menyadari tabungannya berisi Rp 1,8 miliar ludes dicuri pegawainya. Modus penilapan uang oleh karyawannya sangat merugikan Sumarna. Misalnya, dari pasokan 10 kg tomat, karyawannya hanya membayar ke pemasok sebanyak 3 kg. Kejadian itu berlangsung selama sekitar enam bulan. Tahu-tahu tagihan pembayaran dari pemasok menggelembung. "Jadi tanpa sadar, saya harus membayar pasokan barang sebanyak dua kali. Sadar telah tertipu, Sumarna langsung memecat kelima karyawannya. "Biarlah, saya hanya bisa menangis di batin saja dan tetap bertahan," kata dia.

Sebagai seorang pebisnis, Sumarna memiliki jiwa pantang menyerah. Kendati pernah nyaris bangkrut ketika ditipu karyawannya, ia tidak patah arang. Setelah ditipu karyawannya hingga miliaran rupiah, Sumarna sempat jatuh terpuruk. Usaha yang telah dirintisnya selama puluhan tahun nyaris bangkrut. Hampir saja ia berputus asa. "Saat itu modal saya habis, saya sangat syok dan ingin berhenti berdagang," kenang Sumarna.  Namun, berkat dorongan para kolega dan keluarga, Sumarna pun mencoba bangkit kembali. Lantaran sudah mempunyai jiwa dagang sejak muda, tidak butuh waktu lama baginya untuk mengobarkan lagi semangat wirausahanya. Saat kembali mencoba bangkit, langkah pertama yang dilakukannya adalah memecat lima karyawannya yang diduga melakukan penipuan.  Agar kejadian serupa tidak terulang lagi, ia merekrut karyawan dari kerabat sendiri. "Saya merekrut saudara dari kampung halaman," kata pria asli Serang, Banten, ini. 

Untuk menambah modal berjualan, Sumarna melego sebidang tanah miliknya seharga Rp 185 juta. Berkat keuletannya, selang enam bulan dari kasus penipuan, kondisi permodalan usahanya berangsur stabil. Alhasil, stok sayuran di kiosnya tetap tersedia dalam jumlah memadai. Tak heran bila kiosnya tetap diburu pelanggan dari kalangan pedagang pasar tradisional di Jabodetabek. Saat ini ia mampu melayani penjualan sekitar 1,5 ton cabai merah, 2,5 ton cabai rawit, dan 6 ton tomat per hari. Dari penjualan sebanyak itu, omzet mengalir ke kantongnya mencapai Rp 107 juta per hari atau Rp 3 miliar dalam sebulan. Kendati usahanya kini semakin membaik, Sumarna belum berencana melakukan ekspansi usaha dan menambah gerai penjualan cabai. Alasannya, usianya kini sudah tidak lagi muda. "Kalau umur saya masih muda mungkin saja ada pemikiran untuk membuka cabang lagi," jelas dia.


Buah bisa menjadi bahan baku aneka kue yang lezat. Keuntungan dari bisnis makanan ini juga tidak kalah legit. Pengusaha kue berbahan baku buah bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan bermargin 30 persen. Buah-buahan tak hanya bisa Anda olah menjadi minuman segar atau jus atau keripik buah. Melainkan, bisa juga menjadi bahan baku pembuatan aneka kue.

Tengok saja usaha Maria Wardhani, pemilik Rumah Pisang di Bekasi, Jawa Barat. Ia mengolah pisang menjadi cake dan kue kering. Cara pembuatannya pun sangat mudah, sama seperti membuat cake atau kue pada umumnya. Langkah awalnya, Anda mesti membuat adonan berbahan terigu. Lalu, masukan pisang ambon atau sunpride yang sudah dihancurkan. Setelah bercampur, adonan dituangkan ke dalam cetakan dan siap dioven. "Jumlah pisang harus lebih dominan dari terigu supaya rasa pisangnya terasa," pesannya.

Maria memilih pisang sebagai bahan utama kue karena buah ini sangat populer dan telah lama menjadi favorit keluarga karena rasanya enak serta bergizi. "Pelanggan saya datang dari Jakarta dan Bandung. Saya menyasar pelanggan kelas menengah atas," ujarnya,” ungkapnya. Dia membanderol banana cake seharga Rp 50.000 per loyang. Adapun kue kering berbahan oatmeal Rp 35.000 per stoples.

Dalam sebulan, Maria mengatakan, dirinya bisa menghasilkan omzet hingga Rp 30 juta. Laba bersih yang bisa dikantongi mencapai 20 persen. Namun, pasar cake dan kue kering pisangnya kurang berkembang lantaran tidak semua orang tahu pisang bisa menjadi bahan baku kue. Untuk mengatasi itu, Maria saat ini sedang giat menyebarkan pengetahuan tersebut lewat media online. Pembuat cake buah-buahan lain, Decky Suryata, pemilik Salakka Pondoh di Sleman, Yogyakarta, juga merasakan manisnya bisnis kue berbahan baku buah. Dia kini mengolah salak menjadi roti atau kue kering.

Saat ini, ia menjual cake salak pondoh seharga Rp 30.000 per boks dengan rasa keju, original, cokelat, dan pandan. Adapun untuk bakpia salak pondoh, harganya Rp 25.000 per boks. "Omzet saya Rp 100 juta per bulan dengan laba 30 persen. Ke depan, saya ingin kembangkan produk," jelasnya. Dia bilang, 60 persen pelanggannya adalah wisatawan dan 40 persen sisanya penduduk lokal. Untuk pemasaran, Decky yang merupakan finalis Wirausaha Muda Mandiri 2012 membuka dua toko di daerah Sleman.


Meski bukan penganan jenis baru, keripik sukun memiliki banyak penggemar. Rasanya yang gurih dan renyah tak membosankan lidah. Pengusaha keripik sukun pun mampu mendulang omzet hingga jutaan rupiah. Mereka juga berinovasi mengembangkan produk baru. Kudapan kecil bernama keripik memang sudah sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia. Maklum, camilan ini sangat cocok dinikmati di sela-sela waktu santai berteman kopi atau teh hangat.

Salah satu adalah keripik sukun. Lihat saja rezeki yang diperoleh Hasnah, produsen keripik sukun asal Manggar, Belitung. Perempuan ini telah mulai membuat keripik sukun sejak 1996. Ia memanfaatkan buah sukun karena, meski tak banyak, pasokannya relatif stabil. Hasnah membuat tiga jenis produk keripik, yakni keripik biasa, keripik lebar, dan stik. Jika keripik biasa dibuat dari buah sukun yang sudah tua, keripik lebar dibuat dari buah sukun muda.

Selain keripik, buah sukun yang sudah tua juga dibuat menjadi stik. "Bagian luarnya dibuat keripik, bagian dalam dibuat stik," jelas Hasnah. Kini, Hasnah mampu memproduksi hingga 500 bungkus keripik sukun per hari. Ia membubuhi kemasan keripik sukunnya itu dengan merek Nuansa Baru. Dengan harga jual Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per bungkus, Hasnah bisa mendulang omzet hingga Rp 50 juta sebulan.

Hanya, ia masih membatasi pemasaran keripiknya di sekitar Belitung dan Bangka. Pasalnya, ia belum bisa mendapatkan pasokan buah sukun secara rutin. Pasokan sukun sangat tergantung musim. "Jika musim hujan, kami bisa mendapatkan buah sukun yang lebih banyak dan bagus," timpal Ronal Indrawan, putra Hasnah. Jika persoalan itu bisa teratasi, Hasnah ingin menjual keripik sukun Nuansa Baru ini ke pasar yang lebih luas. Apalagi, keripik ini memiliki daya tahan hingga tiga bulan.

Selain dari Belitung, banyak pula pengusaha keripik sukun asal Yogyakarta. Salah satunya Ronny Dahlan. Pemilik CV Gema Lestari ini mulai membuat keripik sukun sejak 2009. Meski begitu, Ronni mengakui, berbagai olahan sukun ini merupakan makanan khas masyarakat Pulau Sumatra, khususnya dari Belitung. Ia mendapatkan ide membuat olahan sukun dari orang tuanya yang berasal dari Belitung.

Tak hanya keripik, Ronni juga mengolah sukun menjadi bolu. Bahkan, mulai tahun ini, ia menambah variasi produk berupa pizza sukun. "Saya terus berinovasi mengolah buah sukun, supaya konsumen tidak bosan. Memang, dari berbagai olahan itu, keripik sukun menuai penggemar paling banyak. Keripik lebih disukai karena merupakan camilan ringan, berbeda dengan roti dan pizza yang terkesan sebagai makanan berat," ujar Ronni. Ia menjual keripik sukun ini dengan harga Rp 15.000 per bungkus. Dalam sebulan, dari penjualan keripik, Ronni mengaku mengantongi omzet hingga Rp 20 juta. Pria berusia 30 tahun ini optimistis, produk olahan sukun akan terus berkembang. Sebab, buah yang banyak mengandung karbohidrat ini kaya akan serat, sehingga baik untuk kesehatan.

Selain itu, sukun juga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. "Sukun memiliki indeks glikemik yang rendah," katanya. Ronni menjual produk olahan sukun ini di beberapa minimarket yang tersebar di Yogyakarta dan Semarang. Ia juga memasok keripik, roti dan pizza sukun ke kantin-kantin kampus. Ronni sengaja mengincar pasar mahasiswa karena biasanya kaum muda tertarik mencoba produk-produk baru.


Dalam waktu yang terbilang singkat yakni sekitar 30 menit, Wali Kota Solo, Joko Widodo memaparkan apa saja yang harus diperhatikan ketika kita mau berwirausaha.

"Tahun 1988 , saya mulai usaha (mebel) dari minus," sebut Jokowi, begitu kerap ia disapa, kepada para peserta seminar Pesta Wirausaha Tangan Di Atas 2012 , di Jakarta, Minggu ( 29/1/2012 ). Mengapa minus? Ia mengaku memulai usaha mebel dengan meminjam modal dari bank. Produksi pun hanya dilakukan oleh empat orang tukang termasuk dirinya dengan bengkel kerja ukuran 8x4 meter yang statusnya sewa. Tetapi, sasaran pasarnya tidak sebatas Solo, tetapi sampai ke Jogjakarta dan Jakarta. Ia pun mengungkapkan, keuntungan yang didapat dari tiap barang lebih besar di pasar domestik ketimbang pasar ekspor. Tetapi jumlah pesanannya sedikit, bahkan pernah tidak dibayar.

Inilah gambaran sekilas mengenai usaha mebelnya. Ia mengaku jatuh bangun dalam mengembangkan usaha ini. Tetapi, kata Jokowi, ketika ia jatuh ia harus bangkit lagi. Lalu, tidak lantas ia mencari peruntungan di produk lainnya. Ia berusaha konsisten di usaha mebel. "Bahwa produk apapun harus ditekuni. Jangan pindah-pindah usaha," tegas Jokowi.
Lalu, Jokowi menyebutkan bahwa ketika ada kesempatan itu harus diambil. Tetapi, ia mengingatkan, perlu juga diperhitungkan risikonya. Terkait ini, ia bercerita, sepulangnya dari pameran di Singapura, ia mendapat tantangan untuk mengekspor satu bulan sebanyak 18 kontainer. Padahal saat itu, ia hanya mampu mengekspor satu kontainer dalam 3 bulan.

Dikatakan Jokowi, saat itu adalah detik-detik yang paling sulit dalam hidupnya. Dengan memperhitungkan risikonya, ia pun mengambil tantangan itu. "Dari sini, kita bisa loncat ke level yang lebih tinggi," ucap dia sebagai alasannya mengapa dia mengambil kesempatan meningkatkan volume ekspor. Bagaimana membangun merek itu penting sekali. Produk harus identik dengan produsen dan identik dengan perusahaannya. "Sebagus apapun produk, tapi kalau manajemen produknya tidak baik, ya tidak kelihatan (produknya oleh pasar)," tegas Jokowi yang kini menjadi brand ambassador mobil nasional Kiat Esemka yakni rakitan sejumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo.

Dalam berwirausaha, Jokowi juga berpesan jangan sekali-kali pengusaha masuk ke dalam zona nyaman. Masuklah ke zona yang banyak tantangan. "Jangan sekali-kali masuk ke zona nyaman. (Jika masuk) habislah kita," pungkas Jokowi yang juga menyatakan meluangkan waktu hingga 9 jam hanya untuk bekerja.


Sarjana singkong. Itulah julukan bagi Firmansyah Budi Prasetyo (30) setelah ia berbisnis singkong. Lelaki asal Yogyakarta itu sejak tahun 2006 membuat singkong goreng yang renyah dan pulen berbentuk stik dengan nama Tela Krezz. Kata ”tela” diambil dari ketela, atau ”telo” alias singkong. Di tangan Firmansyah, singkong dalam wujud tepung juga bisa berubah menjadi kue bolu dan brownies. Khusus di Yogyakarta, kedua produk tersebut diberi merek Cokro Tela Cake. Sementara di luar Yogyakarta, brownies dikenal dengan nama Kassafa.

”Kami menggunakan 100 persen singkong tanpa tambahan terigu. ”Gelar” sarjana tela yang dia singkat menjadi ST dan MSi dari master of singkong bahkan dicantumkan dalam kartu nama lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini. ”Dari sepuluh teman gaul zaman kuliah, delapan orang jadi PNS, satu pengacara, dan saya jualan singkong” ujar Firmansyah, yang dengan bangga menyebut dirinya master of singkong ,” ujar Firmansyah.

Si laris Sally

Kita tengok kegigihan kaum muda lain, yaitu Donny Pramono (29), kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara, yang bersekolah di Surabaya, Jawa Timur. Ia membuka usaha Sour Sally di mal Senayan City, Jakarta. Pertama kali dibuka pada pertengahan tahun 2008, hingga berbulan-bulan kemudian, antrean panjang pembeli selalu mewarnai toko pertamanya itu.

Toko yang tidak menyertakan nama produk tersebut memang mengundang tanya. Setelah berada di dalam kios, barulah pengunjung akan mendapati produk yang dijual, yaitu yoghurt beku dengan berbagai macam topping. Pada awalnya, banyak yang mengira Sour Sally adalah waralaba dari luar negeri. Donny, yang bergelar master di bidang pemasaran dari University of La Verne, California, Amerika Serikat, punya pemikiran sendiri tentang bisnis yang terilhami dari gaya hidup makan yoghurt di AS. Baginya, pencitraan merek berperan sangat penting untuk menciptakan gaya hidup yang sama di Indonesia. ”Saya ingin, ketika bicara yoghurt, orang langsung ingat pada Sour Sally. Bagi saya, siapa pun bisa membuat yoghurt. Jadi, bisnis saya harus kuat di branding,” kata Donny.

Untuk mewujudkan mimpinya itu, Donny menyiapkan konsep dagang dengan memakai jasa konsultan desain merek di Singapura. Dari konsultasi inilah lahir nama Sour Sally. ”Sally itu seorang gadis kecil yang manis, lalu dipadukan dengan sour yang artinya asam. Nama ini sesuai dengan produk yang dijual, yaitu yoghurt. Jadi, Sour Sally tidak hanya produk, tetapi juga merek dan karakter,” tutur Donny.

Inovasi, seperti dikatakan pakar pemasaran, Rhenald Kasali, menjadi kunci seorang wirausaha. ”Inovasinya bisa berupa produk, servis, juga cara memasarkan. Inovasi inilah yang menjadi pembeda dengan mereka yang disebut pedagang,” kata Rhenald. Di sekeliling kita, inovasi produk salah satunya bisa dilihat pada produk kuliner. Banyak yang memilih bidang kuliner dengan mengambil semangat keindonesiaan. Lihat saja orang- orang yang memadukan cokelat dengan berbagai rasa jamu dan makanan tradisional. Ada pula yang mengubah singkong atau ubi menjadi brownies, mi, muffin, atau pie.

Inovasi juga menjadi salah satu kunci sukses Fiki Satari (36), pemilik bisnis clothing di Bandung dengan nama Airplane Systm. Clothing adalah sebutan untuk bisnis yang memproduksi sendiri, lengkap dengan label dari produk-produknya. Airplane Systm, sejak didirikan tahun 1998, punya beragam produk mode, seperti kaus, jaket, sweater, jins, sepatu, tas, ikat pinggang, dan dompet. Seiring dengan tumbuhnya pemilik clothing, distro, factory outlet, dan mal yang menjual produk-produk bermerek internasional, persaingan yang kian ketat tak terelakkan. Fiki pun berinovasi, salah satunya dalam desain produk. Dia menerapkan apa yang berlaku di dunia mode. Sejak tahun 2007 dibuatlah tren berdasarkan musim. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran ini membagi setiap tahunnya ke dalam tiga musim dan membuat tema yang berbeda untuk setiap musim. Tema-tema ini diterapkan pada warna dan gambar produk, terutama pada kaus.

Sumber ide beragam. Untuk musim terbaru tahun ini, idenya berasal dari usia Airplane Systm yang mencapai 14 tahun. Berdasarkan angka tersebut dan target pasar untuk kalangan remaja, tema baru ini diberi nama Fourteen for Teenage. Salah satu koleksi kaus dari tema ini akan bergambar karya 14 seniman, di antaranya Tere dan Tisna Sanjaya. Fiki juga pernah membuat tema Dancing Smoke tahun 2009 yang inspirasinya berasal dari asap obat nyamuk. ”Waktu melamun, saya lihat bentuk asap obat nyamuk. Ternyata kalau dilihat dengan teliti bagus juga karena bentuknya bisa berubah- ubah,” kata Fiki.

Dari bentuk asap ini, terciptalah berbagai gambar abstrak yang disablon di atas kaus. Tidak hanya itu, setiap gambar dimaknai sebagai personifikasi karakter manusia. Misalnya, tipe aliran asap yang lembut (laminar) cocok untuk mereka yang berkarakter tenang, sedangkan asap yang berputar-putar (swirl) bisa dipakai untuk mereka yang bertipe agresif. Dengan pilihan ini, setiap pembeli bisa memilih kaus sesuai dengan karakternya.

Fiki juga membuat cara pemasaran kreatif. Sejak tahun 2006, dia membuat toko berjalan dengan menggunakan sebuah bus yang disebut Airbus One. Bagian dalam bus dirombak, dipasangi rak untuk memajang produk-produk Airplane Systm. Bus ini didapat atas kerja sama dengan teman yang bekerja di perusahaan otobus. ”Ide dan jaringan yang luas adalah kunci berwirausaha. Biaya juga. Tetapi untuk biaya, sumbernya bisa berasal dari mana saja, seperti yang saya lakukan dengan membuat Airbus One,” kata Fiki.

Inovatif, cerdas, tekun, dan kerja keras membuka peluang usaha: itulah yang dilakukan kaum muda tersebut. Bukan korupsi yang menyengsarakan rakyat.